Kamis, 4 Juli 2024

11 Panti Pijat Plus-Plus di Jalan SM Amin

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — KEBERADAN panti pijat illegal saat ini tumbuh subur bak jamur di Kota Bertuah. Jumlahnya semakin banyak bertebaran hingga ke kawasan pemukiman warga. Namun sepertinya keberadaan panti pijit tidak tersentuh oleh aparat kemananan maupun Pemerintah Kota Pekanbaru.

Seperti pantauan Riau Pos di Jalan SM Amin hingga ke simpang Jalan Air Hitam, terdapat  11 panti pijit yang diduga plus-plus. Di antaranya urut 33 (Jalan SM Amin/sekitar simpang Jalan Sentosa), ada 6 tempat urut berkedok urut sehat di depan Jalan Tiga Dara. Satu tempat urut sehat tepatnya di depan SPBU Jalan SM Amin dan tiga lagi di simpang Jalan SM Amin ujung dan Jalan Air Hitam.

- Advertisement -

Menanggapi maraknya panti pijat plus-plus berkedok urut sehat, Camat Tampan, Liswarti mengatakan, akan melakukan penertiban. Saat ini pihak Kecamatan Tampan sudah berkoordinasi dengan lurah dan pihak kepolisian setempat, untuk menggelar razia penertiban  panti pijat plus-plus berkedok urut sehat di Jalan SM Amin.

"Bahkan beberapa waktu lalu kami juga sudah pernah melakukan razia. Ketika ditanya kartu tanda penduduk (KTP)-nya, mereka tidak punya. Betul, urut sehat itu hanya kedok saja. Padahal itu sebenarnya pijat plus-plus. Usaha panti pijat itu juga ada bekingnya. Dalam waktu dekat kami akan tertibkan (razia). Kami sudah berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Lurah dan pihak kepolisian setempat," ujarnya kepada Riau Pos, Kamis (6/2).

Baca Juga:  Perbakin Bidik Nomor Berburu

Penasaran dengan keberadaan urut sehat tersebut, yang diduga pijat plus-plus, Riau Pos mencoba melakukan konfirmasi dengan berpura-pura ingin terapis. Salah seorang terapis plus-plus di Jalan SM Amin, inisial RN (37) menuturkan, sudah menjalani pekerjaan sebagai terapis plus-plus kurang lebih 10 tahun.

- Advertisement -

Alasan melakukan bekerja sebagai terapis plus-plus, selain untuk menghidupi kedua anaknya yang saat ini masih sekolah dan balita, juga tergiur dengan besarnya penghasilan seorang terapis plus-plus di Pekanbaru.

RN merupakan warga asal Indramayu, Jawa Barat. Awal RN bisa ke Pekanbaru bekerja sebagai terapis bermula dari informasi sahabatnya yang sejak awal sudah bekerja sebagai terapis di Pekanbaru. Melihat temannya sukses sebagai seorang terapis di Pekanbaru dengan mengirimkan uang Rp5 juta. Padahal baru beberapa hari bekerja, membuat RN sangat berkeinginan merantau ke Pekan- baru mengikuti jejak temannya.

Selain faktor ekonomi dan alasan untuk menghidupi kedua anaknya yang masih sekolah dan balita, RN juga seorang janda. Menurutnya, kehidupan di daerah asalnya sangat sulit baginya yang hanya seorang tamatan SD.

"Saya hanya tamatan SD dan seorang petani. Kalau saya tidak merantau, sementara saya seorang janda, bagaimana saya bisa menghidupi dan menyekolahkan kedua anak saya. Sementara untuk biaya hidup dan menyekolahkan anak itu mahal," tuturnya.

Baca Juga:  Ketua RT/RW Ancam Berhenti Massal

RN menjelaskan, penghasilannya seorang terapis plus-plus itu sangat menggiurkan sekitar Rp6 juta sampai dengan Rp9 juta perbulannya. "Iya bang, sekitar Rp6 juta sampai dengan Rp9 juta per bulannya. Besarnya penghasilan itu karena sehari bisa mendapat 3 sampai dengan 5 pelanggan," jelasnya.

RN mengaku, tidak mau menjalani pekerjaan itu, tetapi karena faktor ekonomi yang membuatnya terpaksa harus bekerja sebagai soerang terapis plus-plus. "Kalau untuk urut biasa saja cuma Rp100 ribu perorang. Tetapi kalau mau nambah jadi pijit plus-plus itu Rp200 ribu per orang per jam. Bahkan ada yang ngasi lebih dari itu seperti Rp300 ribu," katanya.

Ia menambahkan, menjalani pekerjaan sebagai seorang terapis sangatlah tidak enak. Karena, dari penghasilan pijit harus dibagi dengan pemilik tempat (bos) separuh dari penghasilan memijit. Seperti jasa pijit sebesar Rp100 ribu harus dibagi dua dengan bos. Karena, dirinya juga tinggal di sini.

"Bahkan yang tidak enaknya. Kadang ada yang tidak mau membayar. Alasan mengambil uang dimotor tiba-tiba kabur begitu saja. Keluarga dikampung tahunya kita bekerja baik-baik. Dengan mengirimkan uang setiap bulannya. Padahal kita bekerja di sini sebagai seorang terapis plus-plus," terangnya.(ksm)

 

Laporan: DOFI ISKANDAR

 

 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — KEBERADAN panti pijat illegal saat ini tumbuh subur bak jamur di Kota Bertuah. Jumlahnya semakin banyak bertebaran hingga ke kawasan pemukiman warga. Namun sepertinya keberadaan panti pijit tidak tersentuh oleh aparat kemananan maupun Pemerintah Kota Pekanbaru.

Seperti pantauan Riau Pos di Jalan SM Amin hingga ke simpang Jalan Air Hitam, terdapat  11 panti pijit yang diduga plus-plus. Di antaranya urut 33 (Jalan SM Amin/sekitar simpang Jalan Sentosa), ada 6 tempat urut berkedok urut sehat di depan Jalan Tiga Dara. Satu tempat urut sehat tepatnya di depan SPBU Jalan SM Amin dan tiga lagi di simpang Jalan SM Amin ujung dan Jalan Air Hitam.

Menanggapi maraknya panti pijat plus-plus berkedok urut sehat, Camat Tampan, Liswarti mengatakan, akan melakukan penertiban. Saat ini pihak Kecamatan Tampan sudah berkoordinasi dengan lurah dan pihak kepolisian setempat, untuk menggelar razia penertiban  panti pijat plus-plus berkedok urut sehat di Jalan SM Amin.

"Bahkan beberapa waktu lalu kami juga sudah pernah melakukan razia. Ketika ditanya kartu tanda penduduk (KTP)-nya, mereka tidak punya. Betul, urut sehat itu hanya kedok saja. Padahal itu sebenarnya pijat plus-plus. Usaha panti pijat itu juga ada bekingnya. Dalam waktu dekat kami akan tertibkan (razia). Kami sudah berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Lurah dan pihak kepolisian setempat," ujarnya kepada Riau Pos, Kamis (6/2).

Baca Juga:  Perbakin Bidik Nomor Berburu

Penasaran dengan keberadaan urut sehat tersebut, yang diduga pijat plus-plus, Riau Pos mencoba melakukan konfirmasi dengan berpura-pura ingin terapis. Salah seorang terapis plus-plus di Jalan SM Amin, inisial RN (37) menuturkan, sudah menjalani pekerjaan sebagai terapis plus-plus kurang lebih 10 tahun.

Alasan melakukan bekerja sebagai terapis plus-plus, selain untuk menghidupi kedua anaknya yang saat ini masih sekolah dan balita, juga tergiur dengan besarnya penghasilan seorang terapis plus-plus di Pekanbaru.

RN merupakan warga asal Indramayu, Jawa Barat. Awal RN bisa ke Pekanbaru bekerja sebagai terapis bermula dari informasi sahabatnya yang sejak awal sudah bekerja sebagai terapis di Pekanbaru. Melihat temannya sukses sebagai seorang terapis di Pekanbaru dengan mengirimkan uang Rp5 juta. Padahal baru beberapa hari bekerja, membuat RN sangat berkeinginan merantau ke Pekan- baru mengikuti jejak temannya.

Selain faktor ekonomi dan alasan untuk menghidupi kedua anaknya yang masih sekolah dan balita, RN juga seorang janda. Menurutnya, kehidupan di daerah asalnya sangat sulit baginya yang hanya seorang tamatan SD.

"Saya hanya tamatan SD dan seorang petani. Kalau saya tidak merantau, sementara saya seorang janda, bagaimana saya bisa menghidupi dan menyekolahkan kedua anak saya. Sementara untuk biaya hidup dan menyekolahkan anak itu mahal," tuturnya.

Baca Juga:  Ini Penyebab Membeludaknya Kendaraan Antre saat Uji KIR di Dishub Pekanbaru

RN menjelaskan, penghasilannya seorang terapis plus-plus itu sangat menggiurkan sekitar Rp6 juta sampai dengan Rp9 juta perbulannya. "Iya bang, sekitar Rp6 juta sampai dengan Rp9 juta per bulannya. Besarnya penghasilan itu karena sehari bisa mendapat 3 sampai dengan 5 pelanggan," jelasnya.

RN mengaku, tidak mau menjalani pekerjaan itu, tetapi karena faktor ekonomi yang membuatnya terpaksa harus bekerja sebagai soerang terapis plus-plus. "Kalau untuk urut biasa saja cuma Rp100 ribu perorang. Tetapi kalau mau nambah jadi pijit plus-plus itu Rp200 ribu per orang per jam. Bahkan ada yang ngasi lebih dari itu seperti Rp300 ribu," katanya.

Ia menambahkan, menjalani pekerjaan sebagai seorang terapis sangatlah tidak enak. Karena, dari penghasilan pijit harus dibagi dengan pemilik tempat (bos) separuh dari penghasilan memijit. Seperti jasa pijit sebesar Rp100 ribu harus dibagi dua dengan bos. Karena, dirinya juga tinggal di sini.

"Bahkan yang tidak enaknya. Kadang ada yang tidak mau membayar. Alasan mengambil uang dimotor tiba-tiba kabur begitu saja. Keluarga dikampung tahunya kita bekerja baik-baik. Dengan mengirimkan uang setiap bulannya. Padahal kita bekerja di sini sebagai seorang terapis plus-plus," terangnya.(ksm)

 

Laporan: DOFI ISKANDAR

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari