BERN (RIAUPOS.CO) — Hari masih pagi ketika saya sampai di bibir Sungai Aare, Bern pada Jumat (10/9). Sekira pukul 08.30 waktu Swiss. Udara pun relatif dingin hingga 8 derajat Celcius. Air sungai yang membelah ibu kota Swiss itu tampak biru dengan riak air yang lumayan deras.
Belum ada orang yang berenang walau sudah masuk musim panas di Swiss. Selain karena hawa masih dingin, hari pun masih pagi. Mungkin banyak dari warga Bern yang masih sibuk dengan aktivitas harian mereka. Bekerja, sekolah, atau masih terlelap dalam tidur.
Kendati demikian, bukan berarti tak tampak sama sekali orang-orang beraktivitas. Di jalan setapak yang menjulur di tepi sungai Aare tampak orang-orang berlari. Menikmati pagi sambil mencari keringat.
Di bagian atas sungai membentang jalan lumayan besar. Cukup untuk dua bus berpapasan. Jalan itu adalah Engehaldenstrasse. Menyusuri jalan itu menuju hulu sungai Aare, Anda akan mendapati sebuah dam. Bendungan Engehalde atau dalam Bahasa Jerman disebut Stauwehr Engehalde.
Bendungan itu membelah aliran sungai Aare. Di tengahnya ada jalan setapak yang bisa dilewati orang berjalan dan sepeda yang menghubungkan antara Engehaldenstrasse dan Wehrweg. Aliran air nan deras sungai Aare menubruk dinding bendungan tersebut.
Di dasar bendungan itulah jasad putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) ditemukan pada Rabu pagi (8/6). Polisi setempat dan polisi maritim menemukannya pada Rabu pagi pukul 06.50 waktu setempat. "Kemudian, saat diangkat ke daratan, dipastikan bahwa jasad yang ditemukan tersebut sudah tidak bernyawa," sebut pernyataan resmi dari Otoritas Swiss yang dilansir dari situs resmi Kepolisian Swiss.
Kabar penemuan Eril itu rupanya juga menjadi perhatian warga lokal. Terlihat dari pemberitaan di sejumlah media lokal. "Ya, saya tahu tentang penemuan itu. Kami ikut lega karena akhirnya bisa ditemukan, meski dalam keadaan sudah meninggal," ungkap Karsten Scheneller, salah seorang penduduk setempat yang sedang beristirahat usai joging di pinggiran sungai Aare.
Bendungan tersebut merupakan bagian dari pembangkit listrik Felsenau. Volume air sebanyak 100 meter kubik per detik mengalir melalui Bendungan Engehalde. Pembangkit listrik serta bendungan tersebut mulai beroperasi sejak 6 November 1909 silam.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi