JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Burung Isap Madu Rote ditetapkan sebagai Ikon Satwa Nasional 2019. Penetapan ini diumumkan pada peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI dalam acara Keanekaragaman Hayati (Kehati) Nusantara Expo 2019 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/11/2019).
Selain Burung Isap Madu Rote, diumumkan pula tumbuhan Saninten sebagai Ikon Puspa Nasional 2019 dalam acara yang merupakan bagian peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) tersebut.
"Penetapan Ikon Puspa dan Satwa ini untuk memperkenalkan serta mengajak kepada seluruh masyarakat untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati sebagai aset yang harus kita jaga bersama dari kepunahan di habitat aslinya di alam Indonesia," terang Menteri LHK RI Siti Nurbaya dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Biro Humas KLHK, Djati Witjaksono Hadi dalam siaran persnya.
Dijelaskan, burung isap madu yang menjadi ikon satwa nasional kali ini belum lama ditemukan oleh peneliti biologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pada Oktober 2017 lalu, tim peneliti mengumumkan temuan spesies baru ini dari Pulau Rote, Nusa Tengara Timur (NTT).
Habitat burung kecil berukuran panjang tubuh 11,8 cm ini berada di hutan, semak-semak, kebun, dan pohon yang sedang berbuah. Ia juga menyukai serangga kecil seperti laba-laba. Menariknya, nama ibu negara RI, Iriana Joko Widodo turut disematkan dalam nama ilmiah burung ini yaitu Myzomela Irianawidodoae. Sehingga burung ini juga dikenal dengan nama Burung Iriana.
"Pemberian nama Ibu Negara atas burung ini sebagai wujud penghargaan kepada Ibu Iriana Joko Widodo, yang dinilai sangat memperhatikan kehidupan burung," terang Siti.
Ironisnya, Burung Iriana ini termasuk kategori satwa yang terancam punah. Sehingga pemerintah merekomendasikan kepada International Union for Conservation of Nature (IUCN), atau Badan Konservasi Dunia untuk memasukkannya dalam kategori satwa rentan.
"Burung Iriana ini masuk dalam keluarga Meliphagidae di mana semua jenisnya merupakan burung dilindungi. Ancaman burung ini cukup tinggi, karenanya para peneliti merekomendasikan agar Badan Konservasi Dunia memasukkannya dalam kategori rentan/vurnerable," sebutnya.
Karena itu, melalui momen HCPSN yang jatuh 5 November lalu diharapkan menjadi momentum yang tepat untuk membangun kesadaran dan membentuk kecintaan masyarakat Indonesia pada puspa dan satwa Indonesia. Yaitu dengan terus mengampanyekan kepada masyarakat, diharapkan masyarakat khususnya generasi muda untuk dapat ikut serta, berperan secara aktif dan positif dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.
"Melalui Kehati Nusantara Expo ini, seluruh rangkaian kegiatan diarahkan untuk menjadi sarana edukasi kepada masyarakat khususnya generasi milenial untuk menjaga dan melindungi kekayaan alam Indonesia. Masyarakat perlu memahami bahwa mencintai tumbuhan dan satwa tidak harus dengan cara memiliki, namun biarkan satwa liar hidup secara lestari di alam," beber Siti.
Kehati Nusantara Expo 2019 akan diselenggarakan dari 8 November sampai dengan 8 Desember 2019 di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Kegiatan ini dijadikan momentum untuk memberikan pengetahuan dan penyebarluasan informasi terkait program kerja KLHK RI dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati. Selain pameran, serangkaian kegiatan juga akan diselenggarakan diantaranya meliputi pementasan seni, lomba melukis dan mewarnai, lomba desain filateli/perangko, lomba fotografi dan lain sebagainya.
Sumber : JPG
Editor : Rinaldi