Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Hasil Studi Terbaru, Vaksin Sinovac Berhasil Tekan Jumlah Pasien Parah dan Mutasi Virus

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Vaksin Covid-19 asal Cina, CoronaVac dari Sinovac, kini sudah digunakan di banyak negara termasuk Brasil dan Indonesia. Pelaksanaan vaksinasi berkejaran dengan munculnya berbagai varian mutasi SARS-CoV-2. Meski begitu vaksin Sinovac terbukti bisa mengekang mutasi virus dan menurunkan jumlah pasien Covid-19 dengan kondisi berat.

Hasil awal dari sebuah studi di Brasil menunjukkan satu dosis CoronaVac, masih sekitar 50 persen efektif melawan gejala Covid-19 di kota Brasil. Brasil juga menghadapi tantangan munculnya varian P.1 sehingga membuat penyintas rentan terinfeksi kembali.

Kabar baiknya, penelitian di Brasil membuktikan dua dosis CoronaVac membuat mutasi virus tak mampu menghindari vaksin. Artinya vaksin masih efektif mengendalikan mutasi. ’’Ini adalah kabar baik dan mendukung penggunaan berkelanjutan vaksin ini di Brasil dan negara lain dengan sirkulasi varian yang sama,’’ kata seorang dokter dan peneliti di Oswaldo Cruz Foundation, Julio Croda, yang memimpin penelitian tersebut seperti dilansir dari Science.

Syaratnya, kata dia, perlindungan vaksin akan terlihat setelah dosis kedua. Meskipun efektivitas Sinovac hanya 50 persen jauh di bawah perlindungan dunia nyata dari vaksin Barat seperti Pfizer dan Moderna dengan efikasi 90 persen, namun diyakini tetap masih cukup baik untuk mengekang penyebaran penyakit.

Baca Juga:  Petani Sengkemang Terima Bantuan Perusahaan

Tak hanya itu, vaksin tersebut memiliki tingkat kemanjuran dalam uji klinis dan memenuhi syarat untuk penggunaan darurat di banyak negara serta memenuhi ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Selain itu, kata Croda, CoronaVac kemungkinan menawarkan perlindungan yang jauh lebih besar terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian. ’’Itu terlihat dalam dua uji kemanjuran dosis yang dilakukan di Brasil dan negara lain. Studi masih terus berlangsung,’’ kata Croda.

Hasil awal studi, yang belum ditinjau sejawat, telah diposting ke server pracetak kemarin dan merupakan yang pertama menilai keefektifan vaksin yang dibuat oleh Sinovac Biotech. CoronaVac dibuat dari SARS-CoV-2 yang tidak aktif. Metodenya berbeda dengan banyak vaksin Covid-19 lainnya, termasuk vaksin mRNA (Pfizer dan Moderna) yang hanya menyajikan protein lonjakan virus ke sistem kekebalan.

Studi CoronaVac melibatkan data medis dari 67.718 petugas kesehatan dari Manaus, sebuah kota di wilayah Amazon yang menjadi episentrum varian P.1. Virus mutan sekarang menyumbang 75 persen dari semua hasil tes positif.

Untuk memperkirakan keefektifan CoronaVac, para peneliti berfokus pada 2.656 petugas kesehatan yang telah melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) dimulai pada Januari, dengan peluncuran awal vaksin, hingga minggu lalu. Para ilmuwan mengidentifikasi 786 orang dengan gejala Covid-19 yang jelas, yang mereka bagi menjadi dua kelompok masing-masing 393 yakni mereka yang dites positif dan negatif terkena virus.

Baca Juga:  Gugup Jalan Berdua dengan Rizky

Kemudian, para peneliti memeriksa proporsi orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi pada kedua kelompok. Pada kelompok positif, 18,6 persen divaksinasi; pada kelompok negatif, proporsinya 24,4 persen. Dengan menggunakan orang yang tidak divaksinasi sebagai referensi, para peneliti menghitung risiko infeksi oleh SARS-CoV-2 14 hari setelah dosis pertama.

Uji klinis CoronaVac di Brasil menunjukkan angka efikasi yang lebih rendah (50 persen) dibandingkan di negara lain seperti Turki (83,5 persen) dan Indonesia (65 persen). Selain Brasil, CoronaVac telah resmi dan digunakan di Cina, Chili, Bolivia, Meksiko, Turki, dan Indonesia.

Croda dan koleganya akan terus menganalisis efektivitas berbagai vaksin Covid-19 terhadap P.1 dan varian lain dengan kelompok orang yang lebih besar. Dalam 2 minggu ke depan, mereka berencana untuk melihat data dari Sao Pãulo, di mana lebih dari 7 juta orang telah divaksinasi dengan vaksin CoronaVac atau AstraZeneca.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Vaksin Covid-19 asal Cina, CoronaVac dari Sinovac, kini sudah digunakan di banyak negara termasuk Brasil dan Indonesia. Pelaksanaan vaksinasi berkejaran dengan munculnya berbagai varian mutasi SARS-CoV-2. Meski begitu vaksin Sinovac terbukti bisa mengekang mutasi virus dan menurunkan jumlah pasien Covid-19 dengan kondisi berat.

Hasil awal dari sebuah studi di Brasil menunjukkan satu dosis CoronaVac, masih sekitar 50 persen efektif melawan gejala Covid-19 di kota Brasil. Brasil juga menghadapi tantangan munculnya varian P.1 sehingga membuat penyintas rentan terinfeksi kembali.

- Advertisement -

Kabar baiknya, penelitian di Brasil membuktikan dua dosis CoronaVac membuat mutasi virus tak mampu menghindari vaksin. Artinya vaksin masih efektif mengendalikan mutasi. ’’Ini adalah kabar baik dan mendukung penggunaan berkelanjutan vaksin ini di Brasil dan negara lain dengan sirkulasi varian yang sama,’’ kata seorang dokter dan peneliti di Oswaldo Cruz Foundation, Julio Croda, yang memimpin penelitian tersebut seperti dilansir dari Science.

Syaratnya, kata dia, perlindungan vaksin akan terlihat setelah dosis kedua. Meskipun efektivitas Sinovac hanya 50 persen jauh di bawah perlindungan dunia nyata dari vaksin Barat seperti Pfizer dan Moderna dengan efikasi 90 persen, namun diyakini tetap masih cukup baik untuk mengekang penyebaran penyakit.

- Advertisement -
Baca Juga:  Vitalia Sesha Diduga Narkoba Lagi

Tak hanya itu, vaksin tersebut memiliki tingkat kemanjuran dalam uji klinis dan memenuhi syarat untuk penggunaan darurat di banyak negara serta memenuhi ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Selain itu, kata Croda, CoronaVac kemungkinan menawarkan perlindungan yang jauh lebih besar terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian. ’’Itu terlihat dalam dua uji kemanjuran dosis yang dilakukan di Brasil dan negara lain. Studi masih terus berlangsung,’’ kata Croda.

Hasil awal studi, yang belum ditinjau sejawat, telah diposting ke server pracetak kemarin dan merupakan yang pertama menilai keefektifan vaksin yang dibuat oleh Sinovac Biotech. CoronaVac dibuat dari SARS-CoV-2 yang tidak aktif. Metodenya berbeda dengan banyak vaksin Covid-19 lainnya, termasuk vaksin mRNA (Pfizer dan Moderna) yang hanya menyajikan protein lonjakan virus ke sistem kekebalan.

Studi CoronaVac melibatkan data medis dari 67.718 petugas kesehatan dari Manaus, sebuah kota di wilayah Amazon yang menjadi episentrum varian P.1. Virus mutan sekarang menyumbang 75 persen dari semua hasil tes positif.

Untuk memperkirakan keefektifan CoronaVac, para peneliti berfokus pada 2.656 petugas kesehatan yang telah melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) dimulai pada Januari, dengan peluncuran awal vaksin, hingga minggu lalu. Para ilmuwan mengidentifikasi 786 orang dengan gejala Covid-19 yang jelas, yang mereka bagi menjadi dua kelompok masing-masing 393 yakni mereka yang dites positif dan negatif terkena virus.

Baca Juga:  KLHK Seleksi Kepala Daerah dan Pimpinan DPRD Calon Penerima Anugerah Nirwasita Tentra

Kemudian, para peneliti memeriksa proporsi orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi pada kedua kelompok. Pada kelompok positif, 18,6 persen divaksinasi; pada kelompok negatif, proporsinya 24,4 persen. Dengan menggunakan orang yang tidak divaksinasi sebagai referensi, para peneliti menghitung risiko infeksi oleh SARS-CoV-2 14 hari setelah dosis pertama.

Uji klinis CoronaVac di Brasil menunjukkan angka efikasi yang lebih rendah (50 persen) dibandingkan di negara lain seperti Turki (83,5 persen) dan Indonesia (65 persen). Selain Brasil, CoronaVac telah resmi dan digunakan di Cina, Chili, Bolivia, Meksiko, Turki, dan Indonesia.

Croda dan koleganya akan terus menganalisis efektivitas berbagai vaksin Covid-19 terhadap P.1 dan varian lain dengan kelompok orang yang lebih besar. Dalam 2 minggu ke depan, mereka berencana untuk melihat data dari Sao Pãulo, di mana lebih dari 7 juta orang telah divaksinasi dengan vaksin CoronaVac atau AstraZeneca.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari