Selain memberikan bantuan, Presiden Jokowi menugaskan Menpora dan Menkes untuk memantau perawatan Verawaty Fajrin. Tak banyak pebulutangkis yang bisa seperti dia: sukses berjaya di tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran sekaligus.
(RIAUPOS.CO) – HARI-hari ini, tiap kali mengenang momen 43 tahun silam itu, mata Imelda Wigoena pasti akan langsung basah. Campur aduk antara kebanggaan dan kesedihan.
Bangga karena di Asian Games 1978 di Bangkok, Thailand, tersebut dia sukses mempersembahkan emas ganda putri bulu tangkis. Sedih lantaran partnernya saat itu, Verawaty Fajrin, kini tergolek sakit dan dia tak bisa menjenguknya.
"Saya nggak berani. Bukan karena di rumah sakit ada risiko tertular, tapi karena justru takut saya yang nularin," kata Imelda kepada Jawa Pos (JPG), kemarin (21/9).
Verawaty dirawat di RS Dharmais, Jakarta, sejak Ahad (19/9) karena kanker paru-paru. Ini kali kedua mantan pebulu tangkis nasional yang meraih banyak prestasi di tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran itu masuk ke RS setelah yang pertama Juli lalu. Dalam final Asian Games 1978 itu, Imelda/Verawaty mengalahkan duet Cina, Qiu Yufang/Zheng Huimin. Setahun kemudian, keduanya juga sukses menjuarai turnamen elite All England.
Sayang, dalam final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 1980 di Istora Senayan, Jakarta, keduanya kalah oleh pasangan Inggris Nora Perry/Jane Webster. Tapi, di ajang yang sama, Verawaty berjaya di nomor tunggal putri setelah menundukkan kompatriotnya, Ivanna Lie.
Adapun di ganda campuran, berduet dengan Eddy Hartono, mereka mengoleksi lima gelar grand prix. Tak banyak pebulu tangkis yang bisa berprestasi di tiga nomor sekaligus seperti itu. Kemarin (21/9), Presiden Joko Widodo sudah memberikan bantuan kepada Verawaty Rp100 juta. Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono diminta menyampaikan langsung ke RS Dharmais.
”Bapak Presiden menitip salam dan mendoakan untuk kesembuhan Ibu Verawaty,” ucap Heru.
Dalam kesempatan tersebut, Heru mengatakan bahwa perawatan Verawaty akan dipantau menteri pemuda dan olahraga serta menteri kesehatan. Itu merupakan perintah langsung dari Jokowi. Perawatan Verawaty di RS Dharmais akan ditanggung BPJS Kesehatan. Kemenpora turut mengupayakan perawatan terbaik untuk Verawaty. Salah satunya mengubah status anggota BPJS miliknya dari kelas 2 menjadi kelas 1.
"Kekurangannya (biaya) akan menjadi tanggung jawab kami dari Kemenpora," kata Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot Sulistiantoro Dewa Broto.
Kabid Humas dan Media PP PBSI Broto Happy menuturkan, pihaknya memberikan bantuan ke Verawaty sejak Juli lalu. Apalagi, keluarga Verawaty tinggal di Cipayung, Jakarta Timur, tempat pemusatan latihan nasional bulu tangkis. Dalam beberapa acara, Broto sempat bertemu dengan suami Verawaty, Fajrin, yang merupakan salah seorang ketua RT di Cipayung.
Kondisi pandemi membuatnya tidak bisa memberikan bantuan langsung ke Verawaty. Bantuan tersebut diberikan melalui keluarga. ”Kami berharap Mbak Vera bisa segera sembuh. Dedikasinya dalam badminton sangat luar biasa. Setelah mendapatkan perawatan yang maksimal dari pemerintah, kami berharap Mbak Vera bisa kembali beraktivitas dan berkarya,” kata Broto.
Saat perawatan pada Juli lalu, keluarga Verawaty sempat menulis surat untuk meminta bantuan kepada Kemenpora. Setelah perawatan pertama dan kondisi membaik, diputuskan rawat jalan. Di mata Imelda, Verawaty merupakan sosok yang sangat perhatian. Saat menjadi atlet dulu, mereka saling mengingatkan untuk rutin mengonsumsi vitamin atau berbagi makanan. Imelda berharap ada mukjizat agar sahabatnya tersebut bisa sembuh dan beraktivitas seperti sebelumnya.
Bantuan dari rekan-rekan badminton, lanjut Imelda, juga berdatangan. Mereka aktif memberikan dukungan sejak kali pertama Verawaty masuk RS. Inisiatornya Susy Susanti dan Rosiana Tendean.
"Sekarang dengan banyaknya perhatian dan dukungan, dia merasa lebih happy. Mudah-mudahan bisa membantu prosesnya buat sembuh," lanjut Imelda.
Icuk Sugiarto, juga mantan juara dunia, berharap pemerintah lebih memperhatikan kondisi mantan atlet. ”Tidak harus menjadi polemik dulu baru ditangani. Sehingga ada upaya turun tangan lebih awal untuk dibantu dan peluang sehat lebih besar,” tutur Icuk.
Icuk mengatakan, mantan atlet seperti dirinya sebenarnya tidak perlu hal yang muluk-muluk. Apalagi, jumlah atlet yang menyumbang prestasi tidak sampai ribuan. ”Jadi, sebenarnya orang-orang seperti kami, mantan atlet, yang kami perlukan hanya ingin sehat. Berharap saat sakit itu tidak menyusahkan anak-anak kami,” lanjut juara dunia tunggal putra 1983 itu.
Icuk kali terakhir bertemu Verawaty pada 2019. Setelah bertugas di PON XX Papua, dia berencana menemui rekannya tersebut. ”Sebagai rekan seperjuangan, saya turut mendoakan dari jauh. Mudah-mudahan (Verawaty) bisa melewati ujian ini,” imbuh Icuk.
Verawaty turut membawa obor Asian Games 2018 dan menyerahkannya langsung kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2018. Atau sehari menjelang pembukaan penyelenggaraan Asian Games 2018.
Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas RS Kanker Dharmais Anjari Umarjianto menyatakan, pihaknya memberikan perhatian khusus. ”Kami berikan fasilitas terbaik dari apa yang RS ini miliki untuk Ibu Verawaty,” ucap Anjari saat mendampingi Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono.(*/c19/ttg/jpg)
Laporan RAGIL PUTRI IRMALIA-FERLYNDA PUTRI, Jakarta