Kamis, 9 Mei 2024

” Tanah Hilang, Kami pun Pindah ”

 

Abrasi di sepanjang pesisir pantai di wilayah Kota Dumai sudah menjadi ancaman serius. Penanaman pohon mangrove di sepanjang pesisir pantai bisa jadi solusi guna meredam kekuatan abrasi yang berlangsung secara alami ini.

Yamaha

Laporan Syahri Ramlan, Dumai

Seorang kakek berusia 83 tahun bernama Tugiman siang itu berdiri tegak memandangi kerasnya deburan ombak menerpa dinding pantai di Kelurahan Guntung, Kecamatan Medang Kampai. Tiupan angin yang terasa begitu kencang menambah daya ingat Tugiman kalau dirinya memiliki sebidang tanah yang kondisinya sudah hilang diterpa abrasi.

- Advertisement -

”Dulu, saya ada sebidang tanah di situ. Sekarang tanah saya sudah hilang diterpa abrasi,’’ kata Tugiman sambil mengarahkan jari telunjuknya mengarah ke tengah-tengah pantai, belum lama ini.

Ingatan Tugiman semakin tajam seiring derasnya tiupan angin yang menerpa sepanjang pesisir pantai. ”Dulu di atas itu, ada rumah saya. Selain itu, saya juga sering bercocok tanam. Misalnya tanaman sayur-sayuran,” kata Tugiman.

- Advertisement -

Sayur-sayuran yang sudah dipanen oleh Tugiman langsung dibawa ke pasar menggunakan sepeda dayung. Di saat kondisi sedang hujan, jalan yang masih berupa tanah liat, sangat sulit untuk dilintasi sepeda dayung.

‘”Kemana-mana pakai sepeda dayung. Kalau hujan, sulit untuk berjalan, sepeda penuh dengan tanah liat,” kata Tugiman mengisahkan pengalamannya yang sudah berjalan belasan tahun.

”Begitu ada abrasi, tanah tempat tinggal hilang. Jalan tanah yang sering kami lintasi dulu juga hilang,” kata Tugiman sambil menuju lokasi jalan tanahnya yang sudah berubah menjadi pantai.

Ujang berusia 65 tahun warga Guntung juga mengalami nasib yang sama. Dimana, tanah dan beserta tempat tinggalnya juga sudah hilang lenyap disapu abrasi. ”Kalau tak salah abrasi itu sudah terjadi belasan tahun,” kata Ujang seraya menambahkan sekitar 500 meter tanah yang hilang itu sudah menjadi pantai.

Abrasi yang berlangsung itu terjadi secara alami dan perlahan-lahan. Dengan kondisi yang perlahan ini setidaknya telah memberikan kesempatan bagi warga untuk bersiap -siap pindah menempati lokasi yang baru.

”Begitu jaraknya sudah dekat, kami pun mulai membongkar rumah untuk pindah ke daratan yang agak jauh dari pantai. Tanah hilang, kamipun pindah,” kata Ujang seraya menambahkan hanya tanam-tanaman yang tidak sempat diselamatkan dari abrasi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Dumai Agus Gunawan tidak menafikan tentang abrasi yang telah menerpa di sepanjang pesisir pantai termasuk di daerah Kelurahan Guntung, Kecamatan Medang Kampai ini. ”Ada sekitar lima ratus meter tanah itu sudah menjadi pantai,” kata Agus.

Satu-satunya cara untuk meredam abrasi ini, tambah Agus, hanya dengan cara melakukan penanaman mangrove. Karena, mangrove bisa menjadi dinding penahan terhadap abrasi.(ade)

 

Baca Juga:  Ajak Galakkan Budaya Melayu, Cegah Kekerasan dan LGBT

 

Abrasi di sepanjang pesisir pantai di wilayah Kota Dumai sudah menjadi ancaman serius. Penanaman pohon mangrove di sepanjang pesisir pantai bisa jadi solusi guna meredam kekuatan abrasi yang berlangsung secara alami ini.

Laporan Syahri Ramlan, Dumai

Seorang kakek berusia 83 tahun bernama Tugiman siang itu berdiri tegak memandangi kerasnya deburan ombak menerpa dinding pantai di Kelurahan Guntung, Kecamatan Medang Kampai. Tiupan angin yang terasa begitu kencang menambah daya ingat Tugiman kalau dirinya memiliki sebidang tanah yang kondisinya sudah hilang diterpa abrasi.

”Dulu, saya ada sebidang tanah di situ. Sekarang tanah saya sudah hilang diterpa abrasi,’’ kata Tugiman sambil mengarahkan jari telunjuknya mengarah ke tengah-tengah pantai, belum lama ini.

Ingatan Tugiman semakin tajam seiring derasnya tiupan angin yang menerpa sepanjang pesisir pantai. ”Dulu di atas itu, ada rumah saya. Selain itu, saya juga sering bercocok tanam. Misalnya tanaman sayur-sayuran,” kata Tugiman.

Sayur-sayuran yang sudah dipanen oleh Tugiman langsung dibawa ke pasar menggunakan sepeda dayung. Di saat kondisi sedang hujan, jalan yang masih berupa tanah liat, sangat sulit untuk dilintasi sepeda dayung.

‘”Kemana-mana pakai sepeda dayung. Kalau hujan, sulit untuk berjalan, sepeda penuh dengan tanah liat,” kata Tugiman mengisahkan pengalamannya yang sudah berjalan belasan tahun.

”Begitu ada abrasi, tanah tempat tinggal hilang. Jalan tanah yang sering kami lintasi dulu juga hilang,” kata Tugiman sambil menuju lokasi jalan tanahnya yang sudah berubah menjadi pantai.

Ujang berusia 65 tahun warga Guntung juga mengalami nasib yang sama. Dimana, tanah dan beserta tempat tinggalnya juga sudah hilang lenyap disapu abrasi. ”Kalau tak salah abrasi itu sudah terjadi belasan tahun,” kata Ujang seraya menambahkan sekitar 500 meter tanah yang hilang itu sudah menjadi pantai.

Abrasi yang berlangsung itu terjadi secara alami dan perlahan-lahan. Dengan kondisi yang perlahan ini setidaknya telah memberikan kesempatan bagi warga untuk bersiap -siap pindah menempati lokasi yang baru.

”Begitu jaraknya sudah dekat, kami pun mulai membongkar rumah untuk pindah ke daratan yang agak jauh dari pantai. Tanah hilang, kamipun pindah,” kata Ujang seraya menambahkan hanya tanam-tanaman yang tidak sempat diselamatkan dari abrasi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Dumai Agus Gunawan tidak menafikan tentang abrasi yang telah menerpa di sepanjang pesisir pantai termasuk di daerah Kelurahan Guntung, Kecamatan Medang Kampai ini. ”Ada sekitar lima ratus meter tanah itu sudah menjadi pantai,” kata Agus.

Satu-satunya cara untuk meredam abrasi ini, tambah Agus, hanya dengan cara melakukan penanaman mangrove. Karena, mangrove bisa menjadi dinding penahan terhadap abrasi.(ade)

 

Baca Juga:  Pendidikan Anak yang Ideal dalam Gurindam Dua Belas
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari