Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Produksi Migas Turun Tahun ke Tahun

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Eksplorasi untuk menemukan cadangan menjadi kunci peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) di tanah air.

Sebab, produksi migas terus menurun dari tahun ke tahun. Direktur Eksekutif IPA (Indonesian Petroleum Association) Marjolijn Wajong menjelaskan, produksi migas akan sulit meningkat jika tidak ada temuan cadangan baru.

’’Memang ada lapangan yang sudah berproduksi, tetapi tidak bakal cukup tanpa diimbangi temuan baru,’’ katanya saat berkunjung ke redaksi Jawa Pos di Jakarta, Senin (24/6).

Secara hitungan teknis, Indonesia masih memiliki potensi cadangan migas yang menjanjikan.

Di situlah pentingnya dilakukan eksplorasi untuk penemuan cadangan migas baru.

Di samping itu, tetap diperlukan optimalisasi produksi untuk lapangan-lapangan migas yang saat ini telah berproduksi.

Baca Juga:  Pemerintah Cari Tambalan Dana dari 4 Sumber Ini

Dua persoalan itulah yang diangkat dalam IPA Convex 2019 di Jakarta Convention Center (JCC) pada 4-6 September mendatang.

Peningkatan produksi migas penting dilakukan lantaran konsumsi produk turunan seperti BBM di Indonesia terus melonjak.

Selain itu, konsumsi gas domestik meningkat terutama seiring dengan naiknya kebutuhan gas industri maupun masifnya pembangunan jargas (jaringan gas) untuk sambungan rumah tangga.

Dalam usulan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2020, target lifting atau produksi siap jual migas turun menjadi 1,893 juta boepd (barrel oil equivalent per day) di antara target APBN 2019 sebanyak 2,025 juta boepd.

Target lifting tersebut terbagi menjadi lifting minyak 734 ribu boped dan gas 1,159 juta boepd.

Baca Juga:  Xpander Target Ekspor 50 Ribu Unit

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyatakan, ladang-ladang migas di Indonesia mengalami penurunan produksi tiga persen terhadap outlook lifting 2019.

SKK Migas memproyeksikan lifting migas RI pada 2019 jauh lebih rendah daripada target APBN, yakni 1,826 juta boepd.

’’Gas forecast-nya meningkat 8 persen bila dibandingkan dengan tahun ini,’’ terangnya dalam kesempatan berbeda.

Dia mengungkapkan, beberapa blok migas memang mengalami kenaikan produksi. Sayangnya, jumlah kenaikan belum bisa mengompensasi penurunan produksi beberapa blok migas.

Misalnya, Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil hingga 2019 mengalami tren kenaikan produksi. (vir/c14/oki)

Sumber: Jpnn.com
Editor: Deslina

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Eksplorasi untuk menemukan cadangan menjadi kunci peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) di tanah air.

Sebab, produksi migas terus menurun dari tahun ke tahun. Direktur Eksekutif IPA (Indonesian Petroleum Association) Marjolijn Wajong menjelaskan, produksi migas akan sulit meningkat jika tidak ada temuan cadangan baru.

- Advertisement -

’’Memang ada lapangan yang sudah berproduksi, tetapi tidak bakal cukup tanpa diimbangi temuan baru,’’ katanya saat berkunjung ke redaksi Jawa Pos di Jakarta, Senin (24/6).

Secara hitungan teknis, Indonesia masih memiliki potensi cadangan migas yang menjanjikan.

- Advertisement -

Di situlah pentingnya dilakukan eksplorasi untuk penemuan cadangan migas baru.

Di samping itu, tetap diperlukan optimalisasi produksi untuk lapangan-lapangan migas yang saat ini telah berproduksi.

Baca Juga:  Naik Lagi, Harga TBS Kelapa Sawit Capai Rp 2000

Dua persoalan itulah yang diangkat dalam IPA Convex 2019 di Jakarta Convention Center (JCC) pada 4-6 September mendatang.

Peningkatan produksi migas penting dilakukan lantaran konsumsi produk turunan seperti BBM di Indonesia terus melonjak.

Selain itu, konsumsi gas domestik meningkat terutama seiring dengan naiknya kebutuhan gas industri maupun masifnya pembangunan jargas (jaringan gas) untuk sambungan rumah tangga.

Dalam usulan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2020, target lifting atau produksi siap jual migas turun menjadi 1,893 juta boepd (barrel oil equivalent per day) di antara target APBN 2019 sebanyak 2,025 juta boepd.

Target lifting tersebut terbagi menjadi lifting minyak 734 ribu boped dan gas 1,159 juta boepd.

Baca Juga:  Meskipun Turun, Harga TBS Kelapa Sawit Masih di Atas Rp2.000 per Kg

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyatakan, ladang-ladang migas di Indonesia mengalami penurunan produksi tiga persen terhadap outlook lifting 2019.

SKK Migas memproyeksikan lifting migas RI pada 2019 jauh lebih rendah daripada target APBN, yakni 1,826 juta boepd.

’’Gas forecast-nya meningkat 8 persen bila dibandingkan dengan tahun ini,’’ terangnya dalam kesempatan berbeda.

Dia mengungkapkan, beberapa blok migas memang mengalami kenaikan produksi. Sayangnya, jumlah kenaikan belum bisa mengompensasi penurunan produksi beberapa blok migas.

Misalnya, Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil hingga 2019 mengalami tren kenaikan produksi. (vir/c14/oki)

Sumber: Jpnn.com
Editor: Deslina

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari