JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penasaran dengan cuaca Indonesia 30 tahun ke depan? Kabar baiknya, suhu luar ruangan diperkirakan tidak naik drastis. Kabar buruknya, cuaca bakal lebih kejam daripada sekarang.
Hal tersebut merupakan kesimpulan dari kumpulan peneliti di ETH Zurich. Melalui jurnal yang dirilis di PLOS ONE Rabu (10/7/2019), lembaga penelitian itu memprediksi negara tropis bakal mengalami cuaca ekstrem.
Kemarau panjang atau hujan badai diperkirakan lebih sering terjadi pada 2050. Di sisi lain, negara-negara di atas atau bawah garis khatulistiwa bakal merasakan suhu yang lebih panas.
Menurut kepala tim peneliti Jean-Francois Bastin, suhu sebuah negara pada 2050 bakal mirip dengan lokasi yang 1.000 kilometer lebih dekat dengan khatulistiwa. Artinya, warga London 30 tahun mendatang bakal merasakan suhu yang sama dengan Madrid saat ini. ’’Kami ingin semua tahu bagaimana dampak perubahan iklim yang nyata,’’ ujarnya kepada Agence France-Presse.
Dia menegaskan, perubahan iklim tak boleh diremehkan. Dia memprediksi Belgia, kampung halamannya, tak akan mengalami cuaca di bawah nol derajat Celsius pada 2060. Padahal, cuaca seperti itu dibutuhkan untuk memproduksi gandum.(bil/c11/dos)
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penasaran dengan cuaca Indonesia 30 tahun ke depan? Kabar baiknya, suhu luar ruangan diperkirakan tidak naik drastis. Kabar buruknya, cuaca bakal lebih kejam daripada sekarang.
Hal tersebut merupakan kesimpulan dari kumpulan peneliti di ETH Zurich. Melalui jurnal yang dirilis di PLOS ONE Rabu (10/7/2019), lembaga penelitian itu memprediksi negara tropis bakal mengalami cuaca ekstrem.
Kemarau panjang atau hujan badai diperkirakan lebih sering terjadi pada 2050. Di sisi lain, negara-negara di atas atau bawah garis khatulistiwa bakal merasakan suhu yang lebih panas.
- Advertisement -
Menurut kepala tim peneliti Jean-Francois Bastin, suhu sebuah negara pada 2050 bakal mirip dengan lokasi yang 1.000 kilometer lebih dekat dengan khatulistiwa. Artinya, warga London 30 tahun mendatang bakal merasakan suhu yang sama dengan Madrid saat ini. ’’Kami ingin semua tahu bagaimana dampak perubahan iklim yang nyata,’’ ujarnya kepada Agence France-Presse.
Dia menegaskan, perubahan iklim tak boleh diremehkan. Dia memprediksi Belgia, kampung halamannya, tak akan mengalami cuaca di bawah nol derajat Celsius pada 2060. Padahal, cuaca seperti itu dibutuhkan untuk memproduksi gandum.(bil/c11/dos)