(RIAUPOS.CO) — Banjir lagi. Banjir lagi. Setiap hujan deras dalam waktu agak lama pasti menimbulkan genangan air di mana-mana. Itu sudah menjadi musibah rutin yang harus diterima warga Kota Pekanbaru. Apa lagi saat musim hujan, seperti sekarang ini.
Intensitas banjir ‘’dadakan’’ semakin meningkat. Tak terhitung jumlahnya. Catatannya juga tidak ada. Tapi banjir Selasa (18/6) pagi sangat memprihatinkan. Ada warga yang harus meregang nyawa, karena banjir. Seorang wanita tewas setelah terseret arus air deras.
Wanita itu bernama Yeni Riski Purwati, warga Jalan Sukakarya. Umurnya tergolong masih muda. Belum 30 tahun. Tapi ia sudah harus pergi untuk selamanya, karena tak kuasa menahan derasnya arus. Ia terseret hampir dua kilometer, dan ditemukan sudah tidak beryawa lagi.
Kepergiannya sangat mengenaskan. Berniat mengantarkan suami ke Bandara Sultan Syarif Kasim II, karena ingin kembali ke tempat kerjanya. Saat melewati Jalan Lobak, badan jalan tergenang air. Ia pun turun dari sepeda motor. Berjalan kaki untuk melewati genangan air. Malang, ia terpeleset dan hanyut terbawa arus.
Banjir di Kota Pekanbaru memang semakin memprihatinkan. Warga kota selalu dilanda kecemasan saat langit mulai mendung. Apalagi sampai hujan turun dengan deras dalam waktu yang lama. Pasti ada kawasan yang terendam. Bukan hanya jalan-jalan utama, yang menyebabkan kemacetan panjang. Tapi rumah warga juga banyak yang tergenang air. Berapa banyak warga yang harus bekerja keras memindahkan barang-barang ke tempat lebih tinggi agar tidak terendam air.
Banjir sudah menjadi teror bagi warga Pekanbaru. Membuyarkan konsentrasi. Menurunkan produktivitas kerja. Banyak lagi kerugian yang ditimbulkan.
Tapi sampai saat ini belum ada langkah nyata yang bisa mengatasi banjir. Pemerintah Kota Pekanbaru tampaknya tidak menemukan solusi jitu. Bahkan akhir-akhir ini seperti tidak ada upaya yang dilakukan.
Pemerintah seperti membiarkan banjir menggenangi jalan dan permukiman masyarakat. Memaksa warga pasrah dengan keadaan. Merasakan kecemasan setiap hujan turun. Khawatir rumah tergenang air. Belum lagi memikirkan perjalanan ke tempat kerja saat banjir. Pemerintah, terutama Kota Pekanbaru seharusnya segera mengambil tindakan. Membongkar bangunan yang melanggar aturan dan menjadi penyebab banjir. Langkah itu akan menghapus kesan, bahwa banjir dibiarkan.***
(RIAUPOS.CO) — Banjir lagi. Banjir lagi. Setiap hujan deras dalam waktu agak lama pasti menimbulkan genangan air di mana-mana. Itu sudah menjadi musibah rutin yang harus diterima warga Kota Pekanbaru. Apa lagi saat musim hujan, seperti sekarang ini.
Intensitas banjir ‘’dadakan’’ semakin meningkat. Tak terhitung jumlahnya. Catatannya juga tidak ada. Tapi banjir Selasa (18/6) pagi sangat memprihatinkan. Ada warga yang harus meregang nyawa, karena banjir. Seorang wanita tewas setelah terseret arus air deras.
- Advertisement -
Wanita itu bernama Yeni Riski Purwati, warga Jalan Sukakarya. Umurnya tergolong masih muda. Belum 30 tahun. Tapi ia sudah harus pergi untuk selamanya, karena tak kuasa menahan derasnya arus. Ia terseret hampir dua kilometer, dan ditemukan sudah tidak beryawa lagi.
Kepergiannya sangat mengenaskan. Berniat mengantarkan suami ke Bandara Sultan Syarif Kasim II, karena ingin kembali ke tempat kerjanya. Saat melewati Jalan Lobak, badan jalan tergenang air. Ia pun turun dari sepeda motor. Berjalan kaki untuk melewati genangan air. Malang, ia terpeleset dan hanyut terbawa arus.
- Advertisement -
Banjir di Kota Pekanbaru memang semakin memprihatinkan. Warga kota selalu dilanda kecemasan saat langit mulai mendung. Apalagi sampai hujan turun dengan deras dalam waktu yang lama. Pasti ada kawasan yang terendam. Bukan hanya jalan-jalan utama, yang menyebabkan kemacetan panjang. Tapi rumah warga juga banyak yang tergenang air. Berapa banyak warga yang harus bekerja keras memindahkan barang-barang ke tempat lebih tinggi agar tidak terendam air.
Banjir sudah menjadi teror bagi warga Pekanbaru. Membuyarkan konsentrasi. Menurunkan produktivitas kerja. Banyak lagi kerugian yang ditimbulkan.
Tapi sampai saat ini belum ada langkah nyata yang bisa mengatasi banjir. Pemerintah Kota Pekanbaru tampaknya tidak menemukan solusi jitu. Bahkan akhir-akhir ini seperti tidak ada upaya yang dilakukan.
Pemerintah seperti membiarkan banjir menggenangi jalan dan permukiman masyarakat. Memaksa warga pasrah dengan keadaan. Merasakan kecemasan setiap hujan turun. Khawatir rumah tergenang air. Belum lagi memikirkan perjalanan ke tempat kerja saat banjir. Pemerintah, terutama Kota Pekanbaru seharusnya segera mengambil tindakan. Membongkar bangunan yang melanggar aturan dan menjadi penyebab banjir. Langkah itu akan menghapus kesan, bahwa banjir dibiarkan.***