Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Bekali ABH dengan Terapi Penghidupan

KOTA (RIAUPOS.CO) – Usianya masih di bawah umur. Mereka harus terpisah dengan orangtua. Kasusnya bisa karena menjadi pelaku kejahatan ataupun korban kejahatan. Sebanyak 24 anak pun direhabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Rumbai Pesisir, Jalan Khayangan.

Para anak ini dibekali terapi penghidupan (keterampilan). Gunanya, agar setelah selesai masa rehab bisa bermanfaat ilmunya.

"Jadi anak-anak yang direhab di sini bisa memanfaatkan ilmunya setelah keluar (terminasi). Dan semoga tidak mengulangi perbuatannya," sebut Kasi Resos BRSAMPK Mohammad Toher kemarin.

Lebih jauh, untuk anak perempuan saat ini lebih minat dengan tata rias (salon). Ruangannya lengkap seperti salon. Sehingga, kelas menjahit kosong. Namun, tetap dibekali dengan mengikuti kerajinan tangan.

"Meskipun tidak ada yang minat ke jahit, tidak masalah. Karena itu tergantung peminatan anak-anak. Kami bekali juga kerajinan tangan," jelasnya.

Sedangkan untuk anak laki-laki dibekali barbershop dan otomotif (bengkel). Beruntung, dua kelas itu ada peminatnya. Dominan ke bengkel.

Baca Juga:  Dari 19.690 Honorer Pemprov Riau, 500-an Diduga Fiktif Tengah Diselidiki

Riau Pos mencoba wawancara dengan salah satu anak berhadapan hukum (ABH) dari Dumai. D namanya. "Sudah lima bulan di BRSAMPK. Dulu saya mencuri bareng teman saya Dav," sebutnya yang akan diterminasi pada 20 Februari mendatang.

Dav pun berada di tempat yang sama dengan D. Hanya beda kelas. Tepatnya mengambil minat barbershop.

"Untuk anak-anak di BRSAMPK bisa sampai enam bulan. Tidak menutup kemungkinan hanya satu hingga dua pekan (biasanya titipan polisi, red)," tuturnya.

Program Peksos Go To School

Sementara itu, keberadaannya yang menangani anak berkebutuhan khusus, menjadikannya membuat program baru di 2020. Kasi Rehab  BRSAMPK Mohammad Toher mengatakan, program tersebut bernama Peksos Go To School.

"Kegiatan tersebut menyasar pada sekolah yang rentan memiliki catatan anak-anak di sekolah terlibat anak berhadapan dengan hukum (ABH). Dalam satu tahun akan ada enam sekolah yang disasar," sebutnya pada Riau Pos Senin (17/2).

Lebih jauh, program yang dibentuk oleh pekerja sosial (peksos) akan berlangsung pada Februari akhir. "Jadi ini merupakan program dari teman-teman peksos. Saya di sini memfasilitasi. Hari ini teman-teman sudah ke sekolah untuk meminta izin dan lainnya," jelasnya.

Baca Juga:  Promosi Umri Lewat Pemilihan Duta Komunikasi

Hal itu pun dipertegas oleh Peksos BRSAMPK Yustisia. Kebetulan, ia bersama tim baru saja pulang survei ke berjaga sekolah. "Peksos go to school di Pekanbaru baru sekarang. Sebenarnya sudah ada sejak tahun lalu. Itu yang membedakan dengan satuan bakti pekerja sosial di kabupaten/kota di Riau," terangnya.

Enam sekolah itu sudah katanya sudah didata. Khususnya SMP dan SMA sederajat. "Di usia tersebut banyak anak-anak yang ditangani di BRSAMPK," terangnya.

Saat datang ke sekolah berkoordinasi dengan guru BK. Dimana mengidentifikasikan anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus atau catatan di sekolah.

"Mensiasati dengan memanggil ketua kelas dan siswa role model. Sekarang di sini ada 24  anak. 10 di antaranya yang masuk pada 2020. Cenderung berkurang dibanding tahun lalu," ujarnya.(s)

KOTA (RIAUPOS.CO) – Usianya masih di bawah umur. Mereka harus terpisah dengan orangtua. Kasusnya bisa karena menjadi pelaku kejahatan ataupun korban kejahatan. Sebanyak 24 anak pun direhabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Rumbai Pesisir, Jalan Khayangan.

Para anak ini dibekali terapi penghidupan (keterampilan). Gunanya, agar setelah selesai masa rehab bisa bermanfaat ilmunya.

- Advertisement -

"Jadi anak-anak yang direhab di sini bisa memanfaatkan ilmunya setelah keluar (terminasi). Dan semoga tidak mengulangi perbuatannya," sebut Kasi Resos BRSAMPK Mohammad Toher kemarin.

Lebih jauh, untuk anak perempuan saat ini lebih minat dengan tata rias (salon). Ruangannya lengkap seperti salon. Sehingga, kelas menjahit kosong. Namun, tetap dibekali dengan mengikuti kerajinan tangan.

- Advertisement -

"Meskipun tidak ada yang minat ke jahit, tidak masalah. Karena itu tergantung peminatan anak-anak. Kami bekali juga kerajinan tangan," jelasnya.

Sedangkan untuk anak laki-laki dibekali barbershop dan otomotif (bengkel). Beruntung, dua kelas itu ada peminatnya. Dominan ke bengkel.

Baca Juga:  Realisasi Pendapatan PKB Capai Rp750 Miliar

Riau Pos mencoba wawancara dengan salah satu anak berhadapan hukum (ABH) dari Dumai. D namanya. "Sudah lima bulan di BRSAMPK. Dulu saya mencuri bareng teman saya Dav," sebutnya yang akan diterminasi pada 20 Februari mendatang.

Dav pun berada di tempat yang sama dengan D. Hanya beda kelas. Tepatnya mengambil minat barbershop.

"Untuk anak-anak di BRSAMPK bisa sampai enam bulan. Tidak menutup kemungkinan hanya satu hingga dua pekan (biasanya titipan polisi, red)," tuturnya.

Program Peksos Go To School

Sementara itu, keberadaannya yang menangani anak berkebutuhan khusus, menjadikannya membuat program baru di 2020. Kasi Rehab  BRSAMPK Mohammad Toher mengatakan, program tersebut bernama Peksos Go To School.

"Kegiatan tersebut menyasar pada sekolah yang rentan memiliki catatan anak-anak di sekolah terlibat anak berhadapan dengan hukum (ABH). Dalam satu tahun akan ada enam sekolah yang disasar," sebutnya pada Riau Pos Senin (17/2).

Lebih jauh, program yang dibentuk oleh pekerja sosial (peksos) akan berlangsung pada Februari akhir. "Jadi ini merupakan program dari teman-teman peksos. Saya di sini memfasilitasi. Hari ini teman-teman sudah ke sekolah untuk meminta izin dan lainnya," jelasnya.

Baca Juga:  Dari 19.690 Honorer Pemprov Riau, 500-an Diduga Fiktif Tengah Diselidiki

Hal itu pun dipertegas oleh Peksos BRSAMPK Yustisia. Kebetulan, ia bersama tim baru saja pulang survei ke berjaga sekolah. "Peksos go to school di Pekanbaru baru sekarang. Sebenarnya sudah ada sejak tahun lalu. Itu yang membedakan dengan satuan bakti pekerja sosial di kabupaten/kota di Riau," terangnya.

Enam sekolah itu sudah katanya sudah didata. Khususnya SMP dan SMA sederajat. "Di usia tersebut banyak anak-anak yang ditangani di BRSAMPK," terangnya.

Saat datang ke sekolah berkoordinasi dengan guru BK. Dimana mengidentifikasikan anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus atau catatan di sekolah.

"Mensiasati dengan memanggil ketua kelas dan siswa role model. Sekarang di sini ada 24  anak. 10 di antaranya yang masuk pada 2020. Cenderung berkurang dibanding tahun lalu," ujarnya.(s)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari