Kamis, 19 September 2024

Serangan Rudal sebagai Permulaan, Iran Siapkan Kejutan untuk AS

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menganggap enteng serangan rudal Iran terhadap pangkalan AS di Irak pada Rabu (8/1) malam. Maklum saja, tak ada warga AS yang terluka dalam serangan tersebut. Trump pun yakin Iran bakal mundur. Ternyata anggapan Trump itu salah. Sebab Iran masih menyiapkan serangan yang lebih besar lagi.

Dilansir dari The Guardian, Jumat (10/1), seorang komandan rudal Iran mengklaim serangan pada pasukan AS di pangkalan militer di Irak hanyalah awal (pemanasan) dari operasi besar di seluruh wilayah tersebut. Artinya masih ada ancaman yang lebih besar dibanding sebelumnya.

Pernyataan komandan kedirgantaraan Revolusi Islam (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh, yang bertanggung jawab atas pasukan rudal, disertai dengan nada yang agresif. Para diplomat negara itu bersikeras bahwa serangan rudal di dua pangkalan militer AS di Irak itu menyimpulkan reaksi Iran terhadap serangan drone AS atas pembunuhan jenderal senior Iran, Qassem Soleimani.

Baca Juga:  Mengkhawatirkan, 100 Meninggal dari Total 5.288 Pasien Positif di Riau

“Rudal itu menyerang salah satu pangkalan paling penting Amerika Serikat dalam rangka operasi martir Soleimani. Serangan itu adalah awal, operasi besar akan berlanjut di seluruh wilayah,” kata jenderal itu kepada wartawan di Teheran, Kamis.

- Advertisement -

Hajizadeh memberikan konferensi pers di depan kelompok milisi yang selaras dengan Iran dan jaringan yang telah didirikan Soleimani. Hajizadeh mengklaim serangan rudal balistik di pangkalan al-Asad dan Erbil ditujukan untuk merusak "mesin militer" Amerika dan tidak menimbulkan korban AS.

“Jika kami ingin membunuh, kami bisa merancang operasi sedemikian rupa sehingga 500 orang (Amerika) akan terbunuh pada langkah pertama, dan jika mereka merespons, 4.000 hingga 5.000 lebih lanjut akan terbunuh pada langkah selanjutnya dalam 48 jam,” anmcamnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Parkir di Depan Rumah, Motor Raib Digondol Maling

Menurut Jeffrey Lewis, di Institut Studi Internasional Middlebury di Monterey, dia mempublikasikan gambar satelit dari kerusakan rudal. Kerusakan itu adalah serangan yang dikalibrasi secara hati-hati.

“Itu dimaksudkan sebagai respons legalistik proporsional yang ditujukan pada target militer. Saya tidak berpikir mereka berusaha menghindari korban. Mereka melihatnya sebagai target yang sah, tanpa khawatir apakah mereka membunuh personel Amerika,” katanya.

Dia menambahkan bahwa Iran menggunakan rudal balistik, bukan rudal jelajah. “Karena mereka ingin pesannya menjadi jelas dari mana rudal itu berasal,” ujarnya.

Sebelumnya dalam pidato resminya, Trump meyakini Iran akan mundur. Trump juga menyebut bahwa dia siap membatalkan perang tetapi tetap menjatuhkan sanksi ekonomi untuk Iran.

Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menganggap enteng serangan rudal Iran terhadap pangkalan AS di Irak pada Rabu (8/1) malam. Maklum saja, tak ada warga AS yang terluka dalam serangan tersebut. Trump pun yakin Iran bakal mundur. Ternyata anggapan Trump itu salah. Sebab Iran masih menyiapkan serangan yang lebih besar lagi.

Dilansir dari The Guardian, Jumat (10/1), seorang komandan rudal Iran mengklaim serangan pada pasukan AS di pangkalan militer di Irak hanyalah awal (pemanasan) dari operasi besar di seluruh wilayah tersebut. Artinya masih ada ancaman yang lebih besar dibanding sebelumnya.

Pernyataan komandan kedirgantaraan Revolusi Islam (IRGC) Brigjen Amir Ali Hajizadeh, yang bertanggung jawab atas pasukan rudal, disertai dengan nada yang agresif. Para diplomat negara itu bersikeras bahwa serangan rudal di dua pangkalan militer AS di Irak itu menyimpulkan reaksi Iran terhadap serangan drone AS atas pembunuhan jenderal senior Iran, Qassem Soleimani.

Baca Juga:  Hadiri Peresmian Fasilitas Air Bersih, Ini Harapan Wabup Sulaiman

“Rudal itu menyerang salah satu pangkalan paling penting Amerika Serikat dalam rangka operasi martir Soleimani. Serangan itu adalah awal, operasi besar akan berlanjut di seluruh wilayah,” kata jenderal itu kepada wartawan di Teheran, Kamis.

Hajizadeh memberikan konferensi pers di depan kelompok milisi yang selaras dengan Iran dan jaringan yang telah didirikan Soleimani. Hajizadeh mengklaim serangan rudal balistik di pangkalan al-Asad dan Erbil ditujukan untuk merusak "mesin militer" Amerika dan tidak menimbulkan korban AS.

“Jika kami ingin membunuh, kami bisa merancang operasi sedemikian rupa sehingga 500 orang (Amerika) akan terbunuh pada langkah pertama, dan jika mereka merespons, 4.000 hingga 5.000 lebih lanjut akan terbunuh pada langkah selanjutnya dalam 48 jam,” anmcamnya.

Baca Juga:  Dirjen PHU Inspeksi Persiapan Tenda di Arafah

Menurut Jeffrey Lewis, di Institut Studi Internasional Middlebury di Monterey, dia mempublikasikan gambar satelit dari kerusakan rudal. Kerusakan itu adalah serangan yang dikalibrasi secara hati-hati.

“Itu dimaksudkan sebagai respons legalistik proporsional yang ditujukan pada target militer. Saya tidak berpikir mereka berusaha menghindari korban. Mereka melihatnya sebagai target yang sah, tanpa khawatir apakah mereka membunuh personel Amerika,” katanya.

Dia menambahkan bahwa Iran menggunakan rudal balistik, bukan rudal jelajah. “Karena mereka ingin pesannya menjadi jelas dari mana rudal itu berasal,” ujarnya.

Sebelumnya dalam pidato resminya, Trump meyakini Iran akan mundur. Trump juga menyebut bahwa dia siap membatalkan perang tetapi tetap menjatuhkan sanksi ekonomi untuk Iran.

Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari