JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa defisit fiskal pemerintah untuk tahun ini diperkirakan akan mencapai Rp1.400 triliun. Untuk mengurangi jumlah defisit tersebut, pemerintah pun telah menyiapkan beberapa skenario pembiayaan.
Untuk yang pertama, yakni melalui saldo kas pemerintah, baik yang ada di BI itu sendiri maupun di bank-bank yang lain. Total dana dari kas milik pemerintah sebesar Rp500 triliun.
“Dari dana-dana BLU (badan layanan umum), dari pinjaman program ADB (Asian Development Bank), Bank Dunia, dari penerbitan obligasi di valas, itu kalau dijumlah-jumlah ada Rp500 triliun,” ungkapnya melalui telekonferensi pers, Rabu (29/4).
Perry menjelaskan, sekitar Rp225 triliun pun telah dibayarkan di mana sisa defisit tinggal sebesar Rp675 triliun. Dari sisa tersebut, sebanyak Rp150 triliun akan digunakan dalam program pemulihan ekonomi usai pandemi Covid-19 mereda.
“Itu (pembiayaan defisit) tentu saja ada mekanisme tersendiri untuk pemenuhannya. Belum tentu melalui pasar,” tuturnya.
Kemudian, sekitar Rp100 triliun dari defisit tersebut nantinya akan dibiayai oleh BI melalui kebijakan pelonggaran giro wajib minimum (GWM). Sedangkan sisa defisit sebesar Rp 425 triliun akan dipenuhi melalui lelang SBN (surat berharga negara).
“Kalau dikurang kurang jadi 425 triliun. Kalau kita hitung sisa lelang sampai akhir tahun, Insya Allah itu cukup memenuhi pembiayaan fiskal, tentunya pasar akan melihat di awal bid-nya minta yield tinggi,” imbuh Perry.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman
JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa defisit fiskal pemerintah untuk tahun ini diperkirakan akan mencapai Rp1.400 triliun. Untuk mengurangi jumlah defisit tersebut, pemerintah pun telah menyiapkan beberapa skenario pembiayaan.
Untuk yang pertama, yakni melalui saldo kas pemerintah, baik yang ada di BI itu sendiri maupun di bank-bank yang lain. Total dana dari kas milik pemerintah sebesar Rp500 triliun.
- Advertisement -
“Dari dana-dana BLU (badan layanan umum), dari pinjaman program ADB (Asian Development Bank), Bank Dunia, dari penerbitan obligasi di valas, itu kalau dijumlah-jumlah ada Rp500 triliun,” ungkapnya melalui telekonferensi pers, Rabu (29/4).
Perry menjelaskan, sekitar Rp225 triliun pun telah dibayarkan di mana sisa defisit tinggal sebesar Rp675 triliun. Dari sisa tersebut, sebanyak Rp150 triliun akan digunakan dalam program pemulihan ekonomi usai pandemi Covid-19 mereda.
- Advertisement -
“Itu (pembiayaan defisit) tentu saja ada mekanisme tersendiri untuk pemenuhannya. Belum tentu melalui pasar,” tuturnya.
Kemudian, sekitar Rp100 triliun dari defisit tersebut nantinya akan dibiayai oleh BI melalui kebijakan pelonggaran giro wajib minimum (GWM). Sedangkan sisa defisit sebesar Rp 425 triliun akan dipenuhi melalui lelang SBN (surat berharga negara).
“Kalau dikurang kurang jadi 425 triliun. Kalau kita hitung sisa lelang sampai akhir tahun, Insya Allah itu cukup memenuhi pembiayaan fiskal, tentunya pasar akan melihat di awal bid-nya minta yield tinggi,” imbuh Perry.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman