JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Perbedaan penetapan awal bulan puasa lalu, tampaknya bakal terulang dalam penentuan Iduladha 2022. Pemicunya adalah posisi hilal yang sangat rendah. Hampir tidak mungkin bisa dirukyat.
Karena itu, Muhammadiyah bakal melaksanakan Iduladha lebih awal. NU dan pemerintah sehari setelahnya. Muhammadiyah sudah menetapkan Iduladha (10 Zulhijah) jatuh pada 9 Juli. Patokannya adalah penetapan 1 Zulhijah jatuh pada 30 Juni. Profesor Riset Bidang Astronomi-Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menuturkan, Iduladha versi pemerintah dan NU yang menggunakan metode rukyatulhilal jatuh pada 10 Juli. Sebab, 1 Zulhijah jatuh pada 1 Juli.
Thomas mengatakan, saat digelar isbat pada 29 Juni nanti, tinggi hilal di Indonesia masih rendah. Tinggi hilal di Indonesia umumnya kurang dari 3 derajat di atas ufuk. Merujuk maklumat PP Muhammadiyah, tinggi hilal nanti 1 derajat lebih di atas ufuk.
"Artinya, hilal terlalu tipis untuk bisa mengalahkan cahaya syafak yang masih cukup kuat," ujarnya kemarin (8/6/2022).
Dengan kondisi itu, Thomas menyatakan, hilal tidak mungkin dapat dirukyat atau diamati pada 29 Juni nanti. Meskipun berpotensi ada perbedaan, Thomas mengatakan bahwa konfirmasi Iduladha tetap akan dilakukan pemerintah pada sidang isbat.
Mantan kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu menjelaskan, ada dua kriteria utama penetapan kalender Hijriah di Indonesia. Yaitu, kriteria wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah. Kemudian, ada kriteria baru MABIMS atau imkanul rukyat (visibilitas hilal). Karena itu, Iduladha di Indonesia tahun ini jatuh pada 9 Juli dan 10 Juli.
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil sidang isbat penetapan 1 Zulhijah sekaligus menjadi patokan Iduladha 2022.
"In sya Allah sidang isbat akan dilaksanakan pada 29 Zulkaidah atau bertepatan dengan 29 Juni," katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi