ANKARA (RIAUPOS.CO) – Keputusan AS memberikan sanksi ke Turki terkait pembelian sistem pertahanan rudal dari Rusia terus menuai kemarahan Ankara. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyebut sanksi AS itu sebagai “serangan terbuka” terhadap kedaulatan negaranya.
“Aliansi macam apa ini? Keputusan (Amerika, red) ini merupakan serangan terbuka terhadap kedaulatan kami,” kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi di Turki, Rabu (16/12/2020), dikutip kembali Alarabiyah dan Reuters.
Erdogan menuturkan, sanksi AS terhadap Turki atas akuisisi sistem pertahanan Rusia akan berbuah kegagalan. Dia menduga tujuan Washington menjatuhkan hukuman itu hanya untuk menghalangi upaya industri pertahanan Turki.
Menurut Erdogan, sanksi tersebut juga menunjukkan sikap bermusuhan oleh AS kepada Turki yang notabene sekutunya sesama anggota NATO. Kendati demikian, dia meyakini Turki mampu mengatasi berbagai masalah yang bakal ditimbulkan oleh sanksi tersebut di kemudian hari.
Pada Senin (15/12/2020), AS menjatuhkan sanksi kepada Presidensi Industri Pertahanan Turki (SSB), termasuk ketua dan tiga pegawai lembaga itu. Sanksi tersebut diberikan AS atas keputusan Turki membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Rusia telah mengirimkan sistem rudal S-400 darat-ke-udara (surface-to-air) itu ke Turki pada tahun lalu. Ankara pun telah menguji senjata tersebut pada Oktober kemarin. Turki menegaskan, sistem rudal itu tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak menimbulkan ancaman.
Akan tetapi, AS menyatakan bahwa S-400 memang menimbulkan ancaman. Tahun lalu, Washington pun mengumumkan akan mengeluarkan Turki dari program jet tempur F-35 atas keputusan Ankara membeli senjata Rusia itu.
Kabar mengenai hukuman AS terhadap Ankara itu sebenarnya sudah berembus kencang sejak pekan lalu. Akibatnya nilai tukar lira Turki pun melemah sebesar 1,4 persen setelah beredarnya kabar itu.
Sanksi AS dapat membahayakan ekonomi Turki. Pasalnya negeri bekas Ottoman itu kini sedang berjuang keras di tengah perlambatan yang disebabkan oleh wabah virus corona, di samping inflasi dua digit dan cadangan devisa yang sangat terkuras.
Sumber: Reuters/News/Alarabia
Editor: Hary B Koriun