Jumat, 20 September 2024

Ayah dan Bunda, Hindari Melabeli si Kecil Pemalu

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Mungkin, ada sebagian orang tua yang merasa ”jengah” ketika melihat buah hatinya malu saat bermain. Anak-anak justru bersembunyi di balik parents. Anak malu tidak masalah, tapi yang jadi masalah adalah label dari orang tua ke anak. Yuk, stop kasih label anak pemalu mulai sekarang.

”YAH, si dedek kok malu-malu sih main sama temannya? Ayo, main sana gih.” Siapa yang suka begitu ke anaknya, mom? Psikolog anak Agustina Twinky Indrawati menuturkan, melabeli anak sebagai anak pemalu justru berdampak negatif. Sebaiknya, orang tua mencari tahu mengapa anak bersikap malu. Tidak malah melabeli anak.

Twinky mengungkapkan, sikap malu kepada anak tak mengenal gender. Anak laki-laki maupun perempuan bisa saja bersikap malu ketika berinteraksi sosial dengan orang lain. Nah, ada beberapa faktor anak menjadi pemalu yang perlu diketahui parents.

”Salah satunya, ada momen yang membuat anak menjadi pemalu. Entah momennya atau bisa jadi anak dari lahir sudah pemalu,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin.

- Advertisement -

Meski demikian, lanjut Twinky, orang tua perlu memberikan treatment saat anak malu. Jangan dibiarkan juga. Sebab, rasa malu bisa menghambat tumbuh kembang anak. Bukan hanya itu, rasa percaya diri anak akan menciut juga. Ada beberapa siasat yang bisa dilakukan oleh parents untuk mengatasi anak yang pemalu.

Baca Juga:  Support Gaya Hidup Sehat

Pertama, jangan sampaikan karakter anak yang pemalu ke teman-teman parents, ya. Apalagi, ketika menyampaikan hal itu di depan anak.

- Advertisement -

Lalu, yang kedua, bantu ciptakan rasa percaya diri anak dan tetap berikan rasa aman. ”Misalnya, hari ini anak diajak ke rumah teman. Sebelum berangkat, info ke anak nanti kalau sampai depan pintu kasih salam atau salim ya,” katanya.

Mengajarkan anak untuk tidak malu butuh proses, mom-dad. Tidak instan. Perlahan, tapi pasti lebih mengasyikkan daripada buru-buru, tapi hasilnya tak maksimal.

Twinky menambahkan, yang terpenting, anak tidak boleh dipaksa untuk menuruti kemauan orang tua. Misalnya, tangan anak diseret buat salim ke teman mama atau papa. No way, yes.

Terpisah, Listiana Arfiani selaku konselor anak dan remaja mengatakan, peran orang tua sangat penting untuk menciptakan interaksi sosial anak dengan teman-teman sebaya. Orang tua bisa mengawali dengan cara cari hobi anak dulu. Ajak anak ke hobi yang disukai. ”Kasih contoh juga bagaimana memperkenalkan diri dan tanyakan respons anak setelah bermain ya,” ucap perempuan 37 tahun itu.

Jangan Lupa Beri Pujian ke Anak

MIKHAYLA Syafira kerap malu ketika bertemu dengan orang baru. Terutama anak yang usianya di atasnya. Tapi, ketika bersua teman sebayanya, Khayla (sapaan akrab Mikhayla Syafira) justru tak malu. Dia akan lebih murah senyum.

Baca Juga:  Raffi-Gigi Mengeluh Tagihan Listrik Rp17 Juta/Bulan, PLN: Kulkas Saja Ada 10 Unit!

Indri Rozalia, ibu Khayla, mengatakan bahwa dirinya tak pernah berhenti memberikan kesempatan kepada malaikat kecilnya itu untuk berinteraksi dengan orang lain. Menurut dia, semakin sering mengunjungi tempat baru dan bertemu orang baru, Khayla akan semakin lebih percaya diri serta tidak malu lagi. ”Kasih contoh, jangan hanya menyuruh atau memarahi anak,” tutur perempuan kelahiran Sidoarjo itu.

Perlahan, Khayla tak lagi malu-malu ketika bertemu dengan orang. Hal rutin yang dilakukan Indri kepada Khayla adalah memberikan acungan jempol dan memeluk Khayla. Termasuk saat berani berkenalan dengan teman sebayanya. Selain itu, Indri tidak pernah lalai dalam pengawasan ketika Khayla berinteraksi. Dia menilai lingkungan yang aman akan membantu Khayla lebih mudah bersosialisasi.

Sementara itu, Chitra Yuanita memiliki formula khusus untuk membuat Alicia Senja Ramadhani tak lagi malu ketika berinteraksi dengan orang lain. Selain memberikan kesempatan untuk berinteraksi, dia selalu berusaha memahami perasaan buah hatinya itu.

Chitra tak pernah memberikan label pemalu kepada Senja. Dalam kondisi apa pun, Chitra selalu memberikan dukungan kepada anaknya. ”Jika anak sudah berani berbicara di depan orang lain, kita sebagai orang tua perlu memberikan pujian atau mengapresiasi,” tambahnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Mungkin, ada sebagian orang tua yang merasa ”jengah” ketika melihat buah hatinya malu saat bermain. Anak-anak justru bersembunyi di balik parents. Anak malu tidak masalah, tapi yang jadi masalah adalah label dari orang tua ke anak. Yuk, stop kasih label anak pemalu mulai sekarang.

”YAH, si dedek kok malu-malu sih main sama temannya? Ayo, main sana gih.” Siapa yang suka begitu ke anaknya, mom? Psikolog anak Agustina Twinky Indrawati menuturkan, melabeli anak sebagai anak pemalu justru berdampak negatif. Sebaiknya, orang tua mencari tahu mengapa anak bersikap malu. Tidak malah melabeli anak.

Twinky mengungkapkan, sikap malu kepada anak tak mengenal gender. Anak laki-laki maupun perempuan bisa saja bersikap malu ketika berinteraksi sosial dengan orang lain. Nah, ada beberapa faktor anak menjadi pemalu yang perlu diketahui parents.

”Salah satunya, ada momen yang membuat anak menjadi pemalu. Entah momennya atau bisa jadi anak dari lahir sudah pemalu,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin.

Meski demikian, lanjut Twinky, orang tua perlu memberikan treatment saat anak malu. Jangan dibiarkan juga. Sebab, rasa malu bisa menghambat tumbuh kembang anak. Bukan hanya itu, rasa percaya diri anak akan menciut juga. Ada beberapa siasat yang bisa dilakukan oleh parents untuk mengatasi anak yang pemalu.

Baca Juga:  Ini Solusinya Temukan Jodoh Sebelum Usia 35 Tahun dengan Matematika Cinta

Pertama, jangan sampaikan karakter anak yang pemalu ke teman-teman parents, ya. Apalagi, ketika menyampaikan hal itu di depan anak.

Lalu, yang kedua, bantu ciptakan rasa percaya diri anak dan tetap berikan rasa aman. ”Misalnya, hari ini anak diajak ke rumah teman. Sebelum berangkat, info ke anak nanti kalau sampai depan pintu kasih salam atau salim ya,” katanya.

Mengajarkan anak untuk tidak malu butuh proses, mom-dad. Tidak instan. Perlahan, tapi pasti lebih mengasyikkan daripada buru-buru, tapi hasilnya tak maksimal.

Twinky menambahkan, yang terpenting, anak tidak boleh dipaksa untuk menuruti kemauan orang tua. Misalnya, tangan anak diseret buat salim ke teman mama atau papa. No way, yes.

Terpisah, Listiana Arfiani selaku konselor anak dan remaja mengatakan, peran orang tua sangat penting untuk menciptakan interaksi sosial anak dengan teman-teman sebaya. Orang tua bisa mengawali dengan cara cari hobi anak dulu. Ajak anak ke hobi yang disukai. ”Kasih contoh juga bagaimana memperkenalkan diri dan tanyakan respons anak setelah bermain ya,” ucap perempuan 37 tahun itu.

Jangan Lupa Beri Pujian ke Anak

MIKHAYLA Syafira kerap malu ketika bertemu dengan orang baru. Terutama anak yang usianya di atasnya. Tapi, ketika bersua teman sebayanya, Khayla (sapaan akrab Mikhayla Syafira) justru tak malu. Dia akan lebih murah senyum.

Baca Juga:  Jeruk Mandarin Harus Ada di Perayaan Tahun Baru Imlek, Ini Alasannya

Indri Rozalia, ibu Khayla, mengatakan bahwa dirinya tak pernah berhenti memberikan kesempatan kepada malaikat kecilnya itu untuk berinteraksi dengan orang lain. Menurut dia, semakin sering mengunjungi tempat baru dan bertemu orang baru, Khayla akan semakin lebih percaya diri serta tidak malu lagi. ”Kasih contoh, jangan hanya menyuruh atau memarahi anak,” tutur perempuan kelahiran Sidoarjo itu.

Perlahan, Khayla tak lagi malu-malu ketika bertemu dengan orang. Hal rutin yang dilakukan Indri kepada Khayla adalah memberikan acungan jempol dan memeluk Khayla. Termasuk saat berani berkenalan dengan teman sebayanya. Selain itu, Indri tidak pernah lalai dalam pengawasan ketika Khayla berinteraksi. Dia menilai lingkungan yang aman akan membantu Khayla lebih mudah bersosialisasi.

Sementara itu, Chitra Yuanita memiliki formula khusus untuk membuat Alicia Senja Ramadhani tak lagi malu ketika berinteraksi dengan orang lain. Selain memberikan kesempatan untuk berinteraksi, dia selalu berusaha memahami perasaan buah hatinya itu.

Chitra tak pernah memberikan label pemalu kepada Senja. Dalam kondisi apa pun, Chitra selalu memberikan dukungan kepada anaknya. ”Jika anak sudah berani berbicara di depan orang lain, kita sebagai orang tua perlu memberikan pujian atau mengapresiasi,” tambahnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari