Kamis, 19 September 2024

Petani Khawatir Ancaman Karhutla

DUMAI (RIAUPOS.CO) — Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menjadi ancaman terbesar bagi para petani sawit di Kota Dumai setiap tahun. Pasalnya setiap karhutla terjadi pasti ada lahan sawit para petani yang ikut terbakar.

"Di Sungai Sembilan banyak lahan petani terbakar, sawit yang harusnya dipanen gagal, termasuk lahan saya," ujar Ipur (34), petani sawit di Sungai Sembilan.

Ia dan beberapa petani sawit sudah sadar dan tidak pernah lagi membersihkan lahan dengan cara membakar. "Ini perlu juga kesadaran semuanya. Karena kadang ada orang baru buka lahan, mereka suka-suka saja," sebutnya.

Ia mengaku lahan sawit miliknya pada tahun lalu  seluas lima hektar e terbakar, padahal sedang berbuah. “Sawit saya saat ini hanya tinggal empat hektare. Yang sisanya terbakar, sudah kami tanam lagi, karena memang sawitnya mati,” tutur Ipur lagi.

- Advertisement -
Baca Juga:  Panitia HPN Minta Pemerintah Adakan Kegiatan Bersama

Hal sama dikatakan Bahri (42), warga Bukit Kapur yang juga petani sawit. Kebun sawitnya juga pernah terbakar. "Untung tidak banyak, hanya sekitar 1 hektare, jangan sampai tahun ini terjadi lagi," sebutnya.

Satu hektare lahan sawit yang terbakar tersebut sudah dipulihkan dengan kembali ditanam sawit, namun masih kecil. "Jangan harga sudah mulai bagus, malah karlahut jadi musibah bagi kami," terangnya.

- Advertisement -

Ia juga berpesan kepada para petani sawit lainnya agar tidak membakar sampah dilahan, karena sangat berpotensi terjadi kebakaran. "Kadang ada saja yang tidak berpikir panjang, mau kerja cepat, sampah-sampah dibakar dekat lahan, tapi tidak dijaga," tutupnya.(zed)

Laporan Hasanal Bulkiah, Dumai

DUMAI (RIAUPOS.CO) — Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menjadi ancaman terbesar bagi para petani sawit di Kota Dumai setiap tahun. Pasalnya setiap karhutla terjadi pasti ada lahan sawit para petani yang ikut terbakar.

"Di Sungai Sembilan banyak lahan petani terbakar, sawit yang harusnya dipanen gagal, termasuk lahan saya," ujar Ipur (34), petani sawit di Sungai Sembilan.

Ia dan beberapa petani sawit sudah sadar dan tidak pernah lagi membersihkan lahan dengan cara membakar. "Ini perlu juga kesadaran semuanya. Karena kadang ada orang baru buka lahan, mereka suka-suka saja," sebutnya.

Ia mengaku lahan sawit miliknya pada tahun lalu  seluas lima hektar e terbakar, padahal sedang berbuah. “Sawit saya saat ini hanya tinggal empat hektare. Yang sisanya terbakar, sudah kami tanam lagi, karena memang sawitnya mati,” tutur Ipur lagi.

Baca Juga:  Salah Kado

Hal sama dikatakan Bahri (42), warga Bukit Kapur yang juga petani sawit. Kebun sawitnya juga pernah terbakar. "Untung tidak banyak, hanya sekitar 1 hektare, jangan sampai tahun ini terjadi lagi," sebutnya.

Satu hektare lahan sawit yang terbakar tersebut sudah dipulihkan dengan kembali ditanam sawit, namun masih kecil. "Jangan harga sudah mulai bagus, malah karlahut jadi musibah bagi kami," terangnya.

Ia juga berpesan kepada para petani sawit lainnya agar tidak membakar sampah dilahan, karena sangat berpotensi terjadi kebakaran. "Kadang ada saja yang tidak berpikir panjang, mau kerja cepat, sampah-sampah dibakar dekat lahan, tapi tidak dijaga," tutupnya.(zed)

Laporan Hasanal Bulkiah, Dumai

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari