PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Buah Tin terkenal dengan rasanya yang manis, dan beragam manfaat untuk kesehatan. Berbagai vitamin dan mineral yang terkandung di dalam buah tin diketahui baik untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan hingga mencegah terjadinya penyakit kanker, dan lain-lain.
Oleh karena itu, menjaga agar buah memiliki kualitas yang baik dan aman dikonsumsi masyarakat, Kebun Tin Pekanbaru menerapkan bertanam yang ramah lingkungan.
Hal ini disampaikan oleh pemilik kebun tin Pekanbaru, Imran Sutiono yang menanam beragam varietas buah tin. "Banyak orang yang mencari buah Tin itu untuk kesehatan. Jadi kami berusaha agar buah dari kebun sama sekali tidak menggunakan pestisida," katanya dalam obrolan bersama wartawan Riau Pos, Sabtu (4/6).
Imran mengakui dalam menanam buah tin tak lepas dari hadirnya hama tanaman, mulai dari kutu putih, nematoda, hingga hewan-hewan yang berada di sekitar kebun, seperti monyet, tupai, dan lain-lain.
Untuk meminimalisir kehadiran hama dan hewan-hewan tersebut, Imran memilih membangun green house. Tak hanya dapat meminimalisir hama, green house juga membantunya untuk mengatur asupan nutrisi, pupuk, dan lain-lain bagi tanaman buah tin.
Imran bercerita, perjalanan mengelola kebun buah tin juga bukan hal mudah, sebelumnya tanaman buah tin miliknya mati karena serangan ulat penggerek batang. Namun, pada saat itu Kebun Tin Pekanbaru sudah banyak dikenal orang, sehingga ia kerap mendapat telepon yang menanyakan ketersediaan buah tin tersebut.
"Banyak yang nelepon cari buah tin, akhirnya saya seriusi lagi dan pelan-pelan dikembangkan lagi. Di sini itu masih hutan, jadi banyak monyet dan binatang liar. Saya kondisikan di dalam green house agar bisa maksimal. Meskipun ada hama tapi tetap bisa ditanggulangi," tuturnya.
Imran mengungkapkan, dalam menumbuhkembangkan tanaman buah tin, biasanya ia menggunakan metode stek dan cangkok. Meskipun bisa menanam dari biji buah tin, menurutnya, metode stek dan cangkok lebih cepat dibandingkan menanam dari bijinya
"Kalau dari cangkok itu bisa hitungan bulan jika perawatannya sesuai, 6 bulan sudah bisa berbuah dengan normal. Buah tin ini juga tergantung jenisnya ada yang cepat yaitu 3 sampai 4 bulan sudah berbuah. Tapi kalau menanam dari biji, untuk nunggu sampai berbuah itu bisa sampai 10 tahun," jelasnya.
Menurutnya, jika menggunakan metode mencangkok, dua minggu setelah pencangkokan biasanya sudah keluar akar-akar, tentu saja jika dilakukan dengan cara yang benar. Setelah itu, batang yang dicangkok bisa dipotong dan dipindahkan ke media tanam atau polybag yang lebih besar.
Ia menuturkan, dua bulan pertama setelah dipindah ke media tanaman adalah waktu pengkondisian. Kemudian bulan ketiga atau keempat sudah mulai keluar buahnya.
"Di ujung-ujung ketiak nanti akan tumbuh satu buah dan satu tunas, ada tonjolan-tonjolan-tonjolan," imbuhnya.
Imran mengatakan, meskipun buah tin bukanlah tanaman asli Indonesia, buah ini justru dapat tumbuh dengan baik di negara tropis ini. Bahkan di dataran rendah bercuaca seperti Pekanbaru, rasa buah tin lebih manis jika dibandingkan dengan buah Tin yang ditanam di dataran tinggi dan dingin, seperti di Sumatera Barat.
"Kalau di dataran tinggi itu buahnya lebih besar, tapi kalau di dataran rendah rasanya lebih manis," ujarnya.
Bagaimana perawatannya? Imran mengatakan, dalam kondisi cuaca seperti di Pekanbaru cukup dilakukan penyiraman satu kali dalam sehari di waktu pagi atau sore. "Di green house itu rutin pagi atau sore. Tapi kalau ditanam di luar, pas malam hujan besoknya tidak perlu disiram," tukasnya. (gus)
Laporan Mujawaroh Annafi, Pekanbaru