Jumat, 5 Juli 2024

Resesi Ancam Indonesia, Kuncinya 1,5 Bulan Terakhir Kuartal III

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 tercatat minus 5,32 persen. Resesi menanti jika capaian kuartal III kembali negatif.

Tidak dimungkiri, pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian dunia. Belasan negara mengumumkan resesi. Sebut saja Amerika Serikat, Prancis, Korea Selatan, Singapura, dan Thailand.

- Advertisement -

Namun, tidak semua mengalami kemerosotan ekonomi. China, negara asal virus penyebab corona, justru selamat dari jurang resesi. Tiongkok mampu membalikkan roda ekonominya yang sempat tergelincir minus 6,8 persen pada kuartal I 2020 menjadi tumbuh 3,2 persen di kuartal II 2020.

Bagaimana dengan Indonesia?

Pertumbuhan ekonomi kuartal II menjadi noda setelah rangkaian catatan positif dua dekade terakhir. Dengan angka minus 5,32 persen, itu merupakan capaian terendah sejak krisis 1998. Pada 1998 pertumbuhan ekonomi tercatat -13,13 persen dan menjadi 0,79 persen setahun kemudian.

- Advertisement -
Baca Juga:  Harga TBS Kelapa Sawit Naik Lagi Pekan Ini

Di bawah ancaman resesi, pemerintah terus menggelorakan optimisme. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan membantah RI mengalami resesi teknikal. Dikatakan resesi apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara tercatat negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Nah, pada kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi RI 4,97 persen. Namun, itu tidak berarti aman. ”Kalau kuartal III kita bisa hindarkan (dari pertumbuhan negatif, Red), insya Allah secara teknikal kita tidak mengalami resesi,” ujar Sri Mulyani.

Peluang lolos dari resesi tetap ada. Mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut yakin ekonomi ke depan bisa merangkak naik. ”Kuartal III kita masih berharap growth-nya minimal 0 persen atau positifnya di 0,5 persen. Meski memang probabilitas negatif masih ada karena penurunan di beberapa sektor tidak secara cepat pulih kembali,” paparnya.

Baca Juga:  Direktur SPR Raih Inspiring Professional and Leadership Award 2021

Anggaran jumbo untuk pemulihan ekonomi yang mencapai Rp 695,2 triliun diharapkan dapat mengurangi tekanan di kuartal II agar terjadi pemulihan pada kuartal III.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani juga masih optimistis perekonomian Indonesia bisa kembali ke jalur positif meski harus dengan upaya ekstra. Dibandingkan dengan negara-negara lain yang terjerumus dalam resesi, Indonesia masih bisa berharap pada konsumsi domestik. Berbeda halnya dengan Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Singapura, dan Hongkong yang masih mengandalkan aktivitas perdagangan luar negeri.

Rektor Universitas Paramadina Firmanzah menuturkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal III akan menjadi pertaruhan. ”Ini kan sudah separo jalan. Jadi, sisa waktu 1,5 bulan lagi untuk menutup kuartal III, pemerintah harus all-out,” tuturnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 tercatat minus 5,32 persen. Resesi menanti jika capaian kuartal III kembali negatif.

Tidak dimungkiri, pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian dunia. Belasan negara mengumumkan resesi. Sebut saja Amerika Serikat, Prancis, Korea Selatan, Singapura, dan Thailand.

Namun, tidak semua mengalami kemerosotan ekonomi. China, negara asal virus penyebab corona, justru selamat dari jurang resesi. Tiongkok mampu membalikkan roda ekonominya yang sempat tergelincir minus 6,8 persen pada kuartal I 2020 menjadi tumbuh 3,2 persen di kuartal II 2020.

Bagaimana dengan Indonesia?

Pertumbuhan ekonomi kuartal II menjadi noda setelah rangkaian catatan positif dua dekade terakhir. Dengan angka minus 5,32 persen, itu merupakan capaian terendah sejak krisis 1998. Pada 1998 pertumbuhan ekonomi tercatat -13,13 persen dan menjadi 0,79 persen setahun kemudian.

Baca Juga:  Pertamina Berbagi Energi

Di bawah ancaman resesi, pemerintah terus menggelorakan optimisme. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan membantah RI mengalami resesi teknikal. Dikatakan resesi apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara tercatat negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Nah, pada kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi RI 4,97 persen. Namun, itu tidak berarti aman. ”Kalau kuartal III kita bisa hindarkan (dari pertumbuhan negatif, Red), insya Allah secara teknikal kita tidak mengalami resesi,” ujar Sri Mulyani.

Peluang lolos dari resesi tetap ada. Mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut yakin ekonomi ke depan bisa merangkak naik. ”Kuartal III kita masih berharap growth-nya minimal 0 persen atau positifnya di 0,5 persen. Meski memang probabilitas negatif masih ada karena penurunan di beberapa sektor tidak secara cepat pulih kembali,” paparnya.

Baca Juga:  Xiaomi Mulai Luncurkan Update HyperOS

Anggaran jumbo untuk pemulihan ekonomi yang mencapai Rp 695,2 triliun diharapkan dapat mengurangi tekanan di kuartal II agar terjadi pemulihan pada kuartal III.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani juga masih optimistis perekonomian Indonesia bisa kembali ke jalur positif meski harus dengan upaya ekstra. Dibandingkan dengan negara-negara lain yang terjerumus dalam resesi, Indonesia masih bisa berharap pada konsumsi domestik. Berbeda halnya dengan Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Singapura, dan Hongkong yang masih mengandalkan aktivitas perdagangan luar negeri.

Rektor Universitas Paramadina Firmanzah menuturkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal III akan menjadi pertaruhan. ”Ini kan sudah separo jalan. Jadi, sisa waktu 1,5 bulan lagi untuk menutup kuartal III, pemerintah harus all-out,” tuturnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari