MERANTI (RIAUPOS.CO) – Tidak kurang dua pekan ini, keberadaan titik api tampak belum padam di Desa Insit, Kecamatan Tebing Tinggi Barat.
Walaupun proses pendinginan terus dilakukan, api yang telah padam kembali menyala di lahan warga seluas lima hektare tersebut.
Seperti dibeberkan oleh Kalaksa BPBD Kepulauan Meranti, M Edy Afrizal, Selasa (20/8/19), kondisi itu terjadi dampak dari kencangnya intensitas angin.
Menurutnya sampai saat ini titik bara dan api belum padam. Persediaan air makin menipis. Petugas dari BPBD Kepulauan Meranti terpaksa menggunakan air laut.
"Kita sudah maksimal melakukan upaya pemadaman, mulai dari pagi, sampai malam hari. Namun suplai air yang kita ambil dari kolam Telaga Bening sudah hampir kering. Untuk itu kita terpaksa menggunakan air laut yang kita ambil melalui Pelabuhan Roro," kata Edy.
Edy mengatakan, pemadaman yang memanfaatkan air laut hanya dapat dilakukan sampai siang karena kondisi air sedang naik. Sementara pada sore hari, hal itu tidak dapat dilakukan mengingat kondisi permukaan laut yang surut.
Dia menjelaskan, jarak antara bibir pantai dengan air laut pada saat surut sangat jauh, sehingga pada siang hari hal itu tidak memungkinkan untuk dilakukan.
"Persediaan air di lokasi kebakaran susah kering. Kebakaran ini terjadi lagi karena kita kalah dengan air, karena ketika menunggu suplai air tiba, api menyala terus," uajar Edy.
Kalaksa BPBD itu mengatakan, banyak resiko ketika melakukan pemadaman menggunakan air laut, selain menyebabkan tangki mobil pemadam menjadi karat, juga bisa menyebabkan mesin menjadi rusak.
"Ini sangat beresiko. Selain tangki karat, mesin juga bisa rusak, ini sangat terpaksa kita lakukan. Nanti setelah selesai, tinggal kami bersihkan dan cuci bagian dalam tangki armada damkar menggunakan air bersih," ungkapnya. (wir)
Editor: Edwir