Tito Karnavian, Mantan Kapolri Termuda Kini Jadi Mendagri

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Presiden Joko Widodo Resmi menunjuk mantan Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Penunjukan Tito sebagai menteri setelah dia mendatangi Istana Kepresidenan, Jakarta pada Senin (21/10).

“Bapak Muhammad Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10).

Jokowi mengatakan, ke depan Tito akan bertanggung jawab terhadap urusan di daerah. Berikutnya, Jokowi juga berpesan agar Tito bisa mengurusi kepastian hukum di daerah terkait investasi.

- Advertisement -

Karier pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan ini terbilang mulus selama bertugas di Korps Bhayangkara. Sebab, Tito merupakan jenderal bintang empat termuda yang mengisi jabatan Kapolri.

Tito melompati empat angkatan di atasnya. Dia dilantik menjadi Kapolri pada 3 Juli 2016, menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.

- Advertisement -

Terpilihnya Tito menjadi sorotan publik Tanah Air karena usianya yang masih sangat muda, yakni 52 tahun. Tito lulusan Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, pada 1987. Ia juga merupakan peraih Adhi Makayasa atau lulusan terbaik.

Pada saat masih perwira menengah, Tito terlibat dalam pengungkapan sejumlah kasus terorisme seperti Bom Bali 2002 hingga penangkapan gembong teroris, Noordin M. Top dan Dr Azhari. Atas prestasinya ini, Tito Karnavian ditunjuk sebagai Kepala Densus 88 Antiteror pada 2009-2010.

Ketika menjadi Kapolda Metro Jaya, dia dipuji oleh Istana karena kecepatannya dalam menangani teror Bom Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari 2016. Tito kemudian dipromosikan pangkatnya menjadi komisaris jenderal saat ia menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2016. Sebab, Tito dinilai berpengalaman dalam penanganan terorisme.

Baru tiga bulan menjabat Kepala BNPT, pada Juli 2016, pria asal Sumatera Selatan tersebut ditunjuk oleh Presiden Jokowi menjadi Kapolri. Tito pun terhitung cukup banyak mengungkap kasus-kasus besar.

Sebagai contohnya, bom di Gedung DPR MPR (2003), bom di Bandara Soekarno-Hatta (2003), bom JW Marriot (2003), pembunuhan Direktur PT Asaba oleh Gunawan Santosa, bom di Cimanggis Depok (2004), bom di Kedubes Australia (2004), Bom Bali II (2005), dan bom di Pasar Tentena, Poso (2005).

Puncaknya, saat bersama Idham Aziz, kini Kabareskrim Polri, berhasil melumpuhkan gembong teroris Azhari Husin alias Dr Azhari di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005. Saat itu Tito kembali mendapatkan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi komisaris besar (kombes) dari Kapolri Jenderal Sutanto. Dia pun juga pernah menjadi Kapolda Papua.

Kini, Tito harus mengabdikan dirinya untuk mengatur pemerintahan dalam negeri membantu tugas Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jabatan baru ini merupakan amanah baru yang diemban Tito dalam posisinya sebagai sipil.

Editor : Deslina
Sumber: Jawapos.com

JAKARTA(RIAUPOS.CO) – Presiden Joko Widodo Resmi menunjuk mantan Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Penunjukan Tito sebagai menteri setelah dia mendatangi Istana Kepresidenan, Jakarta pada Senin (21/10).

“Bapak Muhammad Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10).

Jokowi mengatakan, ke depan Tito akan bertanggung jawab terhadap urusan di daerah. Berikutnya, Jokowi juga berpesan agar Tito bisa mengurusi kepastian hukum di daerah terkait investasi.

Karier pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan ini terbilang mulus selama bertugas di Korps Bhayangkara. Sebab, Tito merupakan jenderal bintang empat termuda yang mengisi jabatan Kapolri.

Tito melompati empat angkatan di atasnya. Dia dilantik menjadi Kapolri pada 3 Juli 2016, menggantikan Jenderal Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.

Terpilihnya Tito menjadi sorotan publik Tanah Air karena usianya yang masih sangat muda, yakni 52 tahun. Tito lulusan Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, pada 1987. Ia juga merupakan peraih Adhi Makayasa atau lulusan terbaik.

Pada saat masih perwira menengah, Tito terlibat dalam pengungkapan sejumlah kasus terorisme seperti Bom Bali 2002 hingga penangkapan gembong teroris, Noordin M. Top dan Dr Azhari. Atas prestasinya ini, Tito Karnavian ditunjuk sebagai Kepala Densus 88 Antiteror pada 2009-2010.

Ketika menjadi Kapolda Metro Jaya, dia dipuji oleh Istana karena kecepatannya dalam menangani teror Bom Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari 2016. Tito kemudian dipromosikan pangkatnya menjadi komisaris jenderal saat ia menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2016. Sebab, Tito dinilai berpengalaman dalam penanganan terorisme.

Baru tiga bulan menjabat Kepala BNPT, pada Juli 2016, pria asal Sumatera Selatan tersebut ditunjuk oleh Presiden Jokowi menjadi Kapolri. Tito pun terhitung cukup banyak mengungkap kasus-kasus besar.

Sebagai contohnya, bom di Gedung DPR MPR (2003), bom di Bandara Soekarno-Hatta (2003), bom JW Marriot (2003), pembunuhan Direktur PT Asaba oleh Gunawan Santosa, bom di Cimanggis Depok (2004), bom di Kedubes Australia (2004), Bom Bali II (2005), dan bom di Pasar Tentena, Poso (2005).

Puncaknya, saat bersama Idham Aziz, kini Kabareskrim Polri, berhasil melumpuhkan gembong teroris Azhari Husin alias Dr Azhari di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005. Saat itu Tito kembali mendapatkan Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi komisaris besar (kombes) dari Kapolri Jenderal Sutanto. Dia pun juga pernah menjadi Kapolda Papua.

Kini, Tito harus mengabdikan dirinya untuk mengatur pemerintahan dalam negeri membantu tugas Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jabatan baru ini merupakan amanah baru yang diemban Tito dalam posisinya sebagai sipil.

Editor : Deslina
Sumber: Jawapos.com

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya