Kamis, 19 September 2024

Sempat Ingin Kabur dan Tak Mau Minum Obat

Kamis (4/6) siang tepatnya pukul 12.00 WIB, menjadi hari yang sangat bersejarah dalam hidup MRFT. Betapa tidak, pemuda 20 tahun yang telah dirawat di ruang isolasi RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan selama 24 hari itu dinyatakan sembuh pascahasil swab Labkesda Riau turun dan hasilnya negatif Covid-19.

Laporan: M  AMIN AMRAN (Pangkalankerinci)

SENYUM semringah terlihat jelas dari wajah MRFT. Santri pondok pesantren Al Fattah Tamboro Magetan, Jawa Timur itu keluar dari ruangan  bersekat kaca di rumah sakit plat merah milik Pemkab Pelalawan. Dia langsung disambut hangat penuh kegembiraan oleh pihak keluarga. Di halaman depan rumah sakit beratap seng berwarna merah maron itu, terlihat barisan para dokter, perawat dan manajemen RSUD Selasih yang telah menunggu dan menghampirinya dengan menyerahkan seuntai karangan bunga. Ini sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan warga Desa Angkasa Kecamatan Bandar Petalangan ini melawan Covid-19.

Setelah menyalami para tenaga medis, dengan penuh rasa haru, pria tampan berkulit hitam manis itu akhirnya berpamitan. Kemudian melangkahkan kaki menuju mobil warna hitam milik ayahnya yang terparkir di pintu keluar rumah sakit. Diiringi lambaian tangan dari pihak keluarga, kendaraan roda empat itu pun bergerak dengan cepat meninggalkan belasan tim medis RSUD Selasih untuk membawa MRFT kembali berkumpul dengan keluarga.

- Advertisement -

"Ya, alhamdulillah, saya senang hari ini (kemarin, red) sudah diperbolehkan pulang dan bisa berkumpul dengan keluarga setelah 24 hari di isolasi di RSUD Selasih. Tentunya saya mengucapkan rasa terima kasih kepada tim medis yang telah sabar dan memberikan pelayanan yang baik selama saya dirawat," tuturnya kepada Riau Pos saat ditemui di RSUD Selasih, kemarin siang.

Pria berperawakan tinggi ini pun menceritakan pengalaman yang dialaminya selama menjalani masa isolasi di RSUD Selasih. Berawal adanya temuan kasus Covid-19 dari klaster Magetan, maka dia bersama 44 rekannya di Pelalawan yang mondok di pondok pesantren tersebut, harus dipulangkan massal ke kediaman masing-masing. Alhasil, tepat tanggal 19 April, para santri ini berhasil diantar menuju daerah asalnya menggunakan sebuah bus.

- Advertisement -
Baca Juga:  Lapas Pasirpengaraian Jadi Percontohan 

"Setelah satu pekan berada di rumah, pada 26 April sekitar pukul 16.00 WIB, tiba-tiba saya didatangi tim medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pelalawan yang melakukan tracing. Dan oleh tim ini, saya diminta menjalankan rapid test serta isolasi mandiri selama 14 hari," tuturnya.

Hanya saja, sambung MRFT, setelah beberapa menjalani rapid test tepatnya tanggal 9 Mei, dirinya diminta mendatangi RSUD Selasih untuk dilakukan pemeriksaan sampel cairan lendir hidung dan mulut. Dan setelah itu, dirinya pun diminta tim medis untuk dirawat di ruang isolasi setelah statusnya ditetapkan sebagai PDP. Alasannya hasil rapid test dirinya menunjukkan hasil reaktif. Namun, alangkah terkejutnya dia setelah dua hari dirawat tepatnya tanggal 11 Mei, tes swab-nya keluar dengan hasil positif Covid-19.

"Terkejut dan sangat stres mengetahui hasil swab saya positif corona. Padahal saya sehat dan tidak mengalami gejala sakit apapun. Seperti demam, batuk, pilek dan juga sesak napas, tidak ada saya rasakan," sebutnya.

Di bawah kecamuk hati yang tak karuan dan perasaan ketakutan, lanjut MRFT, dirinya pun merencanakan kabur dari ruang bersekat kaca di RSUD Selasih itu.

"Awalnya saya tak terima disebut pasien positif corona. Sehingga sekitar lima hari dirawat tepatnya tanggal 13 Mei, saya berencana kabur lewat plafon ruang isolasi RSUD ini. Tapi, setelah saya mempertimbangkan dan berharap semoga besok dokter memperbolehkan saya pulang, maka saya tidak jadi kabur," paparnya.

Hanya saja, sambung MRFT, setelah sepekan dirawat, dirinya juga tak kunjung diperbolehkan pulang. Tentunya hal itu membuat hatinya semakin kesal. Sehingga satu butir obat pun yang disodorkan tim media tak pernah disentuh dan diminumnya.

Baca Juga:  Tak Diundang AS, Cina dan Rusia Marah

"Kalau hanya diisolasi tak begitu masalah bagi saya. Karena sebagai santri yang mondok, saya sudah terbiasa jauh dari keluarga. Tapi, aneh saja saya rasa. Orang tak sakit kok tim medis malah ngotot nyuruh saya minum obat," bebernya.

Dikatakan MRFT, selama dua pekan menjalani perawatan, dia tak juga mau minum obat. Pasalnya, ia masih ngotot dan merasa tidak sakit atau sehat. Namun, setelah setiap hari mendapat pencerahan dari tim medis yang sabar merawatnya, akhirnya MRFT mengikuti anjuran para tenaga medis.

"Dua minggu saya tak mau makan obat. Tapi, setelah mendapat pencerahan dari tim medis serta support dari pihak keluarga, maka pada tanggal 24 Mei atau tepatnya pas Idulfitri, akhirnya saya minum obat dan juga vitaman. Dengan harapan, semoga saya bisa cepat sembuh," jelasnya.

Dikatakannya lagi, sejak menuruti saran petugas medis, dirinya pun terus mencoba menetralisir pikiran negatif tentang bahaya corona yang dapat merenggut nyawanya. Berbagai kegiatan positif pun mulai dilakukannya seperti membaca Alquran, bernyanyi hingga banyak mencari referensi yang dapat menghibur diri melalui seluler yang dimilikinya.

"Alhamdulillah, dua minggu setelah meminum obat yang diberikan tim medis, perkembangan kesehatan saya kian membaik. Se­hingga setelah delapan kali dilakukan swab, maka pada Kamis (4/6) pagi, hasilnya dinyatakan negatif. Dan saya diperbolehkan pulang untuk berkumpul kembalindengan keluarga," ujarnya.

Untuk itu, sambung MRFT, dirinya mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Pelalawan dapat mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Seperti menggunakan masker, hand sanitizer serta rajin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. Artinya, jangan menyepelekan wabah Covid-19 ini, sehingga mengalami nasib serupa yang telah dialami­nya.***

Kamis (4/6) siang tepatnya pukul 12.00 WIB, menjadi hari yang sangat bersejarah dalam hidup MRFT. Betapa tidak, pemuda 20 tahun yang telah dirawat di ruang isolasi RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan selama 24 hari itu dinyatakan sembuh pascahasil swab Labkesda Riau turun dan hasilnya negatif Covid-19.

Laporan: M  AMIN AMRAN (Pangkalankerinci)

SENYUM semringah terlihat jelas dari wajah MRFT. Santri pondok pesantren Al Fattah Tamboro Magetan, Jawa Timur itu keluar dari ruangan  bersekat kaca di rumah sakit plat merah milik Pemkab Pelalawan. Dia langsung disambut hangat penuh kegembiraan oleh pihak keluarga. Di halaman depan rumah sakit beratap seng berwarna merah maron itu, terlihat barisan para dokter, perawat dan manajemen RSUD Selasih yang telah menunggu dan menghampirinya dengan menyerahkan seuntai karangan bunga. Ini sebagai bentuk apresiasi atas perjuangan warga Desa Angkasa Kecamatan Bandar Petalangan ini melawan Covid-19.

Setelah menyalami para tenaga medis, dengan penuh rasa haru, pria tampan berkulit hitam manis itu akhirnya berpamitan. Kemudian melangkahkan kaki menuju mobil warna hitam milik ayahnya yang terparkir di pintu keluar rumah sakit. Diiringi lambaian tangan dari pihak keluarga, kendaraan roda empat itu pun bergerak dengan cepat meninggalkan belasan tim medis RSUD Selasih untuk membawa MRFT kembali berkumpul dengan keluarga.

"Ya, alhamdulillah, saya senang hari ini (kemarin, red) sudah diperbolehkan pulang dan bisa berkumpul dengan keluarga setelah 24 hari di isolasi di RSUD Selasih. Tentunya saya mengucapkan rasa terima kasih kepada tim medis yang telah sabar dan memberikan pelayanan yang baik selama saya dirawat," tuturnya kepada Riau Pos saat ditemui di RSUD Selasih, kemarin siang.

Pria berperawakan tinggi ini pun menceritakan pengalaman yang dialaminya selama menjalani masa isolasi di RSUD Selasih. Berawal adanya temuan kasus Covid-19 dari klaster Magetan, maka dia bersama 44 rekannya di Pelalawan yang mondok di pondok pesantren tersebut, harus dipulangkan massal ke kediaman masing-masing. Alhasil, tepat tanggal 19 April, para santri ini berhasil diantar menuju daerah asalnya menggunakan sebuah bus.

Baca Juga:  Apa Kabar Jalan Tol Pekanbaru - Padang? Ini Kata Menteri PUPR

"Setelah satu pekan berada di rumah, pada 26 April sekitar pukul 16.00 WIB, tiba-tiba saya didatangi tim medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pelalawan yang melakukan tracing. Dan oleh tim ini, saya diminta menjalankan rapid test serta isolasi mandiri selama 14 hari," tuturnya.

Hanya saja, sambung MRFT, setelah beberapa menjalani rapid test tepatnya tanggal 9 Mei, dirinya diminta mendatangi RSUD Selasih untuk dilakukan pemeriksaan sampel cairan lendir hidung dan mulut. Dan setelah itu, dirinya pun diminta tim medis untuk dirawat di ruang isolasi setelah statusnya ditetapkan sebagai PDP. Alasannya hasil rapid test dirinya menunjukkan hasil reaktif. Namun, alangkah terkejutnya dia setelah dua hari dirawat tepatnya tanggal 11 Mei, tes swab-nya keluar dengan hasil positif Covid-19.

"Terkejut dan sangat stres mengetahui hasil swab saya positif corona. Padahal saya sehat dan tidak mengalami gejala sakit apapun. Seperti demam, batuk, pilek dan juga sesak napas, tidak ada saya rasakan," sebutnya.

Di bawah kecamuk hati yang tak karuan dan perasaan ketakutan, lanjut MRFT, dirinya pun merencanakan kabur dari ruang bersekat kaca di RSUD Selasih itu.

"Awalnya saya tak terima disebut pasien positif corona. Sehingga sekitar lima hari dirawat tepatnya tanggal 13 Mei, saya berencana kabur lewat plafon ruang isolasi RSUD ini. Tapi, setelah saya mempertimbangkan dan berharap semoga besok dokter memperbolehkan saya pulang, maka saya tidak jadi kabur," paparnya.

Hanya saja, sambung MRFT, setelah sepekan dirawat, dirinya juga tak kunjung diperbolehkan pulang. Tentunya hal itu membuat hatinya semakin kesal. Sehingga satu butir obat pun yang disodorkan tim media tak pernah disentuh dan diminumnya.

Baca Juga:  Self Healing, Yuk!

"Kalau hanya diisolasi tak begitu masalah bagi saya. Karena sebagai santri yang mondok, saya sudah terbiasa jauh dari keluarga. Tapi, aneh saja saya rasa. Orang tak sakit kok tim medis malah ngotot nyuruh saya minum obat," bebernya.

Dikatakan MRFT, selama dua pekan menjalani perawatan, dia tak juga mau minum obat. Pasalnya, ia masih ngotot dan merasa tidak sakit atau sehat. Namun, setelah setiap hari mendapat pencerahan dari tim medis yang sabar merawatnya, akhirnya MRFT mengikuti anjuran para tenaga medis.

"Dua minggu saya tak mau makan obat. Tapi, setelah mendapat pencerahan dari tim medis serta support dari pihak keluarga, maka pada tanggal 24 Mei atau tepatnya pas Idulfitri, akhirnya saya minum obat dan juga vitaman. Dengan harapan, semoga saya bisa cepat sembuh," jelasnya.

Dikatakannya lagi, sejak menuruti saran petugas medis, dirinya pun terus mencoba menetralisir pikiran negatif tentang bahaya corona yang dapat merenggut nyawanya. Berbagai kegiatan positif pun mulai dilakukannya seperti membaca Alquran, bernyanyi hingga banyak mencari referensi yang dapat menghibur diri melalui seluler yang dimilikinya.

"Alhamdulillah, dua minggu setelah meminum obat yang diberikan tim medis, perkembangan kesehatan saya kian membaik. Se­hingga setelah delapan kali dilakukan swab, maka pada Kamis (4/6) pagi, hasilnya dinyatakan negatif. Dan saya diperbolehkan pulang untuk berkumpul kembalindengan keluarga," ujarnya.

Untuk itu, sambung MRFT, dirinya mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Pelalawan dapat mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Seperti menggunakan masker, hand sanitizer serta rajin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. Artinya, jangan menyepelekan wabah Covid-19 ini, sehingga mengalami nasib serupa yang telah dialami­nya.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari