Korban Mutilasi di Inhil Rajin Mengaji dan Sempat Meminjam Jilbab Tetangga

Orang tua seharusnya menjadi tempat anak untuk berlindung, berkasih sayang, dan bermanja-manja. Namun hal ini tidak dialami F (9). Ia justru menjadi korban mutilasi oleh ayah kandungnya sendiri. Peristiwa tragis ini terjadi di Parit Empat, Kelurahan Tembilahan Barat, Kecamatan Tembilahan Hulu, Indragiri Hilir, Senin (13/6).

Laporan INDRA EFENDI, Tembilahan

- Advertisement -

Senin 13 Juni 2022 merupakan hari terakhir bagi F (9) melihat kerasnya kehidupan dunia. Korban dihabisi dengan cara dimutilasi oleh ayah kandungnya bernama Arharubi (42). Bahkan beberapa bagian tubuh korban sempat dibuang oleh pelaku ke dalam semak belukar.

Berdasarkan informasi di lapangan, pelaku merupakan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ). Sehingga tidak sedikitpun pelaku merasa iba saat memutilasi putri kandungnya yang saat itu masih duduk di bangku kelas III SD.

- Advertisement -

Dalam kesehariannya, pelaku berprofesi sebagai nelayan tradisional. Dia sudah berpisah dengan istrinya ketika korban F masih balita. Diduga kuat, latar belakang perpisahan tersebutlah menjadikan pelaku memiliki mental yang kurang baik.

"Pelaku sangat tertutup dan sulit bersosialisasi," kata warga sekitar yang menolak untuk disebutkan namanya, Rabu (15/6).

Arharubi dan korban tinggal satu rumah di Parit 4, Kelurahan Tembilahan Barat, Kecamatan Tembilahan Hulu, Indragiri Hilir (Inhil), Riau. Di samping tertutup, pelaku juga dikabarkan merupakan sosok yang agresif dan tempramental. Sehingga banyak warga yang tdak mengenali pribadi pelaku secara dalam.

"Setahu kami pelaku pernah menikah dua kali. Keduanya bercerai," sambung warga tersebut, seraya menambahkan korban F, merupakan anak dari istri kedua pelaku.

Saat ini, dikabarkan ibu kandung korban F, tinggal di salah satu tempat di Kecamatan Mandah, dan sudah berumah tangga kembali. Sementara korban F, diasuh pelaku hingga akhirnya dimutilasi.

Hal yang sama juga dikatakan Ketua RT 03, Parit 4, Kelurahan Tembilahan Barat, Hasby. Di samping tidak suka bergaul dengan warga sekitar, pelaku juga jarang terlihat dikunjungi oleh keluarga. Padahal, keluarga pelaku masih tinggal di satu kecamatan yang sama.

Berbeda denga korban F. Korban dikatakan Hasby merupakan sosok anak-anak yang suka bergaul dan rajin mengaji. Bahkan beberapa jam sebelum menjadi korban mutilasi, korban F sempat meminjam jilbab dengan anaknya. "Kata korban, bapaknya (pelaku, red) marah jika tidak memakai jilbab," cerita Ketua RT 03.

Lurah Tembilahan Barat, Kecamatan Tembilahan Hulu, Kadarinawati, berharap kasus serupa tidak sampai terjadi lagi di tengah-tengah masyarakat serta menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran yang sangat besar. "Mungkin perlu kita tingkatkan kepedulian kita bersama. Khususnya pihak keluarga supaya kasus demikian tidak terulang lagi," harapnya.

Dari sisi lain, Kapolsek Tembilahan Hulu, IPTU Ricky Marzuki, menduga pelaku mutilasi merupakan orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Namun untuk itu meski dibuktikan secara keilmuan. "Perkara ini sedang kami lakukan penyidikan. Saksi-saksi sudah kita periksa, termasuk pihak keluarga korban, ketua RT dan tetangga," terangnya. Jika nanti hasil pemeriksaan kejiwaan, pelaku dinyatakan tidak dalam gangguan kejiwaan maka pelaku dapat dijerat dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

Diceritakan Ricky, setelah memutilasi anaknya, pelaku juga mengamuk sambil membawa parang dan berdiri di pinggir jalan. Bahkan pelaku sempat memukul mobil warga yang lewat di sekitar lokasi.

"Saat petugas datang ke lokasi pelaku masih memegang parang. Kita berupaya membujuknya namun pelaku tidak mau," jelasnya.

Tak ingin hal buruk lain terjadi, petugas lalu memanggil keluarga pelaku. Setelah abang pelaku yang paling tua datang untuk membujuk, akhirnya pelaku dapat diamankan. "Setelah itu, baru kami minta pelaku menunjukkan di mana potongan tubuh korban. Dengan tangan diborgol pelaku berjalan ke arah belakang dan mengambil bungkusan berisi potongan kepala," tambahnya.

Guna memastikan status kejiwaanya, polisi membawa pelaku mutilasi ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan, Pekanbaru. Hal ini dikatakan Kapolres Inhil AKBP Dian Setyawan, melalui Kasat Reskrim AKP Abdullah Amru.

"Sedang kita observasi kejiwaannya di RSJ Tampan Pekanbaru. Nanti hasilnya baru dirilis," jawab Kasat Reskrim Polres Inhil ini.(das)

Orang tua seharusnya menjadi tempat anak untuk berlindung, berkasih sayang, dan bermanja-manja. Namun hal ini tidak dialami F (9). Ia justru menjadi korban mutilasi oleh ayah kandungnya sendiri. Peristiwa tragis ini terjadi di Parit Empat, Kelurahan Tembilahan Barat, Kecamatan Tembilahan Hulu, Indragiri Hilir, Senin (13/6).

Laporan INDRA EFENDI, Tembilahan

Senin 13 Juni 2022 merupakan hari terakhir bagi F (9) melihat kerasnya kehidupan dunia. Korban dihabisi dengan cara dimutilasi oleh ayah kandungnya bernama Arharubi (42). Bahkan beberapa bagian tubuh korban sempat dibuang oleh pelaku ke dalam semak belukar.

Berdasarkan informasi di lapangan, pelaku merupakan orang dalam gangguan jiwa (ODGJ). Sehingga tidak sedikitpun pelaku merasa iba saat memutilasi putri kandungnya yang saat itu masih duduk di bangku kelas III SD.

Dalam kesehariannya, pelaku berprofesi sebagai nelayan tradisional. Dia sudah berpisah dengan istrinya ketika korban F masih balita. Diduga kuat, latar belakang perpisahan tersebutlah menjadikan pelaku memiliki mental yang kurang baik.

"Pelaku sangat tertutup dan sulit bersosialisasi," kata warga sekitar yang menolak untuk disebutkan namanya, Rabu (15/6).

Arharubi dan korban tinggal satu rumah di Parit 4, Kelurahan Tembilahan Barat, Kecamatan Tembilahan Hulu, Indragiri Hilir (Inhil), Riau. Di samping tertutup, pelaku juga dikabarkan merupakan sosok yang agresif dan tempramental. Sehingga banyak warga yang tdak mengenali pribadi pelaku secara dalam.

"Setahu kami pelaku pernah menikah dua kali. Keduanya bercerai," sambung warga tersebut, seraya menambahkan korban F, merupakan anak dari istri kedua pelaku.

Saat ini, dikabarkan ibu kandung korban F, tinggal di salah satu tempat di Kecamatan Mandah, dan sudah berumah tangga kembali. Sementara korban F, diasuh pelaku hingga akhirnya dimutilasi.

Hal yang sama juga dikatakan Ketua RT 03, Parit 4, Kelurahan Tembilahan Barat, Hasby. Di samping tidak suka bergaul dengan warga sekitar, pelaku juga jarang terlihat dikunjungi oleh keluarga. Padahal, keluarga pelaku masih tinggal di satu kecamatan yang sama.

Berbeda denga korban F. Korban dikatakan Hasby merupakan sosok anak-anak yang suka bergaul dan rajin mengaji. Bahkan beberapa jam sebelum menjadi korban mutilasi, korban F sempat meminjam jilbab dengan anaknya. "Kata korban, bapaknya (pelaku, red) marah jika tidak memakai jilbab," cerita Ketua RT 03.

Lurah Tembilahan Barat, Kecamatan Tembilahan Hulu, Kadarinawati, berharap kasus serupa tidak sampai terjadi lagi di tengah-tengah masyarakat serta menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran yang sangat besar. "Mungkin perlu kita tingkatkan kepedulian kita bersama. Khususnya pihak keluarga supaya kasus demikian tidak terulang lagi," harapnya.

Dari sisi lain, Kapolsek Tembilahan Hulu, IPTU Ricky Marzuki, menduga pelaku mutilasi merupakan orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Namun untuk itu meski dibuktikan secara keilmuan. "Perkara ini sedang kami lakukan penyidikan. Saksi-saksi sudah kita periksa, termasuk pihak keluarga korban, ketua RT dan tetangga," terangnya. Jika nanti hasil pemeriksaan kejiwaan, pelaku dinyatakan tidak dalam gangguan kejiwaan maka pelaku dapat dijerat dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.

Diceritakan Ricky, setelah memutilasi anaknya, pelaku juga mengamuk sambil membawa parang dan berdiri di pinggir jalan. Bahkan pelaku sempat memukul mobil warga yang lewat di sekitar lokasi.

"Saat petugas datang ke lokasi pelaku masih memegang parang. Kita berupaya membujuknya namun pelaku tidak mau," jelasnya.

Tak ingin hal buruk lain terjadi, petugas lalu memanggil keluarga pelaku. Setelah abang pelaku yang paling tua datang untuk membujuk, akhirnya pelaku dapat diamankan. "Setelah itu, baru kami minta pelaku menunjukkan di mana potongan tubuh korban. Dengan tangan diborgol pelaku berjalan ke arah belakang dan mengambil bungkusan berisi potongan kepala," tambahnya.

Guna memastikan status kejiwaanya, polisi membawa pelaku mutilasi ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan, Pekanbaru. Hal ini dikatakan Kapolres Inhil AKBP Dian Setyawan, melalui Kasat Reskrim AKP Abdullah Amru.

"Sedang kita observasi kejiwaannya di RSJ Tampan Pekanbaru. Nanti hasilnya baru dirilis," jawab Kasat Reskrim Polres Inhil ini.(das)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya