Rabu, 18 September 2024

Sekali Show di Pekan Mode Capai Rp350 Juta

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Ajang perhelatan pekan mode bergengsi yang dikenal dengan istilah Fashion Week, ternyata memerlukan biaya besar. Untuk seorang desainer menampilkan koleksinya di runway, perlu kocek ratusan juta rupiah. Salah satunya perhelatan mode tahunan Jakarta Fashion Week (JFW) yang baru saja selesai pekan lalu.

"Benar mahal, Rp300 juta sampai Rp350 juta untuk sekali show. Kalau di atrium atau di dalam mal Rp250 juta," kata Desainer Fashion Ai Syarif tersenyum saat berbincang dengan JawaPos.com, baru-baru ini.

Harga yang mahal itu, biasanya disiasati oleh para desainer dengan berbagi ruang atau tampil bersama agar biayanya lebih ringan. Biasanya 3-4 desainer akan berkolaborasi tampil dalam satu panggung dengan koleksi yang berbeda.

"Menurut saya sih worth-it ya. Karena semua kebutuhan dari mulai lighting, koreo, MUA, dan model sudah disediakan. Tapi kan bisa sharing sampai 3-4 desainer, makanya masing-masing minimal menanpilkan 12 look misalnya," kata Ai.

- Advertisement -

Jangan salah, biaya segitu mahalnya bisa membuat para desainer balik modal. Buktinya, kata Ai, para desainer yang sudah merasakan asyiknya ikut di panggung pekan mode, justru ikut lagi setiap tahun.

Baca Juga:  PTPN V Salurkan 1.452 Masker

"Sejauh ini iya (balik modal). Buktinya ikut-ikut lagi, branding image untuk kami memperkenalkan produk. Dapat pelanggan juga "banjir" jualan," katanya tertawa.

- Advertisement -

Ai mencontohkan setiap desainer harus siap dengan stok yang cukup saat busananya ditampilkan di atas runway. Desainer harus sudah siap ketika pengunjung langsung naksir ingin membeli beberapa koleksinya.

"Oh iya langsung ditanya itu biasanya kalau habis show. Saya mau kemejanya ya, saya mau T-Shirt-nya ya. Nah itu mau enggak mau stok awal sudah kami siapkan misalnya 12 pieces. Baru kalau ada permintaan lain, di-repeat lagi. Maka jadi desainer dan berjalan di pekan mode itu harus konsisten ya," ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh CEO Bateeq, Michele Tjokrosaputro. Menurutnya bagi sebuah label dan desainer mengikuti ajang pekan mode bisa memperkenalkan produk sekaligus branding image kepada konsumen. Selain itu, pengunjung bisa mendapatkan gambaran tentang prediksi tren mode tahun depan.

Baca Juga:  Riau Tambah Satu Kasus positif Covid-19, Total 13 Kasus

"Pekan mode, pasti ada jualannya ya. Di JFW mungkin hari-hari pertama lebih ke branding image, tapi hari terakhir mungkin minimal customer bisa lihat koleksi label kayak apa. Bisa jualan dan memperkenalkan koleksi para desainer," tutur Michele.

Maka dari itu, seorang desainer atau label harus konsisten dalam hal produksi dan marketing. Apalagi jika sudah mengikuti pekan mode, kata dia, bicara ketersediaan stok juga harus selalu siap sedia.

"Mau pakai influencer juga harus bayar lagi. Maka menjadi desainer enggak cuma produksi bajunya tapi promosi juga mahal," kata Michele.
Desainer Fashion Defrico Audy juga punya pendapat yang sama. Seorang desainer harus memiliki jejaring antar teman untuk selalu bergandengan tangan berkolaborasi. Contohnya dalam setiap ajang pekan mode. Sebab, promosi itu memang mahal.

"Harga promosi 2 kali lipat dari harga produksi. Misalnya JFW harus beli slot kan. Kalau enggak bergandengan tangan dengan yang lain, kami lebih ringan lagi. Itu sebabnya jejaring teman itu penting," tegasnya.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Ajang perhelatan pekan mode bergengsi yang dikenal dengan istilah Fashion Week, ternyata memerlukan biaya besar. Untuk seorang desainer menampilkan koleksinya di runway, perlu kocek ratusan juta rupiah. Salah satunya perhelatan mode tahunan Jakarta Fashion Week (JFW) yang baru saja selesai pekan lalu.

"Benar mahal, Rp300 juta sampai Rp350 juta untuk sekali show. Kalau di atrium atau di dalam mal Rp250 juta," kata Desainer Fashion Ai Syarif tersenyum saat berbincang dengan JawaPos.com, baru-baru ini.

Harga yang mahal itu, biasanya disiasati oleh para desainer dengan berbagi ruang atau tampil bersama agar biayanya lebih ringan. Biasanya 3-4 desainer akan berkolaborasi tampil dalam satu panggung dengan koleksi yang berbeda.

"Menurut saya sih worth-it ya. Karena semua kebutuhan dari mulai lighting, koreo, MUA, dan model sudah disediakan. Tapi kan bisa sharing sampai 3-4 desainer, makanya masing-masing minimal menanpilkan 12 look misalnya," kata Ai.

Jangan salah, biaya segitu mahalnya bisa membuat para desainer balik modal. Buktinya, kata Ai, para desainer yang sudah merasakan asyiknya ikut di panggung pekan mode, justru ikut lagi setiap tahun.

Baca Juga:  Aspal Amblas akibat Pemasangan Box Culvert Tak Kunjung Diperbaiki

"Sejauh ini iya (balik modal). Buktinya ikut-ikut lagi, branding image untuk kami memperkenalkan produk. Dapat pelanggan juga "banjir" jualan," katanya tertawa.

Ai mencontohkan setiap desainer harus siap dengan stok yang cukup saat busananya ditampilkan di atas runway. Desainer harus sudah siap ketika pengunjung langsung naksir ingin membeli beberapa koleksinya.

"Oh iya langsung ditanya itu biasanya kalau habis show. Saya mau kemejanya ya, saya mau T-Shirt-nya ya. Nah itu mau enggak mau stok awal sudah kami siapkan misalnya 12 pieces. Baru kalau ada permintaan lain, di-repeat lagi. Maka jadi desainer dan berjalan di pekan mode itu harus konsisten ya," ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh CEO Bateeq, Michele Tjokrosaputro. Menurutnya bagi sebuah label dan desainer mengikuti ajang pekan mode bisa memperkenalkan produk sekaligus branding image kepada konsumen. Selain itu, pengunjung bisa mendapatkan gambaran tentang prediksi tren mode tahun depan.

Baca Juga:  DPR Minta Pemerintah Bentuk Satgas KIPI

"Pekan mode, pasti ada jualannya ya. Di JFW mungkin hari-hari pertama lebih ke branding image, tapi hari terakhir mungkin minimal customer bisa lihat koleksi label kayak apa. Bisa jualan dan memperkenalkan koleksi para desainer," tutur Michele.

Maka dari itu, seorang desainer atau label harus konsisten dalam hal produksi dan marketing. Apalagi jika sudah mengikuti pekan mode, kata dia, bicara ketersediaan stok juga harus selalu siap sedia.

"Mau pakai influencer juga harus bayar lagi. Maka menjadi desainer enggak cuma produksi bajunya tapi promosi juga mahal," kata Michele.
Desainer Fashion Defrico Audy juga punya pendapat yang sama. Seorang desainer harus memiliki jejaring antar teman untuk selalu bergandengan tangan berkolaborasi. Contohnya dalam setiap ajang pekan mode. Sebab, promosi itu memang mahal.

"Harga promosi 2 kali lipat dari harga produksi. Misalnya JFW harus beli slot kan. Kalau enggak bergandengan tangan dengan yang lain, kami lebih ringan lagi. Itu sebabnya jejaring teman itu penting," tegasnya.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari