Sejak pandemi Covid-19, tren penggunaan interior ruangan meningkat. Kenapa? Banyaknya aktivitas di rumah membuat keluarga harus betah berlama-lama di rumah. Salah satu solusinya, mengubah tampilan interior rumah menjadi lebih nyaman dan trendi.
RIAUPOS.CO – Rumah Johan sederhana saja, berukuran sekitar 5 x 10 meter. Tapi sejak pandemi Covid-19, dia bersama istri, Wiwid berniat mengubah tampilan interior rumah mereka. Tidak banyak yang diubah mereka. Hanya sebuah partisi bergaya minimalis. Akan tetapi, tampilan partisi itu mengubah hampir semua imej rumah kecil sederhana mereka menjadi lebih “wah”.
“Memang karena terlalu lama di rumah, makanya kami mengubah sedikit interior,” ujar Johan kepada Riau Pos, pekan lalu.
Johan sendiri tidak tahu gaya atau model interior rumah yang mereka gunakan. Mereka hanya mencoba searching di google, lalu memilih beberapa tampilan interior yang dianggap menarik. Seorang teman yang pernah bekerja di desain interior terkemuka kemudian menyanggupi untuk membuat sesuai desain di tampilan google itu. Setelah sepekan mempersiapkan bahan, maka eksekusi pun dilakukan di tempat.
“Hasilnya cukup memuaskan. Bahannya juga bagus,” ujarnya.
Desain interior rumah memang menjadi pilihan setelah rumah selesai. Pembuatannya juga bermacam-macam. Makin banyak juga “tukang” yang memiliki keahlian mendesain interior, kendati tidak bisa dikatakan profesional. Akan tetapi hasil kerja mereka tak bisa dianggap remeh. Bahannya juga bisa dipilih sesuai keinginan. Budget-nya juga tentu bisa ditekan alias ramah di kantong. Bisa cincai.
Setidaknya ada dua kelompok desainer interior ini, yakni lokal dan Nasional. Lokal pun terbagi dua, yakni lokal dengan tukang independen dan lokal dengan perusahaan yang memiliki desainer interior dan pekerja lokal. Di Pekanbaru, cukup banyak jasa desain interior lokal dengan tim desainer interior khusus. Misalnya ada Jaya Interior Pekanbaru, Raja Interior, Home Interior Project, dan lainnya. Sedangkan yang Nasional atau pabrikasi adalah perusahaan desain interior berbasis Nasional dengan cabang di berbagai provinsi. Di Riau, yang dikenal luas adalah Informa dan Dekoruma. Masing-masing tentunya punya segmen dan keunggulan tertentu.
Menurut Interior Design and Sales Manager Dekoruma, Lela, tren desain interior memang melonjak tajam ketika pandemi Covid-19. Masyarakat yang lama di rumah merasa “bosan” dengan kondisi dalam rumah yang itu-itu saja. Makanya, ketika ada budget lebih, yang pertama dilakukan adalah mendesain ulang interior rumah mereka agar mendapatkan kenyamanan di dalam rumah.
“Kami tentunya membaca pasar dan kecenderungan masyarakat. Saat ini, banyak masyarakat yang memiliki minat ketertarikan kepada style interior Japandi. Hal ini tentunya sesuai dengan karakteristik style furniture di Dekoruma,” ujar Lela.
Japandi adalah akronim dari Japan and Skandinavia. Keduanya bisa dikatakan perpaduan gaya Asia dan Eropa utara, yang menjadi bagian negara-negara Skandinavia, yakni Denmark, Norwegia dan Swedia. Jepang mewakili gaya kesederhanaan dan keindahan, sedangkan Skandinavia mewakili gaya dengan unsur keseimbangan dan fungsional (space saving). Keduanya juga mewakili substyle natural dan modern yang kini banyak diminati masyarakat. Secara umum, ada empat substyle dari Japandi, yakni natural, modern, industrial, dan klasik. Japandi natural dan modern paling banyak diminati saat ini. Sedangkan gaya industrial dan klasik sudah mulai kurang diminati. Jika pun ada, permintaannya sedikit.
Gaya interior Japandi menawarkan rasa keteraturan dan ketenangan melalui penataannya yang cermat, estetika minimalis, dan karakteristik lainnya. Estetika ini tidak terbatas pada penampilan saja. Pengaruhnya hingga ke esensi ruang hidup. Gaya ini memadukan garis-garis bersih dan fungsionalitas desain Skandinavia dengan tradisi estetika Jepang yang abadi. Japandi mengedepankan kesederhanaan, kenyamanan, dan minimalis. Gaya ini juga menekankan penggunaan bahan ramah lingkungan dan menghilangkan bahan-bahan yang tidak perlu.
“Jadi ada space saving misalnya. Tempat tidur bisa dilipat dan terlihat seperti lemari, kemudian meja multifungsi yang dimanfaatkan sebagai meja kerja dan juga meja rias. Jadi dengan ruangan yang minimalis, fungsinya bisa banyak. Itu antara lain,” ujar Lela.
Dampak Krisis
Krisis akibat dampak pandemi Covid-19 dinilai meningkatkan jumlah pengguna interior rumah. Harga perumahan yang tinggi diduga menjadi penyebab banyak masyarakat yang memiliki penghasilan lebih untuk menahan diri membeli rumah tipe tinggi seharga di atas Rp500 juta atau di atas Rp1 miliar. Sebaliknya, mereka lebih memilih untuk membeli rumah yang murah, misalnya tipe 54 atau 60 dan setelahnya dilakukan perubahan interior.
Menurut desainer interior Dekoruma, Dita, kecenderungannya saat ini, masyarakat kelas menengah dan pasangan muda lebih memilih memiliki rumah tipe kecil dibandingkan rumah mewah. Sebab, dengan rumah tipe kecil, tetap bisa memiliki fungsi banyak jika interior yang digunakan fungsional.
“Salah satunya dengan style Japandi yang walaupun rumah kecil, fungsinya bisa terpenuhi,” ujar Dita.
Itu pula yang menyebabkan rumah gaya klasik kurang banyak diminati. Sebab gaya klasik selalu identik dengan kemewahan. Ada ukiran-ukiran, moulding, dan tiang-tiang yang besar. Ukurannya juga biasanya besar dan tinggi. Ini berbeda dengan gaya Japandi yang minimalis dan fungsional.
“Kadang dengan mengubah warna saja dengan sedikit sentuhan lurus, sudah dapat style-nya,” ujar Dita.
Banyak juga pasangan muda yang lebih memilih rumah gaya minimalis ini. Para pengembang perumahan pun mulai jarang melirik pembangunan rumah mewah gaya klasik. Mereka lebih memilih membangun rumah ukuran relatif kecil tetapi dengan interior yang tak kalah. Ada juga masyarakat yang membeli rumah tipe kecil seperti 54 atau 60, tapi kemudian melakukan pembenahan interiornya sehingga terkesan lebih berestetika tinggi.
Permanen
Salah satu perbedaan interior Nasional dengan lokal adalah pada teknik pembuatannya. Dekoruma seperti halnya Informa, merancang interiornya tidak hanya di Pekanbaru, melainkan juga memiliki workshop pabrikasi di luar Pekanbaru. Ini berbeda dengan kebanyakan desainer interior lokal Pekanbaru, yang merancang semua bahannya dari Pekanbaru.
“Semua dirancang dan dibuat di Pekanbaru. Tapi bisa dikirim ke seluruh wilayah di Riau,” ujar seorang desainer interior lokal, tapi sudah memiliki brand di Pekanbaru.
Bahan yang digunakan bisa sesuai permintaan. Bisa yang jenis HPL (high pressure laminates), MDF/HDF (tripleks khusus) atau partikel board (serbuk). Bahan paling bagus yang sering digunakan adalah HPL. Bahan ini tahan air dan rembesan. Beda dengan MDF/HDF, apalagi partikel board (serbuk) yang mudah sekali keropos jika terkena air.
Banyak juga brand lokal yang sudah menggunakan HPL. Bahkan, seorang pengguna jasa desain interior rumahan, Johan, mengaku menggunakan bahan HPL untuk partisi yang jadi interior rumahnya.
“Ya, bahannya HPL. Bagus dan tahan,” ujar Johan.
Menurut desainer Dekoruma, Dita, semua bahan di Dekoruma menggunakan material plywood yang terbaik untuk interior. Sedangkan, untuk finishing-nya tersedia HPL dan Duco. Sebab, hampir semua interior ini melekat pada rumah atau custom/built in. Dengan demikian tidak bisa dipindahkan. Maka bahan yang digunakan harus kuat dan tahan cuaca. Jangan sampai rembesan air malah membuat rusak interior.
Pembuatannya juga bisa relatif lama. Sejak rancangan desain disetujui, waktu jadinya mencapai dua bulan (8 pekan) hingga furnitur dipasang di rumah pelanggan. Biasanya pelanggan datang bertanya soal model yang akan dibuat. Lalu ada diskusi dan kesepakatan, termasuk model dan harga. Tentunya juga diukur kondisi rumah, ukuran, cat lamanya, dan apa kecenderungan pelanggan.
“Setelah desain disepakati, maka kami akan langsung turun produksi. Apabila telah selesai produksi, maka dilakukan pengiriman unit ke rumah klien. Nanti pemasangannya bisa dua hingga tiga pekan di lokasi. Karena, tidak ada pekerjaan di lokasi rumah klien, melainkan semua unit dikirim dalam bentuk yang siap pasang. Totalnya bisa tiga sampai empat bulan dari tahap desain dimulai. Namun, bisa lebih cepat dari ini sesuai dengan besar dan kecilnya kebutuhan klien untuk interiornya,” ujar Dita.
Desain interior seperti ini dibuat secara built in atau custom, yang melekat pada dinding atau lantai rumah. Dengan kondisi ini, maka biasanya desain interior didesain untuk seumur rumah. Artinya, tidak bisa dipindahkan. Ini berbeda dengan furniture yang bisa dipindahkan seperti kursi dan meja, yang sifatnya loose, bukan built in.
Tips Ringan Memilih Interior
Memilih interior rumah tentunya sesuai dengan kecenderungan masing-masing. Akan tetapi ada beberapa tips yang bisa jadi panduan masyarakat untuk memilih dan memiliki interior. Menurut Interior Design and Sales Manager Dekoruma, Lela, perlu diperhatikan beberapa hal sebelum menentukan interior rumah.
Pertama, jika ada keterbatasan budget, maka perlu diperhatikan mana kebutuhan primer, sekunder, dan tersier dalam interior. Berbeda dengan pandangan umum, Lela justru menyebut kebutuhan primer dalam interior adalah ruang pribadi, yakni dapur dan kamar, kemudian ruang keluarga. Setelah itu, sembari melengkapi area ruang tamu. Tambahan lainnya adalah seperti cabinet vanity di kamar mandi, ruang cuci atau laundry room, yang bisa dibenahi interiornya belakangan.
“Tapi kalau budget cukup, maka bisa saja langsung semua saja,” ujar Lela.
Kenapa kamar dan dapur? Sebab kamar adalah tempat yang harus dibuat senyaman mungkin dan membuat betah. Makin tertata kamar dengan tempat tidur, lemari dan laci yang bisa multifungsi dan custom (tetap) serta tertata, maka makin berkualitas juga hari-hari di kamar. Tidur juga makin berkualitas.
Dapur juga demikian. Penataan dapur yang baik akan membuat bagian belakang rumah yang paling banyak dilakukannya aktivitas ini menjadi lebih nyaman. Hal yang sama diberlakukan pada ruang keluarga. Ini berbeda dengan ruang tamu, yang hanya digunakan sesekali.
Kedua, pilih yang custom dibandingkan yang loose. Menurut Lela, lebih baik memantapkan interior dengan menyesuaikan kondisi dan ukuran ruangan dibandingkan yang mobile. Sebab, itu akan memaksimalkan fungsi ruangan dan disesuaikan dengan ukuran ruangan tersebut.
Ketiga, pilihan warna hendaknya sesuai dengan konsep rumah. Jangan salah atau memilih warna yang bertabrakan satu sama lain, sehingga terkesan tidak seimbang atau terlalu ramai. Pilih warna yang lembut dan alami.
Keempat, gunakan furniture yang sesuai ukuran ruangan. Usahakan masih ada space ruangan sehingga tidak terkesan sumpek. Hal ini bisa diakali dengan furniture yang space saving.
Kelima, gunakan motif halus dan tidak terlalu ramai. Terlalu banyak pernik dan glamor justru akan membuat interior rumah terkadang kurang enak dipandang.***
Laporan MUHAMMAD AMIN, Pekanbaru