Jumat, 22 November 2024

Hilal Rendah, Awal Puasa Beda

JCH Mulai Terbang 12 Mei, Wukuf 15 Juni

- Advertisement -

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kementerian Agama (Kemenag) secara resmi mengeluarkan Rencana Perjalanan Haji (RPH) 2024. Secara keseluruhan misi penyelenggaraan haji berlangsung dua bulan lebih 10 hari. Diawali dengan masuk asrama haji mulai 11 Mei, hingga kedatangan terakhir di Tanah Air pada 22 Juni.

Rincian RPH 2024 itu dijelaskan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief di Jakarta, Kamis (18/1). Dia mengatakan pemberangkatan jemaah calon haji (JCH) diawali dengan masuknya jemaah ke asrama haji mulai 11 Mei. ’’Kemudian jemaah mulai diterbangkan ke Arab Saudi pada 12 Mei,’’ katanya.

- Advertisement -

Artinya seperti sebelumnya, jemaah transit sekitar satu hari terlebih dahulu di asrama haji. Selama transit itu, jemaah menerima dokumen-dokumen perjalanan haji. Selain itu juga akan menerima uang saku atau living cost.

Hilman mengatakan pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji dikelompokkan dalam dua gelombang. Gelombang pertama diberangkatkan dengan rute Tanah Air menuju Madinah. Kemudian setelah menjalankan ibadah arbain atau salat 40 waktu berturut-turut di Masjid Nabawi, jemaah gelombang satu diberangkatkan menuju Makkah.

Kemudian untuk jemaah gelombang kedua, diberangkatkan dari Tanah Air langsung menuju Jeddah kemudian naik bus ke Makkah. Bersama-sama dengan jemaah gelombang pertama, mereka melakoni rangkaian haji di Makkah, Arafah, Mudzalifah, dan Mina. Sesuai dengan di RPH, wukuf dilaksanakan pada 15 Juni.

- Advertisement -

Setelah puncak haji selesai, jemaah gelombang pertama dipulangkan ke Tanah Air dari Jeddah. Sedangkan jemaah gelombang kedua, diberangkatkan menuju Madinah untuk menjalani ibadah arbain. Jemaah gelombang kedua dipulangkan ke tanah air dari bandara di Madinah. ’’Tahun ini Indonesia rencananya akan memberangkatkan 241 ribu jemaah haji,’’ jelasnya.

Baca Juga:  Brio Saturday Night Challenge 2019 Sukses Digelar 

Dia berharap pelaksanaan haji tahun ini berjalan dengan baik. Khususnya saat puncak ibadah haji di Arafah, Mudzalifah dan Mina. Seperti diketahui tahun lalu, sempat terjadi masalah di Mudzalifah. Yaitu ketika bus yang membawa jemaah menuju Mina mengalami keterlambatan berjam-jam.

Sampai saat ini proses pelunasan biaya haji masih berlangsung. Data sampai kemarin sore, jumlah jemaah yang sudah melunasi biaya haji reguler sebanyak 14.863 orang. Perinciannya adalah 14.495 orang jemaah berhak lunas, 85 orang kuota lanjut usia prioritas, dan 188 orang kuota cadangan.

Sementara itu perbedaan penetapan hari besar Islam tahun ini kembali terjadi. Tahun ini hampir dipastikan umat Islam akan mengawali puasa (1 Ramadan 1445 H) tidak serentak. Versi Muhammadiyah 1 Ramadan atau awal puasa jatuh pada Senin 11 Maret. Sementara pemerintah dan NU, diperkirakan bakal mengawali puasa pada 12 Maret.

Ketetapan awal puasa oleh Muhammadiyah itu beredar di masyarakat. Ormas Islam berlogo sinar matahari itu juga sudah menetapkan 1 Syawal atau Idulfitri jatuh pada 10 April. Muhammadiyah juga menetapkan 10 Zulhijah atau Iduladha jatuh pada 17 Juni.

Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 11 Maret, karena hilal sudah di atas ufuk pada 10 Maret (29 Syakban) atau sudah wujud. Posisi ketinggian hilal itu menggunakan pendekatan hisab. Ketentuan yang menjadi patokan Muhammadiyah selama ini adalah, pokoknya hilal sudah di atas ufuk berarti terjadi pergantian bulan. Pada 10 Maret nanti, hilal sudah di atas ufuk dengan ketinggian maksimal satu derajat. Maka 11 Maret sudah awal puasa.

Baca Juga:  Satu Travel Minimal Punya 1.500 Jemaah

Guru besar riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan potensi perbedaan awal puasa sangat mungkin terjadi. Dari tulisan yang dia buat 10 Juli 2023 lalu, 1 Ramadan jatuh pada 12 Maret. ’’Pada saat Maghrib 10 Maret, posisi bulan di Indonesia hanya sekitar 1 derajat atau kurang,’’ katanya, Kamis (18/1).

Dengan posisi itu, belum memenuhi kriteria yang ditetapkan MABIMS. Thomas juga mengatakan kriteria yang diadopsi pemerintah Indonesia adalah tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi geosentrik minimal 6,4 derajat. Dia mengatakan selama tinggi hilal sudah diatas kriteria itu, hilal bisa dilihat atau dirukyat.

’’Asal sudah di atas kriteria, biasanya ada yang mengaku melihat hilal dan bisa diterima di sidang isbat,’’ tuturnya. Tetapi ketika hilal masih di bawah kriteria MABIMS itu, apalagi di bawah 1 derajat, sulit dilihat atau dirukyat. Sehingga nanti saat sidang isbat Kementerian Agama tidak ada yang melapor berhasil melihat hilal.

Sedangkan untuk Idulfitri, Thomas mengatakan kemungkinan akan serentak. ’’In sya Allah Idul Fitri serentak 10 April,’’ katanya. Merujuk hasil hisab Muhammadiyah, tinggi hilal di 9 April (29 Ramadan) mencapai 6 derajat lebih. Dengan ketinggian seperti itu, hilal dengan mudah untuk dilihat. Sehingga Idulfitri versi Muhammadiyah maupun pemerintah dan NU nanti jatuh pada 10 April.

Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan, metode yang digunakan pemerintah adalah hisab dan rukyat. ’’Jadi (penetapan awal puasa) masih menunggu sidang isbat,’’ katanya. Masyarakat bisa menunggu hasil sidang isbat dan keputusannya akan disampaikan secara terbuka ke publik.(wan/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kementerian Agama (Kemenag) secara resmi mengeluarkan Rencana Perjalanan Haji (RPH) 2024. Secara keseluruhan misi penyelenggaraan haji berlangsung dua bulan lebih 10 hari. Diawali dengan masuk asrama haji mulai 11 Mei, hingga kedatangan terakhir di Tanah Air pada 22 Juni.

Rincian RPH 2024 itu dijelaskan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Hilman Latief di Jakarta, Kamis (18/1). Dia mengatakan pemberangkatan jemaah calon haji (JCH) diawali dengan masuknya jemaah ke asrama haji mulai 11 Mei. ’’Kemudian jemaah mulai diterbangkan ke Arab Saudi pada 12 Mei,’’ katanya.

- Advertisement -

Artinya seperti sebelumnya, jemaah transit sekitar satu hari terlebih dahulu di asrama haji. Selama transit itu, jemaah menerima dokumen-dokumen perjalanan haji. Selain itu juga akan menerima uang saku atau living cost.

Hilman mengatakan pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji dikelompokkan dalam dua gelombang. Gelombang pertama diberangkatkan dengan rute Tanah Air menuju Madinah. Kemudian setelah menjalankan ibadah arbain atau salat 40 waktu berturut-turut di Masjid Nabawi, jemaah gelombang satu diberangkatkan menuju Makkah.

- Advertisement -

Kemudian untuk jemaah gelombang kedua, diberangkatkan dari Tanah Air langsung menuju Jeddah kemudian naik bus ke Makkah. Bersama-sama dengan jemaah gelombang pertama, mereka melakoni rangkaian haji di Makkah, Arafah, Mudzalifah, dan Mina. Sesuai dengan di RPH, wukuf dilaksanakan pada 15 Juni.

Setelah puncak haji selesai, jemaah gelombang pertama dipulangkan ke Tanah Air dari Jeddah. Sedangkan jemaah gelombang kedua, diberangkatkan menuju Madinah untuk menjalani ibadah arbain. Jemaah gelombang kedua dipulangkan ke tanah air dari bandara di Madinah. ’’Tahun ini Indonesia rencananya akan memberangkatkan 241 ribu jemaah haji,’’ jelasnya.

Baca Juga:  Satu Travel Minimal Punya 1.500 Jemaah

Dia berharap pelaksanaan haji tahun ini berjalan dengan baik. Khususnya saat puncak ibadah haji di Arafah, Mudzalifah dan Mina. Seperti diketahui tahun lalu, sempat terjadi masalah di Mudzalifah. Yaitu ketika bus yang membawa jemaah menuju Mina mengalami keterlambatan berjam-jam.

Sampai saat ini proses pelunasan biaya haji masih berlangsung. Data sampai kemarin sore, jumlah jemaah yang sudah melunasi biaya haji reguler sebanyak 14.863 orang. Perinciannya adalah 14.495 orang jemaah berhak lunas, 85 orang kuota lanjut usia prioritas, dan 188 orang kuota cadangan.

Sementara itu perbedaan penetapan hari besar Islam tahun ini kembali terjadi. Tahun ini hampir dipastikan umat Islam akan mengawali puasa (1 Ramadan 1445 H) tidak serentak. Versi Muhammadiyah 1 Ramadan atau awal puasa jatuh pada Senin 11 Maret. Sementara pemerintah dan NU, diperkirakan bakal mengawali puasa pada 12 Maret.

Ketetapan awal puasa oleh Muhammadiyah itu beredar di masyarakat. Ormas Islam berlogo sinar matahari itu juga sudah menetapkan 1 Syawal atau Idulfitri jatuh pada 10 April. Muhammadiyah juga menetapkan 10 Zulhijah atau Iduladha jatuh pada 17 Juni.

Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 11 Maret, karena hilal sudah di atas ufuk pada 10 Maret (29 Syakban) atau sudah wujud. Posisi ketinggian hilal itu menggunakan pendekatan hisab. Ketentuan yang menjadi patokan Muhammadiyah selama ini adalah, pokoknya hilal sudah di atas ufuk berarti terjadi pergantian bulan. Pada 10 Maret nanti, hilal sudah di atas ufuk dengan ketinggian maksimal satu derajat. Maka 11 Maret sudah awal puasa.

Baca Juga:  Segera Dibuka Pelunasan Biaya Haji Tahap II

Guru besar riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengatakan potensi perbedaan awal puasa sangat mungkin terjadi. Dari tulisan yang dia buat 10 Juli 2023 lalu, 1 Ramadan jatuh pada 12 Maret. ’’Pada saat Maghrib 10 Maret, posisi bulan di Indonesia hanya sekitar 1 derajat atau kurang,’’ katanya, Kamis (18/1).

Dengan posisi itu, belum memenuhi kriteria yang ditetapkan MABIMS. Thomas juga mengatakan kriteria yang diadopsi pemerintah Indonesia adalah tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi geosentrik minimal 6,4 derajat. Dia mengatakan selama tinggi hilal sudah diatas kriteria itu, hilal bisa dilihat atau dirukyat.

’’Asal sudah di atas kriteria, biasanya ada yang mengaku melihat hilal dan bisa diterima di sidang isbat,’’ tuturnya. Tetapi ketika hilal masih di bawah kriteria MABIMS itu, apalagi di bawah 1 derajat, sulit dilihat atau dirukyat. Sehingga nanti saat sidang isbat Kementerian Agama tidak ada yang melapor berhasil melihat hilal.

Sedangkan untuk Idulfitri, Thomas mengatakan kemungkinan akan serentak. ’’In sya Allah Idul Fitri serentak 10 April,’’ katanya. Merujuk hasil hisab Muhammadiyah, tinggi hilal di 9 April (29 Ramadan) mencapai 6 derajat lebih. Dengan ketinggian seperti itu, hilal dengan mudah untuk dilihat. Sehingga Idulfitri versi Muhammadiyah maupun pemerintah dan NU nanti jatuh pada 10 April.

Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan, metode yang digunakan pemerintah adalah hisab dan rukyat. ’’Jadi (penetapan awal puasa) masih menunggu sidang isbat,’’ katanya. Masyarakat bisa menunggu hasil sidang isbat dan keputusannya akan disampaikan secara terbuka ke publik.(wan/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari