SETIAP kali Ramadan datang, hati pun menjadi riang. Itulah agaknya kenangan kita saat menyambut Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Keramaian masjid saat Salat Tarawih, acara buka bersama, mengingatkan kita akan kemeriahan bulan suci Ramadan. Namun Ramadan 1441 H ini sangat jauh berbeda. Kita sedang berada di tengah wabah Covid-19 yang datang tidak terduga. Pemerintah mengimbau untuk belajar, bekerja bahkan beribadah di rumah saja. Kemeriahan Ramadan yang indah, seakan tertutupi dengan ganasnya wabah.
Selaku hamba yang beriman, apakah lantas dengan wabah ini kita akan bermuram durja? Kemudian kita menyambut Ramadan dengan perasaan gelisah dan tak tentu arah? Tentu saja Tidak. Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan kita untuk selalu berpikir positif dan penuh optimis. Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Hal itu tidaklah didapati kecuali pada diri seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itulah yang terbaik baginya. Jika ia mendapatkan kesusahan, maka ia pun bersabar. Dan pula yang terbaik baginya." (HR. Muslim, no. 2999).
Dalam menghadapi Ramadan di tengah wabah Covid-19 ini, kita coba menggali hikmah seraya bersyukur, dan tetap tenang dengan penuh kesabaran.
Justru kualitas keimanan seseorang itu akan diukur ketika dia diuji dengan kesusahan yang menimpanya. Seorang yang beriman akan selalu berpikir positif bahwa ujian itu merupakan bukti kecintaan Allah SWT kepada dirinya. Sebagaimana Hadist Rasulullah SAW menegaskan, Jika Allah mencintai seorang hamba maka Allah akan mengujinya (HR. At-Thabrani). Oleh sebab itu selayaknya sebagai manusia beriman yang dipanggil untuk melaksanakan ibadah puasa (QS. Al-Baqarah 2 : 183), kita harus menumbuhkan nilai-nilai yang positif itu dalam bentuk hikmah sehingga Ramadan di tengah wabah ini tetap akan memberikan berkah yang melimpah.
Hikmah pertama, kebersamaan dengan keluarga di rumah semakin luas. Ramadan di tengah wabah Covid-19 ini mengharuskan kita tetap berada di rumah. Khusus untuk Kota Pekanbaru keputusan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah diterapkan. Semakin sering keluar rumah, semakin besar kemungkinan kita tertular atau menularkan virus Covid-19 tersebut. Ramadan tahun ini adalah momentum kita untuk evaluasi dan introspeksi ke ruang internal keluarga. Ramadan bisa digunakan untuk tarawih bersama, membaca Alquran bersama, serta mendalami makna beribadah bersama keluarga. Jika hal ini diamalkan dengan baik, akan menjadi kebahagiaan tersendiri dalam konteks kita menggali hikmah di bulan Ramadan tahun ini.
Hikmah kedua, Ramadan melatih pribadi yang disiplin. Sudah maklum diketahui bahwa nilai kedisiplinan sangat terlihat dari betapa disiplinnya kita menggunakan waktu saat sahur dan berbuka. Ramadan kali ini secara tidak langsung mendidik kita untuk disiplin dalam menjaga jarak sosial (social distancing) dengan menjaga sikap dan lisan kepada orang lain, sehingga social distancing yang menjadi imbauan pemerintah dengan mudah dapat kita lakukan dengan sikap disiplin yang dilatih di bulan Ramadan ini.
Hikmah ketiga, berpuasa itu menyehatkan. Covid-19 ini adalah wabah penyakit yang menyerang tubuh manusia. Bukan karena tidak makan dan minum fisik menjadi lemah atau sakit. Justru sebaliknya dengan puasa akan meningkatkan kualitas kesehatan fisik manusia. Karena perut adalah sumber dari segala macam penyakit. Apa yang kita makan sangat memengaruhi kondisi fisik bahkan batin kita. Oleh sebab itu para dokter menganjurkan berpuasa supaya menetralisir racun-racun yang ada di dalam tubuh. Di dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda : “Berpuasalah kamu niscaya kamu akan sehat.” Ketika badan sehat, imun tubuh pun akan bereaksi dengan baik menjauhkan kita dari penyakit.
Hikmah keempat, dengan wabah Covid-19 pada bulan Ramadan ini, akan tumbuh perjuangan spiritual dalam diri. Dalam kondisi tidak makan dan minum di siang Ramadan, ditambah dengan wabah Covid-19 ini, menyebabkan perjuangan menuju ketakwaan itu akan berbuah lebih baik karena beratnya medan perjuangan. Hal ini akan menempa kita untuk tahan banting dalam setiap keadaan dalam rangka meraih ketakwaan di bulan suci Ramadhan. Di dalam literatur Quran dan Sunnah, sangat banyak sindiran Allah yang menyatakan bahwa manusia itu akan diuji agar ia meningkatkan kualitas iman dan takwa pada dirinya. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi (QS. Al-Ankabut 29 : 2).
Hikmah kelima, dengan wabah Covid-19 pada Ramadan ini, Allah menegur dan mengingatkan kita bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Ketika virus corona muncul dan menyebar ke mana-mana banyak orang yang tidak berdaya. Mereka akhirnya terinfeksi dan banyak pula yang kehilangan nyawa. Manusia bukanlah makhluk yang super kuat tetapi Allah-lah Zat Yang Maha Kuat. Kita tidak berdaya ketika Allah menurunkan penyakit yang bernama Covid-19. Maka berserah dirilah hanya kepada Allah semata diiringi ikhtiar dan doa serta introspeksi diri (taubat). Di bulan Ramadan ini Allah berikan berkah dengan pahala yang yang berlipat ganda. Tinggal kita apakah bisa memanfaatkan momentum ini dengan sebaik-baiknya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Selain beberapa hikmah di atas, tentu kita bisa melanjutkan hikmah-hikmah berikutnya dengan tetap menjaga diri untuk tidak tertular atau menularkan. Di samping itu, kita wajib berikhtiar dan berdoa meminta perlindungan Allah menghahadapi musibah Covid-19 ini dan semoga cepat berakhir. Tidak harus panik dan juga menganggap remeh. Mari kita mematuhi apa yang menjadi imbauan pemerintah dan para ulama sehingga penggalian hikmah Ramadan di tengah wabah akan berbuah ketakwaan dalam diri kita semua.***