Minggu, 7 Juli 2024

PM Irak: Arab Saudi Ogah Berperang Lawan Iran

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Perdana Menteri (PN) Irak, Adel Abdul Mahdi, mengatakan bahwa Arab Saudi enggan berperang melawan Iran. Oleh karena itu, Arab Saudi ingin mengurangi ketegangan dengan Iran yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir. Hal itu dikatakan Abdul Mahdi usai mengunjungi Arab Saudi dan bertemu dengan Raja Salman beberapa hari lalu.

Abdul Mahdi menegaskan bahwa Arab Saudi justru berharap semua pihak berperan untuk mencegah munculnya perang lebih lanjut di wilayah Iran. Abdul Mahdi sendiri mengunjungi Arab Saudi pada 25 September lalu dan mengungkapkan isi pembicaraan dengan Raja Salman dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Senin (30/9).

- Advertisement -

"Tidak ada yang ingin mengangkat senjata untuk melakukan serangan fatal. Demikian pula dengan Arab Saudi. Perang hanya akan menghancurkan wilayah yang bersengketa," ucap Abdul Mahdi.

Seperti diketahui, Arab Saudi yang mendukung pasukan pemerintah Yaman, telah lama menuduh Iran memberikan dukungan kepada pemberontak Houthi dengan memasok senjata kepada mereka. Di satu sisi, Iran membantah. Mereka menyebut dukungan kepada pemberontak lebih secara diplomatik dan politik. Ini sekaligus membantah memberi bantuan militer berupa persenjataan.

Baca Juga:  Mobilitas Penduduk Sebabkan Kenaikan Kasus

Ketegangan antara Arab Saudi dengan Iran semakin memuncak dalam beberapa hari terakhir. Itu setelah Arab Saudi menuduh Iran melakukan serangan ke sebuah kilang minyak mereka pada 14 September lalu.

- Advertisement -

Terkait hal itu, Abdul Mahdi menekankan pentingnya menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama di Yaman sebagai awal untuk mencapai perdamaian regional. Konflik di Yaman telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang kelaparan dan membuat PBB menyatakan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Selain itu, ketegangan Arab Saudi bersama sekutunya Amerika Serikat kontra Iran telah meningkat sejak keputusan Presiden Donald Trump pada tahun lalu menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015. Tak hanya itu, AS juga menjatuhkan kembali sanksi yang melumpuhkan beberapa sektor di negara Iran.

Kendati konflik cukup rumit antara Arab Saudi dan Iran serta melibatkan AS dan Yaman, Abdul Mahdi menegaskan harapan dan solusi untuk perdamaian dapat ditemukan.

Baca Juga:  Hari Kedua, Korban Tewas Bus Masuk Jurang Jadi 35 Orang

Sementara itu, putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman – pemimpin de facto Arab Saudi – mengatakan dalam sebuah wawancara dengan program 60 Menit CBS yang ditayangkan pada Ahad (29/9) juga lebih suka resolusi damai. Dia menegaskan bahwa opsi tersebut jauh lebih baik daripada aksi militer.

Secara terpisah, media Irak melaporkan bahwa Abdul Mahdi berencana untuk mengunjungi Iran secepatnya dalam upaya untuk mengurangi ketegangan regional. Menariknya, saat ditanya apakah Irak memiliki informasi tentang siapa di balik serangan bulan lalu terhadap target milisi yang didukung Iran di Irak, Abdul Mahdi mengatakan ada indikasi Israel bertanggung jawab.

"Investigasi yang telah dilakukan oleh otoritas Irak memberikan indikasi penting bahwa Israel berada di balik beberapa serangan tersebut," sebut Abdul Mahdi.

Namun, pihaknya juga menambahkan masih kekurangan bukti secara kuat. Di satu sisi, Israel tidak membenarkan atau membantah keterlibatan yang dituduhkan oleh Irak.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Perdana Menteri (PN) Irak, Adel Abdul Mahdi, mengatakan bahwa Arab Saudi enggan berperang melawan Iran. Oleh karena itu, Arab Saudi ingin mengurangi ketegangan dengan Iran yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir. Hal itu dikatakan Abdul Mahdi usai mengunjungi Arab Saudi dan bertemu dengan Raja Salman beberapa hari lalu.

Abdul Mahdi menegaskan bahwa Arab Saudi justru berharap semua pihak berperan untuk mencegah munculnya perang lebih lanjut di wilayah Iran. Abdul Mahdi sendiri mengunjungi Arab Saudi pada 25 September lalu dan mengungkapkan isi pembicaraan dengan Raja Salman dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Senin (30/9).

"Tidak ada yang ingin mengangkat senjata untuk melakukan serangan fatal. Demikian pula dengan Arab Saudi. Perang hanya akan menghancurkan wilayah yang bersengketa," ucap Abdul Mahdi.

Seperti diketahui, Arab Saudi yang mendukung pasukan pemerintah Yaman, telah lama menuduh Iran memberikan dukungan kepada pemberontak Houthi dengan memasok senjata kepada mereka. Di satu sisi, Iran membantah. Mereka menyebut dukungan kepada pemberontak lebih secara diplomatik dan politik. Ini sekaligus membantah memberi bantuan militer berupa persenjataan.

Baca Juga:  Sumangat Juang dan Pandemi Covid 19

Ketegangan antara Arab Saudi dengan Iran semakin memuncak dalam beberapa hari terakhir. Itu setelah Arab Saudi menuduh Iran melakukan serangan ke sebuah kilang minyak mereka pada 14 September lalu.

Terkait hal itu, Abdul Mahdi menekankan pentingnya menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama di Yaman sebagai awal untuk mencapai perdamaian regional. Konflik di Yaman telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang kelaparan dan membuat PBB menyatakan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Selain itu, ketegangan Arab Saudi bersama sekutunya Amerika Serikat kontra Iran telah meningkat sejak keputusan Presiden Donald Trump pada tahun lalu menarik diri dari perjanjian nuklir Iran 2015. Tak hanya itu, AS juga menjatuhkan kembali sanksi yang melumpuhkan beberapa sektor di negara Iran.

Kendati konflik cukup rumit antara Arab Saudi dan Iran serta melibatkan AS dan Yaman, Abdul Mahdi menegaskan harapan dan solusi untuk perdamaian dapat ditemukan.

Baca Juga:  Manjalang Mamak

Sementara itu, putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman – pemimpin de facto Arab Saudi – mengatakan dalam sebuah wawancara dengan program 60 Menit CBS yang ditayangkan pada Ahad (29/9) juga lebih suka resolusi damai. Dia menegaskan bahwa opsi tersebut jauh lebih baik daripada aksi militer.

Secara terpisah, media Irak melaporkan bahwa Abdul Mahdi berencana untuk mengunjungi Iran secepatnya dalam upaya untuk mengurangi ketegangan regional. Menariknya, saat ditanya apakah Irak memiliki informasi tentang siapa di balik serangan bulan lalu terhadap target milisi yang didukung Iran di Irak, Abdul Mahdi mengatakan ada indikasi Israel bertanggung jawab.

"Investigasi yang telah dilakukan oleh otoritas Irak memberikan indikasi penting bahwa Israel berada di balik beberapa serangan tersebut," sebut Abdul Mahdi.

Namun, pihaknya juga menambahkan masih kekurangan bukti secara kuat. Di satu sisi, Israel tidak membenarkan atau membantah keterlibatan yang dituduhkan oleh Irak.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari