JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Lobi pemerintah Indonesia supaya Arab Saudi memberikan kelonggaran penerbangan umrah ditunggu sedikitnya 46 ribuan calon jamaah umrah. Mereka adalah calon jamaah yang terdatar hingga periode Juni nanti.
Kasubdit Pengawasan Ibadah Umrah dan Haji Khusus Kementerian Agama (Kemenag) M Noer Alya Fitra mengatakan jumlah detail calon jamaah umrah yang telah mendaftar dan mendapatkan nomor porsi umrah (NPU) mencapai 46.620 orang. Jumlah tersebut terhitung untuk jadwal pemberangkatan mulai 28 April lalu sampai Juni 2020 nanti.
"Calon jamaah umrah itu terdaftar dalam 598 unit PPIU (penyelenggara perjalanan ibadah umrah, red) dan berangkat menggunakan 20 maskapai," kata pejabat yang akrab disapa Nafit itu, kemarin (1/3). Dia menjelaskan maskapai Saudia Airlines paling mendominasi dengan jumlah jamaah 16.177 orang atau 34,7 persen.
Kemudian disusul Lion Air dengan 10.209 orang jamaah (21,9 persen) dan Garuda Indonesia sejumlah 6.819 jamaah (14,63 persen). Sisanya menggunakan penerbangan lain seperti Oman Air, Etihad, Emirates, Flynas, Citylink, Turkish Airlines, Air Asia, Scoot, dan lainnya.
Kemenag memang mengimbau PPIU untuk tidak membuka pendaftaran jamaah umrah baru. Sehingga travel bisa berfokus menangani jamaah yang sudah terdaftar. Misalnya mengatur penjadwalan ulang dan lainnya. Meskipun ada imbauan supaya tidak membuka pendaftaran baru, Kemenag tidak menutup aplikasi sistem komputerisasi pengelolaan terpadu umrah dan haji khusus (Siskopatuh).
Nafit mengatakan sistem tersebut tidak ditutup, karena fungsinya tidak hanya untuk melaporkan pendaftaran jamaah umrah baru saja. Tetapi melalui aplikasi itu, travel bisa melaporkan hasil pengubahan jadwal penerbangan. "Kepada PPIU untuk sementara diimbau untuk tidak menerima pendaftaran jamaah terlebih dahulu. Kami menyarankan kepada bank penerima setoran biaya perjalanan umrah juga membantu untuk sementara tidak melakukan penerimaan biaya umrah," jelasnya.
Terkait imbauan Kemenag supaya PPIU tidak menerima pendaftaran jamaah umrah terlebih dahulu, direspon beragam oleh asosiasi travel umrah dan haji khusus. Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi menuturkan mereka tidak menjual paket umrah untuk jadwal perjalanan sebulan kedepan.
"Untuk menghindari risiko terdampak aturan visanya," katanya. Untuk itu untuk paket perjalanan umrah dengan jadwal perjalanan Mei-Juni masih aman untuk dijual. Termasuk penjualan paket umrah di bulan Ramadan. Syam mengatakan paket umrah di bulan Ramadan sebenarnya tidak terlalu ramai di Indonesia. Sebab harganya cenderung lebih mahal dibanding bulan-bulan lainnya.
Sementara itu Sekretaris Forum Shilaturahim Asosiasi Travel Haji dan Umrah (SATHU) Muharom Ahmad menuturkan dengan situasi ketidakpastian seperti saat ini, memang sebaiknya PPIU tidak menerima pendaftaran jamaah umrah terlebih dahulu. Secara syariat Islam juga tidak diperbolehkan jual-beli sesuatu yang belum pasti atau gharar. "Kalau pun pada saatnya kembali dibuka, boleh jadi ada ketentuan baru yang menimbulkan biaya baru. Yang belum disepakati antara PPIU dengan jamaah," jelasnya. Dia mengakui menjelang Ramadan pendaftaran jamaah umrah biasanya naik. Namun tidak ada jaminan juga apakah pada saat Ramadan nanti akses penerbangan umrah sudah dibuka kembali.(wan/jpg)