PEKANBARU(RIAUPOS.CO) – Pekan kedua di bulan Februari 2024, harga barang keperluan pokok masih fluktuatif. Bahkan harga sayuran masih tergolong tinggi lantaran pasokan sayur dari petani yang semakin berkurang akibat akses lalu lintas yang tersendat karena banjir.
Pantauan Riau Pos, Senin (5/2) disejumlah pasar tradisional di Kota Pekanbaru seperti Pasar Pagi Arengka dan Pasar Kodim tampak harga kebutuhan pokok masih cukup tinggi di antaranya harga kacang panjang tembus diharga Rp15.000 per ikat, tomat Rp20.000 per kilogram, sayur kol Rp10.000 per kilogram, gambas Rp15.000 per kilogram, terong Rp13.000 per kilogram, timun Rp 12.000 per kilogram dan kentang Rp15.000 per kilogram.
Sementara itu untuk harga ayam potong berkisar Rp25.000 hingga Rp27.000 per kilogram, cabai merah Rp45.000 – Rp50.000 per kilogram, cabai rawit Rp52.000 per kilogram, bawang merah Rp33.000 per kilogram, bawang putih Rp39.000 per kilogram, beras premium Rp170.000. Per 10 kilogram.
Sedangkan berdasarkan data harga kebutuhan pokok yang dimiliki oleh Dinas Ketahanan Pangan ( Disketapang) Kota Pekanbaru tercacat mi keriting instan Rp3.000 per bungkus, ikan kembung Rp48.000 per kilogram, udang basah Rp90.000 per kilogram, tempe Rp6.000 per buah, beras premium Rp17.200 per kilogram, telur ayam Rp51.000 per papan, gula pasir Rp18.000 per kilogram, bawang merah Rp28.000 per kilogram, bawang putih Rp37.000 per kilogram, daging sapi Rp130.000 per kilogram, daging ayam ras Rp30.000 per kilogram.
Menurut salah seorang pembeli di Pasar Pagi Arengka Mimi mengaku pusing dengan harga kebutuhan pokok yang kerap mengalami kenaikan harga. Bahkan ia harus mencari cara agar kebutuhan sehari-hari keluarga bisa tercukupi dengan hanya membawa uang Rp200.000 ke pasar.
”Pusing lihat harga kebutuhan pokok sekarang. Dulu bawa uang Rp200.000 bisa makan sebulan, sekarang beli ikan, sama cabai saja sudah habis Rp 100.000 belum lagi sayur, atau minyak dan bawang,” ujarnya.
Ia berharap harga kebutuhan pokok dapat segera mengalami penurunan harga sehingga masyarakat bisa memperoleh produk pangan yang terjangkau.
”Semoga saja ada solusinya dari pemerintah. Kalau seperti ini terus kami emak-emak ini bisa demo, karena tak ada lagi bahan pangan yang murah di pasaran,” tuturnya.
Di sisi lain, salah seorang pedagang di Pasar Pagi Arengka Siregar mengaku harga sayuran sudah dua bulan terakhir mengalami kenaikan harga lantaran pasokan yang berkurang.
Ia mengaku kenaikan harga sudah terjadi saat barang dagangan itu datang dibawa oleh para distributor sehingga mau tidak mau pedagang harus menurunkan jumlah barang yang dibeli agar tidak terlalu terbebani dengan kenaikan harga yang terjadi saat ini.
”Itu tomat harganya sudah tidak masuk akal. Dulu dijual Rp4.000 per kilogram, sekarang dari petani sudah Rp15.000 ribu, makanya kami ikutan naik karena harganya yang mahal dan stoknya juga sedikit,” terangnya.
Sementara itu belum lama ini, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru, Maisisco, memastikan stok pangan di Kota Pekanbaru masih aman, meskipun saat ini ada fluktuasi harga terhadap beberapa komoditas.
Namun, pada umumnya, apa-apa yang menjadi kebutuhan masyarakat masih tersedia dengan baik lantaran ketercukupan pasokan pangan itu bersumber dari dua faktor, yakni produksi lokal maupun didatangkan dari luar Kota Pekanbaru.
”Jadi, memang kita ini kan bukan sentra produksi pertanian. Sehingga sebagian besar pangan kita masih didatangkan dari daerah-daerah lain di luar Pekanbaru. Sementara sisanya dipenuhi oleh pertanian lokal,” jelasnya.
Lanjut Maisisco, untuk hasil produksi lokal persentasenya berkisar 20-25 persen dari total kebutuhan, sedangkan untuk bahan pangan yang didatangkan dari luar daerah, sejauh ini juga pasokannya lancar dan tidak menimbulkan gejolak ketersediaan di Pekanbaru.
Hal ini terjadi lantaran adanya perubahan cuaca secara ekstrem yang membawa dampak signifikan terhadap sektor-sektor produksi, seperti sektor pertanian. Namun, sejauh ini pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap pasokan pangan dipasaran sehingga sampai saat ini tidak ada laporan kelangkaan maupun fluktuasi harga yang cukup tinggi di pasaran.
”Di awal tahun 2024 ini semuanya terpantau stabil. Kalaupun nantinya ada kenaikan harga yang cukup tinggi seperti di tahun 2023 lalu, kami akan langsung berkoordinasi dengan daerah-daerah penghasil agar melakukan kesepakatan sehingga dapat mencegah kenaikan harga pangan,” terangnya.
Selain itu, lanjut Maisisco, pihaknya akan tetap menjalankan program Gerakan Pangan Murah (GPM) guna dapat mengintervensi pasar dengan mendatangkan cabai dari daerah lain sehingga dapat menekan kenaikan harga dari menekan harga dari petani.
Tak hanya itu, GPM ini juga salah satu upaya menciptakan titik keseimbangan harga pangan, sehingga tetap mampu mempertahankan stabilitas harga yang bisa memicu terjadinya inflasi.(ayi)