Bercerita, memuji dan menghibur sambil bernyanyi, itulah yang dilakukan Pemadihin. Tidak hanya itu, dengan bermadihin, berarti juga merawat warisan dari zaman ke zaman.
(RIAUPOS.CO) – NAMANYA Andes (27), anak muda dari Sungai Salak, Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir. Ia satu-satunya anak muda di daerahnya yang belajar memahami Madihin dan merawat sastra lisan tersebut.
Dengan lincah, fasih, dan gembira menuturkan Madihin, Andes terus memukul gendang rebana yang dipegangnya sambil duduk di kursi saat diundang dalam sebuah perhelatan di Rumah Singgah Tuan Kadi, di Kecamatan Senapelan, akhir Desember lalu.
Rumah Singgah Tuan Kadi yang merupakan Cagar Budaya di tepi Sungai Siak ini memang tidak bisa diisi orang banyak. Meski begitu, penampilan Andes yang akrab disapa Andes Madihin ini, sangat memukau. Gelak tawa mereka kerap kali muncul dari ruangan rumah tersebut.
Banyak hal yang disampaikan Andes dalam tutur Madihinnya. Mulai dari ucapan terimakasih telah diundang dan minta diundang lagi sampai menjodoh-jodohkan sesama hadirin. Suasana humor makin terasa, gelak tawa menyeruak hingga ke laman Rumah Singgah.
Andes tidak sendiri. Dia bermadihin dengan seorang gadis, namanya Atna. Atna juga fasih bermadihin. Keduanya bersahut-sahutan, baik dalam memainkan gendang rebana maupun dalam melantunkan Madihin. Sangat serasi, saling tingkah meningkah dan saling isi sehingga sangat asyik dinikmati.
Madihin berasal dari Bahasa Arab yakni madah yang berarti nasihat, tapi bisa juga berarti pujian. Madihin merupakan genre puisi atau sastra lisan dari suku Banjar, cuma ada di kalangan etnis Banjar di Kalimantan Selatan saja. Andes memang asli Banjar Tembilahan, Indragiri Hilir.
Biasanya, bahasa yang digunakan Andes saat bermadihin adalah bahasa Melayu tempatan. Bahkan sering dimainkan dengan bahasa Banjar, atau sesuai penempah atau yang punya hajatan. Durasi waktu memainkannya juga sangat bervariasi, sesuai keinginan tuan rumah.
Madihin dibawakan Andes di banyak tempat, kadang di rumah, panggung atau tempat-tempat yang telah ditentukan tuan rumah atau pengundang. Biasanya dilakukan pada malam hari.
Andes memahami Madihin sebagai hiburan rakyat, untuk memeriahkan malam hiburan rakyat dengan menggunakan bahasa Banjar Bakarasmin.
Hiburan rakyat yang digelar biasanya dalam rangka memperingati hari-hari besar kenegaraan, kedaerahan, keagamaan, kampanye partai politik, khitanan, menghibur tamu agung, menyambut kelahiran anak, pasar malam, penyuluhan, perkawinan, pesta adat, pesta panen, saprah amal, upacara tolak bala, dan upacara adat membayar hajat (haul, atau nazar).
Dalam acara perkawinan, Madihin berfungsi sebagai hiburan, namun di dalamnya juga berfungsi sebagai memberi pesan, media informasi, sosialisasi program pemerintah, media pendidikan, pengarahan agama dan media untuk mengumpulkan masyarakat dalam pencarian dana.
’’Madihin ini banyak fungsinya, tergantung maksud pengundang, tapi yang jelas menghibur. Menyampaikan informasi, meminta sesuatu dengan cara menghibur. Harusnya pakai bahasa Banjar, tapi ya, sesuai permintaan,’’ kata Andes depada Riau Pos.
Andes memang anak muda, kaum milenial. Tapi dia tidak malu belajar dan menjadi Pemadihin, bahkan dia bangga. Secara tidak langsung, katanya, menjadi Pemadihin berarti merawat warisan generasi sebelumnya dan mewariskan kembali kepada generasi setelahnya.
Sebagai pemuda Banjar, lanjut Andes, harus terus mengangkat dan mempertahankan warisan-warisan budaya nenek moyang dahulu. Selain menjaga warisan, bermadihin juga bisa menghasilkan uang tambahan.
Andes menjadi seorang Pemadihin sejak masih sekolah MA/SMA tahun 2012. Bukan keturunan atau warisan dari orangtuanya, tapi ia belajar sendiri secara otodidak, memang karena hobi. Hobi itulah yang memberinya rezeki dan sampai ke mana-mana.
Selai di Inhil, Andes pernah bermadihin di Batam, Tanjung Jabung Barat (Jambi), Bengkalis, Pekanbaru, dan Kepulauan Meranti. Kadang ia bermadihin dengan Atna, kadang dengan orang-orang tua atau pemadihin lainnya.
’’Jarang anak muda yang mau bermadihin. Sangat jarang. Di tempat saya hanya saya dan Atna. Selebihnya orang-orang tua saja. Mudah-mudahan para generasi muda mempunyai kesadaran tentang pentingnya menjaga dan melestarikan budaya kita khususnya di wilayah Inhil. Asyik bermadihin, selain menyalurkan hobi, juga mendatangkan rezeki. Tetapi bermainnya dengan hati biar lebih menjiwai, dengan sungguh-sungguh,’’ kata Andes lagi.(*)
Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru