JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Harga emas dunia kembali bersinar melanjutkan penguatannya pada awal pekan ini. Hal tersebut disebabkan oleh hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang kembali memanas.
Sementara ekspektasi lebih banyak stimulus untuk membangkitkan kembali ekonomi yang terpukul pandemi mengangkat daya tarik logam itu sebagai lindung nilai inflasi. Mengutip laman Reuters, Senin (27/7), harga emas di pasar spot naik 0,8 persen menjadi .916,91 dolar AS per ounce pada pukul 07.30 WIB, hanya 3,39 dolar AS di bawah tingkat tertinggi 1.920,30 dolar AS yang dicapai pada September 2011 lalu.
Sementara emas berjangka Amerika Serikat naik 0,8 persen menjadi USD 1.913,50 per ounce. Seperti diketahui, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo kembali membidik Tiongkok pada pekan lalu dengan mengatakan Washington dan sekutunya harus menggunakan cara yang lebih kreatif dan tegas guna menekan Partai Komunis Tiongkok untuk mengubah sikapnya.
Gedung Putih dan anggota senat dari Partai Republik mencapai kesepakatan prinsip tentang RUU bantuan virus Covid-19 berikutnya, kata pejabat Gedung Putih kemarin. Di sisi lain, indeks Dolar (Indeks DXY) turun 0,1 persen ke level terendah selama dua tahun terhadap pesaing utamanya. Hal ini membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Penyebaran virus Covid-19 di dunia juga masih menjadi pemicu harga logam mulia kuning tersebut makin berkilau. Sebab lebih dari 16,13 juta orang dilaporkan terinfeksi virus korona secara global dan 644.836 meninggal.
Adapun harga logam lainnya, seperti perak melonjak 1,3 persen menjadi USD 23,04 per ounce, platinum naik 0,9 persen menjadi USD 922,50 per ounce dan palladium menguat 0,8 persen menjadi USD 2.237,39 per ounce.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman