Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Tempurung Kepala Aktivis Walhi Hancur

MEDAN (RIAUPOS.CO)–  Sempat menduga korban kecelakaan lalu lintas, polisi akhirnya menyelidiki ulang kasus kematian aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara (Sumut) Golfrid Siregar. Pria 30 tahun itu meninggal karena luka serius di bagian kepala Minggu lalu.

Golfrid meninggal di RSUP Adam Malik setelah sempat dirawat intensif selama tiga hari. Walhi Sumut menyatakan curiga aktivisnya dibunuh karena sejumlah kejanggalan.

Menurut informasi yang dihimpun Sumut Pos, Rabu (2/10) sekitar pukul 17.00 WIB Golfrid pamit kepada istrinya. Dia mengaku hendak mengirimkan barang ke agen ekspedisi dan bertemu seseorang di kawasan Marendal, Medan. Namun, setelah itu ponsel Golfrid tak lagi bisa dihubungi istrinya.

Delapan jam kemudian, yakni Kamis (3/10) pukul 01.00 WIB, Golfrid ditemukan terkapar di flyover Simpang Pos, Jalan Jamin Ginting, Medan. Golfrid ditemukan seorang tukang becak dalam kondisi tak sadarkan diri. Oleh si tukang becak, Golfrid dibawa ke RS Mitra Sejati. Namun, karena tidak memiliki identitas, korban dirujuk ke RSUP Adam Malik karena kepalanya mengalami luka serius dan harus segera dioperasi.

Baca Juga:  Perppu Jadi Opsi Utama

”Tempurung kepalanya hancur,” ucap Roy Lumban Gaol, aktivis Walhi Sumut, dalam keterangan tertulisnya kemarin (7/10). Setelah tiga hari mendapatkan perawatan intensif di RSUP, Golfrid meninggal Minggu (6/10).

Awalnya, kata Roy, kepolisian menyatakan Golfrid adalah korban kecelakaan lalu lintas. Namun, Walhi menolak anggapan itu. ”Walhi Sumut melihat ada indikasi Golfrid menjadi korban kekerasan dan percobaan pembunuhan karena aktivitas korban selama ini sebagai pembela hak asasi manusia, khususnya untuk isu lingkungan, melalui Walhi Sumatera Utara,” ucap Roy.

Menurut dia, kepala korban mengalami luka serius seperti dipukul senjata tumpul dengan keras. ”Selain bagian kepala, bagian tubuh lain tidak mengalami luka yang berarti layaknya korban kecelakaan lalu lintas,” tutur Roy. Sementara itu, barang-barang korban seperti tas, laptop, dompet, dan cincin ikut raib. ”Sementara sepeda motornya hanya mengalami kerusakan kecil,” lanjutnya.

Baca Juga:  Bea Cukai Musnahkan Barang Ilegal

Direktur Walhi Sumut Dana Prima Tarigan juga menyatakan bahwa Golfrid terindikasi menjadi korban kekerasan oleh oknum dengan motif tertentu. ”Kita dapat kabar Jumat jam 11.00 WIB. Kita dikabari teman-teman bahwa dia sudah berada di rumah sakit. Kita tahunya sudah di RS Adam Malik dalam kondisi kritis,” kata Dana kemarin.

Sementara itu, Polda Sumut mengatakan telah menerima laporan dari keluarga korban. ”Saat ini kami koordinasi dulu dengan keluarga korban untuk proses otopsi,” ujar Kabidhumas Polda Sumut Kombespol Tatan Dirsan Atmaja kemarin.

Tatan menjelaskan, polisi kini masih melakukan olah TKP di lokasi kali pertama korban ditemukan sebelum dibawa ke rumah sakit.

Dari Jakarta, Direktur Eksekutif Walhi Nasional Nur Hidayati menyatakan bahwa pihaknya meminta bantuan Komnas HAM untuk memantau pengusutan kasus tersebut oleh kepolisian. ”Memastikan independensi dan imparsialitas kepolisian dalam penyelidikan tersebut,” ucapnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

MEDAN (RIAUPOS.CO)–  Sempat menduga korban kecelakaan lalu lintas, polisi akhirnya menyelidiki ulang kasus kematian aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara (Sumut) Golfrid Siregar. Pria 30 tahun itu meninggal karena luka serius di bagian kepala Minggu lalu.

Golfrid meninggal di RSUP Adam Malik setelah sempat dirawat intensif selama tiga hari. Walhi Sumut menyatakan curiga aktivisnya dibunuh karena sejumlah kejanggalan.

- Advertisement -

Menurut informasi yang dihimpun Sumut Pos, Rabu (2/10) sekitar pukul 17.00 WIB Golfrid pamit kepada istrinya. Dia mengaku hendak mengirimkan barang ke agen ekspedisi dan bertemu seseorang di kawasan Marendal, Medan. Namun, setelah itu ponsel Golfrid tak lagi bisa dihubungi istrinya.

Delapan jam kemudian, yakni Kamis (3/10) pukul 01.00 WIB, Golfrid ditemukan terkapar di flyover Simpang Pos, Jalan Jamin Ginting, Medan. Golfrid ditemukan seorang tukang becak dalam kondisi tak sadarkan diri. Oleh si tukang becak, Golfrid dibawa ke RS Mitra Sejati. Namun, karena tidak memiliki identitas, korban dirujuk ke RSUP Adam Malik karena kepalanya mengalami luka serius dan harus segera dioperasi.

- Advertisement -
Baca Juga:  Keras Kepala, Polri Bubarkan 1.371 Kerumunan 

”Tempurung kepalanya hancur,” ucap Roy Lumban Gaol, aktivis Walhi Sumut, dalam keterangan tertulisnya kemarin (7/10). Setelah tiga hari mendapatkan perawatan intensif di RSUP, Golfrid meninggal Minggu (6/10).

Awalnya, kata Roy, kepolisian menyatakan Golfrid adalah korban kecelakaan lalu lintas. Namun, Walhi menolak anggapan itu. ”Walhi Sumut melihat ada indikasi Golfrid menjadi korban kekerasan dan percobaan pembunuhan karena aktivitas korban selama ini sebagai pembela hak asasi manusia, khususnya untuk isu lingkungan, melalui Walhi Sumatera Utara,” ucap Roy.

Menurut dia, kepala korban mengalami luka serius seperti dipukul senjata tumpul dengan keras. ”Selain bagian kepala, bagian tubuh lain tidak mengalami luka yang berarti layaknya korban kecelakaan lalu lintas,” tutur Roy. Sementara itu, barang-barang korban seperti tas, laptop, dompet, dan cincin ikut raib. ”Sementara sepeda motornya hanya mengalami kerusakan kecil,” lanjutnya.

Baca Juga:  Wali Kota Seoul Ditemukan Tewas di Pegunungan

Direktur Walhi Sumut Dana Prima Tarigan juga menyatakan bahwa Golfrid terindikasi menjadi korban kekerasan oleh oknum dengan motif tertentu. ”Kita dapat kabar Jumat jam 11.00 WIB. Kita dikabari teman-teman bahwa dia sudah berada di rumah sakit. Kita tahunya sudah di RS Adam Malik dalam kondisi kritis,” kata Dana kemarin.

Sementara itu, Polda Sumut mengatakan telah menerima laporan dari keluarga korban. ”Saat ini kami koordinasi dulu dengan keluarga korban untuk proses otopsi,” ujar Kabidhumas Polda Sumut Kombespol Tatan Dirsan Atmaja kemarin.

Tatan menjelaskan, polisi kini masih melakukan olah TKP di lokasi kali pertama korban ditemukan sebelum dibawa ke rumah sakit.

Dari Jakarta, Direktur Eksekutif Walhi Nasional Nur Hidayati menyatakan bahwa pihaknya meminta bantuan Komnas HAM untuk memantau pengusutan kasus tersebut oleh kepolisian. ”Memastikan independensi dan imparsialitas kepolisian dalam penyelidikan tersebut,” ucapnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari