Jumat, 20 September 2024

Potensi Kredit Karbon Tanah Air Tinggi

SURABAYA (RIAUPOS.CO) – Pasar alternatif di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan. Salah satunya bursa komoditas dan derivatif. Penyelenggara bursa tersebut mencatatkan pertumbuhan tahun ini.

Komisaris Utama Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Group Said Aqil Siradj mengatakan, pihaknya mencatat kenaikan transaksi multilateral sebesar 57,9 persen pada semester1 2021. "Secara keseluruhan, perdagangan multilateral di bursa ICDX hingga Juni 2021 telah menyentuh angka Rp126 triliun," ucapnya dalam perayaan 12 tahun ICDX akhir pekan lalu.

Hal tersebut disokong dari perdagangan produk komoditas utama. Yakni, emas, minyak mentah, dan valuta asing (GOFX). Hingga Juni 2021, total transaksi GOFX mencapai 294.658 lot. Angka tersebut tumbuh 137 persen jika dibanding dengan periode yang sama pada 2020.  Pihaknya pun mencoba untuk melanjutkan produk baru dengan meluncurkan empat kontrak spot valas baru.

Baca Juga:  IPhone 14 Dipastikan Hadir, Model Lawas IPhone 11 Tersingkir

Di sisi lain, lanjut dia, perdagangan fisik timah juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Sejak diperdagangkan melalui ICDX pada Agustus 2013 hingga Juni 2021, total ekspor timah mencapai 417.331 metrik ton. Hal itu setara dengan 8,2 miliar dolar AS atau Rp1.188 triliun.

- Advertisement -

"Tahun ini, kami juga menyiapkan pasar fisik emas digital, pasar fisik aset kripto, Sistem Resi Gudang (SRG), dan Pasar Lelang Komoditas (PLK). Pasar-pasar tersebut disediakan supaya tidak ada lagi pasar ilegal," jelasnya.

CEO ICDX Lamon Rutten menambahkan, masih banyak yang menjadi potensi di bursa komoditas dan derivatif Indonesia. Salah satunya, pasar kredit karbon. Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi hijau di skala global membuat banyak perusahaan menaruh minat pada kredit karbon. Sedangkan, kondisi perhutanan Indonesia membuat Indonesia bisa menjadi produsen kredit karbon besar.

- Advertisement -
Baca Juga:  Optimalkan Kontribusi Industri Kreatif

Dia mengatakan, Indonesia bisa saja menyumbangkan 75-80 persen kredit karbon dunia. "Saat kredit mulai banyak dicari, perdagangan kredit karbon bakal jauh lebih banyak," tegasnya.(bil/dio/jpg)

Laporan JPG, Surabaya

 

SURABAYA (RIAUPOS.CO) – Pasar alternatif di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan. Salah satunya bursa komoditas dan derivatif. Penyelenggara bursa tersebut mencatatkan pertumbuhan tahun ini.

Komisaris Utama Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Group Said Aqil Siradj mengatakan, pihaknya mencatat kenaikan transaksi multilateral sebesar 57,9 persen pada semester1 2021. "Secara keseluruhan, perdagangan multilateral di bursa ICDX hingga Juni 2021 telah menyentuh angka Rp126 triliun," ucapnya dalam perayaan 12 tahun ICDX akhir pekan lalu.

Hal tersebut disokong dari perdagangan produk komoditas utama. Yakni, emas, minyak mentah, dan valuta asing (GOFX). Hingga Juni 2021, total transaksi GOFX mencapai 294.658 lot. Angka tersebut tumbuh 137 persen jika dibanding dengan periode yang sama pada 2020.  Pihaknya pun mencoba untuk melanjutkan produk baru dengan meluncurkan empat kontrak spot valas baru.

Baca Juga:  Mobil Premium Bekas Diminati

Di sisi lain, lanjut dia, perdagangan fisik timah juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Sejak diperdagangkan melalui ICDX pada Agustus 2013 hingga Juni 2021, total ekspor timah mencapai 417.331 metrik ton. Hal itu setara dengan 8,2 miliar dolar AS atau Rp1.188 triliun.

"Tahun ini, kami juga menyiapkan pasar fisik emas digital, pasar fisik aset kripto, Sistem Resi Gudang (SRG), dan Pasar Lelang Komoditas (PLK). Pasar-pasar tersebut disediakan supaya tidak ada lagi pasar ilegal," jelasnya.

CEO ICDX Lamon Rutten menambahkan, masih banyak yang menjadi potensi di bursa komoditas dan derivatif Indonesia. Salah satunya, pasar kredit karbon. Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi hijau di skala global membuat banyak perusahaan menaruh minat pada kredit karbon. Sedangkan, kondisi perhutanan Indonesia membuat Indonesia bisa menjadi produsen kredit karbon besar.

Baca Juga:  BRI Kanca Siak Bantu Sarana Pasar Mendukung Adaptasi Kebiasaan Baru

Dia mengatakan, Indonesia bisa saja menyumbangkan 75-80 persen kredit karbon dunia. "Saat kredit mulai banyak dicari, perdagangan kredit karbon bakal jauh lebih banyak," tegasnya.(bil/dio/jpg)

Laporan JPG, Surabaya

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari