(RIAUPOS.CO) – FESTIVAL Subayang tahun ini kembali digelar 15-17 Juli 2022. Berbagai kegiatan dilaksanakan dalam festival ini, salah satunya adalah Bongkar Lubuk Larangan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari kedua, Sabtu (16/7) di Desa Gema, Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.
Bongkar Lubuk Larangan ini awalnya direncanakan di Desa Tanjung Belit. Tapi karena kondisi air Sungai Subayang kurang bersahabat atau keruh, maka dipindah ke Desa Gema, yaitu Lubuk Larangan milik pemuda di sana.
“Awalnya kami merencanakan Bongkar Lubuk Larangan ini di Desa Tanjung Belit. Tapi karena Sungai Subayang kurang bersahabat, akhirnya dipindah ke Desa Gema. Alhamdulillah lancar jaya,” kata Kasmono, salah satu panitia Festival Subayang dengan riang.
Prosesi bongkar lubuk pun dimulai pukul 14.00 dan dibuka oleh ketua pemuda Desa Gema, Mastur. Setelah dibuka Mastur, masyarakat bersama ratusan peserta Festival Subayang turun ke sungai dan menangkap ikan.
Ada yang menggunakan jala, ada juga dengan cara menembak. Ada yang langsung masuk ke sungai, ada yang memilih bersiap di atas perahu. Sungai yang awalnya tenang, jadi bergemuruh dan ramai. Kegembiraan bongkar lubuk begjtu terasa sampai akhirnya ditutup oleh imam masjid, Kaharuddin, dengan doa.
Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rachmat yang hadir dalam kegiatan itu, terlihat sangat gembira dan dekat dengan seluruh peserta. Dia sangat berharap Festival Subayang digelar setiap tahun sebagai upaya pelestarian alam dan kearifan lokal.
Senang sekali bisa hadir di Festival Subayang. Cuaca juga cerah. Ya, bergembiralah kita dalam festival ini sambil terus berupaya menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Maulana, peaerta asal Kota Pekanbaru. Hadir dan.menyaksikan Bongkar Lubuk Larangan dengan ikan-ikan segar, baginya sangat istimewa.
“Ini festival yang tak biasa. Festival budaya yang menurut saya istimewa, bisa ikut tangkap ikan ramai-ramai di sungai. Meski panas, angat menyenangkan,” katanya.
Diikuti Ratusan Peserta
Ratusan peserta mengikuti festival ini. Mereka diinapkan dalam 100 tenda dome yang dipasang di camp ground tepi Sungai Subayang, Desa Gema, Kampar Kiri, tempat helat ini digelar. Seluruh peserta mulai menginap di lokasi acara sejak malam dan akan berakhir pagi ini, Minggu (17/7).
100 tenda tersebut disewa panitia dari para penyewa atau anak-anak muda setempat yang memiliki perentalan alat-alat outdoor. Dengan tujuan turut menumbuhkan ekonomi masyarakat, khususnya selama festival berlangsung.
“Ada 100 tenda yang kami sediakan untuk peserta. Semuanya disediakan oleh panitia dengan memanfaatkan atau memberdayakan pengusaha muda alat-alat outdoor di Kampar Kiri dan sekitarnya,” kata Rega.
Adapun komunitas perental alat outdoor tersebut, antara lain, Gemavillage Adventure, Senja Subayang Rimbangbaling Adventure, Irya Camp, dan Basecamp subayang. Seluruh tenda sudah terpasang sejak Kamis dan akan dibubarkan pada Ahad.
"Alhamdulillah, kami senang, bahkan menunggu-nunggu iven Festival Subayang ini, karena sebagai pengusaha lokal alat-alat outdoor kami sangat terbantu. Kami merasa diberdayakan, dilibatkan, dan diberi peluang. Festival Subayang keren, memberdayakan masyarakat setempat sehingga dampak ekonominya jelas," kata Oby Fernando, owner Senja Subayang.(kun)
Laporan TIM RIAU POS, Kampar