Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Wah, Kasus Covid-19 Indonesia Salip Cina

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Setelah 138 hari sejak kasus pertama muncul awal Maret lalu, kasus Covid-19 di Indonesia akhirnya menyalip Cina. Sekarang, saat penularan di negeri asal virus korona tersebut melandai, di Indonesia bahkan belum mencapai puncaknya.

Per kemarin (18/7), sudah 84.882 orang yang dilaporkan positif Covid-19 di Indonesia. Itu melampaui total kasus positif yang dilaporkan di Cina versi Worldometers, yakni 83.644 orang. Pada saat yang sama, WHO melaporkan kasus di China sebanyak 85.857 dan John Hopkins Coronavirus Resource Center melaporkan 85.314 orang.

Dengan perbedaan data global tersebut, kalaupun WHO yang menjadi acuan, hari ini catatan kasus di Indonesia dipastikan melebihi China. Sebab, saat ini kasus baru di Cina sudah sangat rendah. Laman coronatracker.com mencatat rata-rata kasus baru di China hanya 1–2 digit per hari. Tepatnya di bawah angka 50. Di sisi lain, sejak 9 Juni lalu, pertambahan kasus positif korona di Indonesia selalu lebih dari 1.000 per hari.

Baca Juga:  HKN 55 Jadi Tanda Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan di Meranti

Angka kasus positif di China memang terhitung tinggi. Namun, itu masih diimbangi dengan rasio kesembuhan yang cukup tinggi pula. Yakni, mencapai 78.758 orang atau 94,2 persen. Sementara itu, Indonesia terus berusaha meningkatkan jumlah kesembuhan. Tingkat kesembuhan atau recovery rate di Indonesia mencapai 51 persen dengan jumlah total 43.268 orang.

Meski angka terkonfirmasi positif sudah melewati Cina, beberapa waktu terakhir ada perkembangan yang terbilang positif. Persentase kesembuhan di provinsi-provinsi episentrum Covid-19 rata-rata hampir mengimbangi pertambahan kasus positif. Bahkan lebih besar.

Hal lainnya, menurut Jubir Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto, di antara kasus konfirmasi positif yang terdeteksi, banyak yang hanya bergejala ringan, bahkan tanpa gejala. Kasus konfirmasi positif tanpa gejala tidak lagi dirawat di rumah sakit. ”Beberapa daerah sudah membuat isolasi secara kelompok dengan pengawasan yang ketat. Takut (pasien positif tanpa gejala, red) jadi sumber penularan baru,” jelas Yuri kemarin (18/7).

Cofounder Kawal Covid-19 Elina Ciptadi menjelaskan, kekurangan utama dalam penanganan Covid-19 di Indonesia adalah minimnya tes PCR. Karena itu, sampai saat ini pemetaan epidemiologis juga belum bisa maksimal. Total orang yang dites hingga kemarin baru mencapai 697 ribu dengan kemampuan tes di kisaran 20 ribu per hari.

Baca Juga:  Ginda Minta Aparat Tindak Tegas Pembuat Hoaks

Kemampuan itu masih jauh dibanding Malaysia yang mencapai 30 ribuan per hari. Padahal, jumlah penduduk Indonesia sembilan kali lipat dari Malaysia.

’’Seharusnya yang dites di Indonesia minimal 270 atau 300 ribu per hari,’’ terangnya.

Dia mengapresiasi langkah pemerintah yang berfokus pada tracking, tracing, dan treatment. Pihaknya mendorong pemerintah untuk benar-benar berkomitmen dengan kebijakan tersebut.

’’Ketika pemerintahnya serius, kita akan jadi ikut serius,’’ lanjutnya.

Dengan kondisi Indonesia belum mampu meningkatkan tes secara signifikan, harus ada alternatif untuk mencegah penularan. Yang bisa dilakukan adalah mengisolasi orang-orang hasil contact tracing. Bukan isolasi mandiri, melainkan isolasi terpusat di fasilitas pemerintah. Setidaknya selama dua pekan.

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Setelah 138 hari sejak kasus pertama muncul awal Maret lalu, kasus Covid-19 di Indonesia akhirnya menyalip Cina. Sekarang, saat penularan di negeri asal virus korona tersebut melandai, di Indonesia bahkan belum mencapai puncaknya.

Per kemarin (18/7), sudah 84.882 orang yang dilaporkan positif Covid-19 di Indonesia. Itu melampaui total kasus positif yang dilaporkan di Cina versi Worldometers, yakni 83.644 orang. Pada saat yang sama, WHO melaporkan kasus di China sebanyak 85.857 dan John Hopkins Coronavirus Resource Center melaporkan 85.314 orang.

- Advertisement -

Dengan perbedaan data global tersebut, kalaupun WHO yang menjadi acuan, hari ini catatan kasus di Indonesia dipastikan melebihi China. Sebab, saat ini kasus baru di Cina sudah sangat rendah. Laman coronatracker.com mencatat rata-rata kasus baru di China hanya 1–2 digit per hari. Tepatnya di bawah angka 50. Di sisi lain, sejak 9 Juni lalu, pertambahan kasus positif korona di Indonesia selalu lebih dari 1.000 per hari.

Baca Juga:  HKN 55 Jadi Tanda Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan di Meranti

Angka kasus positif di China memang terhitung tinggi. Namun, itu masih diimbangi dengan rasio kesembuhan yang cukup tinggi pula. Yakni, mencapai 78.758 orang atau 94,2 persen. Sementara itu, Indonesia terus berusaha meningkatkan jumlah kesembuhan. Tingkat kesembuhan atau recovery rate di Indonesia mencapai 51 persen dengan jumlah total 43.268 orang.

- Advertisement -

Meski angka terkonfirmasi positif sudah melewati Cina, beberapa waktu terakhir ada perkembangan yang terbilang positif. Persentase kesembuhan di provinsi-provinsi episentrum Covid-19 rata-rata hampir mengimbangi pertambahan kasus positif. Bahkan lebih besar.

Hal lainnya, menurut Jubir Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto, di antara kasus konfirmasi positif yang terdeteksi, banyak yang hanya bergejala ringan, bahkan tanpa gejala. Kasus konfirmasi positif tanpa gejala tidak lagi dirawat di rumah sakit. ”Beberapa daerah sudah membuat isolasi secara kelompok dengan pengawasan yang ketat. Takut (pasien positif tanpa gejala, red) jadi sumber penularan baru,” jelas Yuri kemarin (18/7).

Cofounder Kawal Covid-19 Elina Ciptadi menjelaskan, kekurangan utama dalam penanganan Covid-19 di Indonesia adalah minimnya tes PCR. Karena itu, sampai saat ini pemetaan epidemiologis juga belum bisa maksimal. Total orang yang dites hingga kemarin baru mencapai 697 ribu dengan kemampuan tes di kisaran 20 ribu per hari.

Baca Juga:  Anies Imbau Warganya Jauhi Tempat Terjangkit Virus Corona

Kemampuan itu masih jauh dibanding Malaysia yang mencapai 30 ribuan per hari. Padahal, jumlah penduduk Indonesia sembilan kali lipat dari Malaysia.

’’Seharusnya yang dites di Indonesia minimal 270 atau 300 ribu per hari,’’ terangnya.

Dia mengapresiasi langkah pemerintah yang berfokus pada tracking, tracing, dan treatment. Pihaknya mendorong pemerintah untuk benar-benar berkomitmen dengan kebijakan tersebut.

’’Ketika pemerintahnya serius, kita akan jadi ikut serius,’’ lanjutnya.

Dengan kondisi Indonesia belum mampu meningkatkan tes secara signifikan, harus ada alternatif untuk mencegah penularan. Yang bisa dilakukan adalah mengisolasi orang-orang hasil contact tracing. Bukan isolasi mandiri, melainkan isolasi terpusat di fasilitas pemerintah. Setidaknya selama dua pekan.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari