JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Tiga calon presiden (capres), yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, kembali bertemu dalam panggung debat. Debat ketiga di Istora Senayan, Ahad (7/1) lebih seru. Mereka beradu argumen tentang pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) bekas hingga proyek food estate.
Seperti debat sebelumnya, para capres menyampaikan visi-misi sesuai dengan tema debat. Kali ini topik yang diangkat adalah pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik.
Dalam kesempatan itu, Anies-Muhaimin mengenakan kemeja putih yang dipadu dengan jas dan celana hitam. Prabowo-Gibran memakai kemeja biru dan celana hitam. Ganjar-Mahfud kompak mengenakan jaket bomber warna army ala film Top Gun dan celana krem serta memakai sepatu outdoor ala militer.
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo mendapatkan kesempatan pertama menyampaikan visi-misi sesuai dengan tema, kemudian dilanjutkan Anies dan Prabowo. Ganjar menyampaikan, pihaknya sudah membaca dan mencatat persoalan terkait dengan luar negeri, pertahanan, dan keamanan.
Menurut dia, politik luar negeri adalah alat negosiasi terhadap dunia luar. Namun, kepentingan nasional harus tetap nomor satu. ”Agar kita bisa redefinisi politik bebas aktif sesuai dengan kondisi kekinian,” katanya.
Mantan Gubernur Jawa Tengah itu menyatakan harus memilih, memilah, dan memprioritaskan kekuatan dan keinginan bangsa. Jadi, perlu dilakukan penguatan infrastruktur diplomasi. Para duta besar dan diplomat harus ditugaskan untuk membereskan persoalan yang ada.
Ganjar menuturkan, Indonesia juga akan terus mendorong dan membebaskan semua bangsa tanpa intervensi. Pihaknya tetap berkomitmen mendukung Palestina untuk merdeka. Semua penjajahan di muka bumi harus dihapuskan.
Indonesia juga harus siap masuk pada pertahanan 5.0, yaitu menyiapkan teknologi sakti, rudal hipersonik, sensor kuantum, senjata cyber, dan senjata otonom. Menurut Ganjar, hal tersebut bisa dilakukan jika anggaran pertahanan mencapai 1–2 persen dari PDB.
Ganjar juga memberikan perhatian terhadap keamanan, terorisme, narkoba, dan judi online. Menurut dia, diperlukan pengembangan sum2ber daya manusia (SDM) cyber dan reformasi kepolisian. ”Inilah yang akan kami lakukan,” ujar Ganjar.
Sementara itu, Anies menyampaikan, dirinya berjanji mengembalikan posisi Indonesia menjadi pelaku utama di konstelasi global. Indonesia tidak hanya hadir menjadi penonton, tetapi juga menjadi penentu arah perdamaian dan kemakmuran bagi seluruh bangsa, baik di level global maupun regional.
Dia ingin kekuatan kebudayaan dan ekonomi Indonesia ikut mewarnai kancah internasional. ”Kami ingin film, seniman, kuliner, diplomat, diaspora menjadi fenomena dunia dan hadir mewarnai kancah internasional,” terangnya.
Dengan cara itu, Indonesia akan bisa menjadi tuan rumah dan tamu yang memesona. ”Dan, presiden harus menjadi panglima diplomasi. Tidak hanya hadir, tapi hadir mewarnai dan serius memperjuangkan Indonesia,” tuturnya.
Anies juga menyinggung serangan cyber. Menurut dia, terdapat lebih dari 800 juta serangan cyber. Perdagangan manusia dan narkoba juga menyerbu Indonesia. Selain itu, marak pencurian ikan dan pasir. Itulah bukti bahwa Indonesia kebobolan. Bahkan, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menjadi korban serangan hacker.
Dia mengungkapkan, anggaran Rp700 triliun Kemenhan justru tidak dimanfaatkan untuk mengatasi persoalan itu. Anggaran malah digunakan untuk membeli alutsista bekas. Padahal, di saat bersamaan, separuh prajurit TNI belum memiliki rumah dinas. ”Sementara, ada menteri yang mempunyai 340 ribu hektare tanah,” ungkapnya.
Dia juga menyoroti proyek food estate singkong. Menurut dia, proyek itu menguntungkan kroni, merusak lingkungan, dan tidak menghasilkan. Dia menegaskan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang menjunjung tinggi etika.
Setelah Anies, giliran Prabowo yang menyampaikan paparan. Dia menjelaskan, pertahanan, keamanan, globalisasi, dan geopolitik merupakan tema yang sangat penting. Menurut dia, fungsi negara adalah melindungi rakyat atau fungsi pertahanan. Untuk menjadi negara makmur, sejahtera, rakyat hidup layak, Indonesia harus menjaga dan mengelola kekayaan Indonesia.
Soal politik luar negeri, pihaknya akan menjalankan politik tetangga baik sehingga harus mempunyai pertahanan yang kuat. Dia yakin, dengan pertahanan yang kuat, Indonesia akan dihormati. ”Tanpa kekuatan militer, kita akan dijajah. Kita harus kuat,” tegasnya.
Segmen berikutnya adalah tanya jawab. Moderator membacakan pertanyaan yang sudah disusun para panelis. Pertanyaan pertama ditujukan kepada Anies. Dia ditanya tentang upaya mendapatkan akses teknologi guna memperkuat pertahanan Indonesia.
Sebelum menjawab, Anies mengklarifikasi data soal kepemilikan lahan. Menurut dia, luas lahan yang dimiliki menteri itu bukan 340 hektare, melainkan 340 ribu hektare. ”Kalau 340 hektare itu angkanya terlalu kecil,” katanya.
Prabowo langsung menyela dan membantah data tersebut. ”Itu pun salah, itu pun salah. Mas Anies, jangan sampaikan data yang salah,” ujar Prabowo. Moderator meminta Prabowo tidak menanggapi dulu dan memberikan waktu bagi Anies untuk menjawab pertanyaan dari moderator.
Anies melanjutkan jawaban mengenai pertahanan Indonesia. Menurut dia, saat ini Indonesia menghadapi ancaman nontradisional. Banyak handphone dan komputer yang menjadi sasaran hacker. Karena itu, perlu dibangun struktur pertahanan siber yang serius. Tidak cukup hanya memberikan tugas kepada sekelompok orang.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menuturkan, harus dibangun sistem yang komprehensif yang melibatkan seluruh lembaga dan komponen masyarakat. Selain itu, perlu dilakukan pengadaan teknologi terbaru. Namun, kuncinya tetap pelibatan semua pihak. Selanjutnya, perlu mekanisme untuk merespons balik ketika ada serangan. ”Jadi, harus melibatkan secara komprehensif, teknologi baru, dan sistem recovery yang cepat,” ungkapnya.
Prabowo merespons pernyataan Anies. Menurut dia, Anies terlalu teoretis, seolah semuanya bagus dan indah. Dia menyatakan, yang penting adalah pengembangan SDM. Pihaknya berfokus mengembangkan manusia. Karena itu, dia serius mempersiapkan putra-putri Indonesia untuk menguasai sains, AI, dan siber.
Sementara itu, Ganjar menuturkan, yang pertama harus dilakukan adalah menguatkan BSSN. Membuat sistem sekuriti yang baik. Selain SDM yang baik, kecepatan internet juga harus tinggi. ”Kalau buat sistem yang bagus, jangan dikorupsi. Ini yang menjadi persoalan,” paparnya.
Anies kembali memberi tanggapan. Menurut dia, yang menjadi persoalan bukan teoretis, tetapi ada yang tidak dilaksanakan. Dia mempertanyakan yang dilakukan Kemenhan selama lima tahun untuk keamanan siber. Anggaran besar justru tidak digunakan untuk mengatasi ancaman yang paling modern dan nyata.
Selanjutnya, moderator mengajukan pertanyaan kepada Prabowo terkait strategi menyusun peta jalan dalam memperkuat kerja sama selatan-selatan. Prabowo mengatakan, dalam hubungan internasional, yang utama adalah kekuatan ekonomi Indonesia. ”Jadi, kita harus menjaga kekayaan kita, hilirisasi, supaya nilai tambah berpuluh kali, kita sejahterakan rakyat, baru akan disegani oleh semua negara,” ucapnya.
Saat ini Indonesia menjadi panutan bagi negara-negara Afrika. Mereka datang ke Indonesia untuk belajar. Indonesia dianggap negara selatan yang cukup berhasil. Neraca perdagangan bagus dan menjadi contoh. ”Kita harus mengelola kekayaan, menghilangkan kemiskinan, meraih teknologi, menjadi negara industri, dan menjadi pemimpin dunia selatan,” bebernya.
Ganjar menyatakan, Indonesia mempunyai sumber daya alam (SDA) yang bagus dan melimpah. Jika bisa mengelolanya dengan baik, akan membuka lapangan kerja. Pengembangan SDM harus dilakukan sehingga menjadi unggul dan berimbas bagi rakyat.
Menurut Anies, penjelasan Prabowo tidak menggambarkan negara di selatan-selatan. Yang disampaikan hanya bagaimana membangun Indonesia. Dia mengatakan, yang harus dilakukan adalah merangkul semua dan membawa agenda negara selatan-selatan. ”Indonesia akan menjadi pemimpin negara selatan-selatan,” tegasnya.
Prabowo menanggapi bahwa dirinya setuju dengan pernyataan Ganjar. ”Jika benar dan masuk akal, saya tentu setuju. Kenapa negara selatan melihat Indonesia, karena kita berhasil membangun Indonesia. Jadi tidak hanya omong-omong, kerjanya omong saja, tidak bisa,” ucapnya.
Berikutnya, pertanyaan ditujukan kepada Ganjar terkait penataan institusi pertahanan dan keamanan. Ganjar menjelaskan, pihaknya akan membereskan yang tumpang-tindih. Hal itu harus dimulai dari pemimpin yang mempunyai komitmen. Pembenahan yang tumpang-tindih harus di-support. Tumpang-tindih harus diselesaikan di meja presiden.
Menurut Anies, yang harus dilakukan adalah merumuskan apa yang menjadi tantangan dan ancaman bagi keamanan Indonesia. Dengan perumusan itu, akan diketahui ancaman. Selain itu, harus melibatkan semua unsur dalam menyusun ancaman dan tantangan organisasi.
Prabowo kembali mengatakan bahwa dirinya sependapat dengan apa yang disampaikan Ganjar. ”Saya kok banyak sependapat dengan Pak Ganjar. Jadi, tumpang-tindih harus diselesaikan. Saya yakin bisa. Kita harus apresiasi prestasi TNI dan Polri dalam menjaga pertahanan dan keamanan,” paparnya.
Selanjutnya, pada segmen ketiga, Prabowo mendapat giliran menjawab pertanyaan dari panelis tentang bagaimana cara menghindari intervensi kedaulatan akibat utang luar negeri yang terus bertambah. Prabowo mengatakan, utang luar negeri Indonesia saat ini menjadi salah satu yang terendah di dunia, yakni sekitar 40 persen dari PDB (produk domestik bruto).
Karena itu, Prabowo merasa tidak khawatir dengan ancaman intervensi negara pemberi utang. Apalagi, lanjut dia, Indonesia tidak pernah gagal membayar utang. ”Tapi, kembali, kita harus punya kekuatan pertahanan yang kuat supaya tidak bisa diintervensi, tidak bisa digertak, tidak bisa diintimidasi. Hanya dengan kekuatan kita akan dihormati,” ujarnya.
Menanggapi jawaban Prabowo, Ganjar merujuk buku Confessions of an Economic Hit Man yang ditulis John Perkins bahwa utang memang bisa mematikan. Karena itu, dia mewanti-wanti agar berhati-hati jika ingin berutang. ”Terutama pada infrastruktur yang punya risiko tinggi, kita mesti hitung betul, prudent (hati-hati, red) betul,” ungkapnya.
Namun, jika ingin menggunakan kekuatan dalam negeri, Ganjar menyebut perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen agar tidak berutang. ”Kalau kita bicara pada industri pertahanan, kita mesti kuatkan industri dalam negeri. Jadi mohon maaf kaitan dengan utang, no utang no usang,” paparnya.
Sementara itu, berbeda dengan Ganjar, Anies justru meminta Prabowo menyebutkan berapa persentase utang luar negeri yang ideal. Menurut Anies, utang luar negeri mestinya maksimal 30 persen dari PDB. ”Caranya apa? Satu menata utangnya, kedua memperbesar GDP-nya (gross domestic product, red),” terang Anies.
Anies juga menyebut perlunya mengembangkan skema yang kreatif dalam mencari utang luar negeri. Termasuk melibatkan pihak swasta. Selain itu, Anies memandang utang-utang itu digunakan untuk aktivitas yang produktif, bukan untuk kegiatan nonproduktif. ”Misalnya, utang dipakai untuk membeli alutsista bekas oleh Kementerian Pertahanan,” cetusnya.
Merespons tanggapan dua capres pesaingnya, Prabowo banyak sependapat dengan Ganjar. Bahkan, Prabowo menyebut bahwa dirinya juga membaca buku yang sama dengan Ganjar. Namun, merespons tanggapan Anies, Prabowo meminta Anies untuk kembali belajar ekonomi terkait angka utang ideal 30 persen. ”Yang penting utang itu produktif,” tuturnya.(tyo/lum/idr/c14/c9/oni/das)
Laporan JPG, Jakarta