JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Polri mengungkap dua yayasan kedok pengumpulan dana terorisme. Yakni, ABA dan FKAM. Kadivhumas Polri Irjen Argo Yuwono menjelaskan, berdasar keterangan tersangka kasus terorisme berinisial FA alias Acil, diketahui bahwa dua yayasan tersebut merupakan kedok pendanaan kelompok Jamaah Islamiyah (JI). Tercatat ada 20 ribu kotak amal JI yang disebar di 12 provinsi.
’’Modusnya menyebar kotak amal yang memang resmi, tapi digunakan untuk mendanai terorisme,’’ paparnya.
Memang sebagai kedok, JI sengaja membuat yayasan dengan legalitas yang resmi. Dengan izin dari tiga instansi, yakni Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan Kementerian Agama (Kemenag).
’’Mereka mematuhi semua prosedurnya, seperti survei dan pelaporan,’’ tuturnya. Setelah dikumpulkan, uang dari kotak amal dipotong. Hasil pemotongan uang kotak amal itu digunakan untuk kelompok JI. Lalu, sisa uang kotak amal dicatat di yayasan. Ini yang akan dilaporkan ke Baznas,’’ jelasnya.
Pelaporan ke Baznas itu ditujukan agar legalitas kotak amal terjaga sehingga masih bisa terus mengumpulkan dana dengan cara serupa.
’’Memang yayasan ini diupayakan resmi,’’ paparnya dalam keterangan tertulis.
Adapun ciri-ciri kotak amal yang terafiliasi dengan kelompok teroris, kotaknya umumnya terbuat dari kaca berangka aluminium. Tapi, ada juga sebagian kotak amal kaca berangka kayu.
’’Lalu, terdapat contact person, alamat yayasan, dan mencantumkan SK Kemenkum HAM, Baznas, dan Kemenag,’’ paparnya.
Kotak amal teroris tersebut biasanya ditempatkan di warung-warung konvensional. Hal itu dilakukan karena memperoleh izin lapangannya mudah.
’’Hanya dari pemilik warung,’’ jelasnya.
Jumlah kotak amal kelompok teroris itu menurut keterangan Mabes Polri mencapai 20 ribu. Tersebar di beberapa daerah, apakah Riau termasuk.
Menurut Argo, kotak amal tersebut tersebar di berbagai provinsi seperti Sumatera Utara, Lampung, Jakarta, Jateng (Semarang, Pati, Temanggung, Solo), Jogjakarta, Jatim (Magetan, Surabaya, Malang), dan Maluku (Ambon).
“Yang paling banyak di Lampung dengan 6 ribu kotak dan Sumut dengan 4 ribu kotak,’’ ujarnya.
Selain yayasan kotak amal, ada bentuk yayasan yang mengumpulkan dana dengan metode secara langsung. Yayasan itu memiliki program donasi ke Palestina dan Syria. Contohnya, SO (Syam Organizer), OC (One Care), HASHI, dan HILAL AHMAR.
’’Yayasan ini hanya membutuhkan izin dari Kemenkum HAM, tanpa izin Baznas dan Kemenag,’’ urainya.
Sementara itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin merespons temuan kepolisian bahwa ada dua lembaga amil zakat (LAZ) yang menyalurkan dana penghimpunan untuk aksi terorisme. Dia memastikan bahwa dua LAZ itu memiliki izin dari Kemenag.
Mantan Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) tersebut tidak segan mencabut izinnya jika benar-benar terbukti menyimpang dalam penyaluran dana zakat maupun infak.
Editor: Eka G Putra