JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) dan kenaikan harga komoditas mengangkat indeks harga saham gabungan (IHSG). Pekan lalu indeks menyentuh level psikologis 6.700. Tepatnya, 6.720,26 dalam perdagangan Jumat (19/11). Namun, IHSG diprediksi melemah pekan ini.
Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan bahwa gelombang ke-4 pandemi Covid-19 di Eropa menjadi sentimen negatif bagi pasar. Para investor mengkhawatirkan dampak kunci sementara (kuntara) yang kini mulai diterapkan oleh beberapa pemerintah di Benua Biru. Sebagian negara menerapkan kuntara parsial dan pengetatan aturan terhadap warga mereka yang belum divaksin.
“Jerman mengumumkan pembatasan untuk mereka yang tidak divaksinasi ketika gelombang ke-4 membuat kasus (Covid-19) di negara tersebut menuju rekor tertinggi. Austria juga akan menerapkan kembali lockdown nasional," terang Hans kepada Jawa Pos (JPG), Ahad (21/11).
Keputusan itu bakal mengganggu ritme pemulihan ekonomi. Tidak hanya di Eropa, tapi di seluruh dunia. Salah satu yang rentan terganggu adalah rantai pasokan (supply chain). Itu berpotensi mendorong inflasi ke titik yang tinggi. “Ini membuat Bank Sentral Eropa (ECB) tidak akan buru-buru menaikkan suku bunga," ujarnya.
Selain itu, menurut Hans, harga minyak global akan berfluktuasi. Sebab, harga minyak sempat tertekan setelah Amerika Serikat (AS) meminta sejumlah negara melepas cadangan guna menurunkan harga.
Harga kembali naik saat investor mempertanyakan jumlah cadangan minyak mentah strategis Cina dan AS yang akan dilepas ke pasar. Itu juga mengakibatkan permintaan minyak mentah global menurun. Sedangkan, Jepang dan Korea Selatan (Korsel) enggan melepaskan cadangan minyak mereka. “Tapi, harga minyak saat ini kembali tertekan setelah muncul gelombang ke-4 Covid-19 di Eropa," kata Hans.
Di dalam negeri, kinerja perdagangan Indonesia menunjukkan tren positif. Bank Indonesia (BI) mencatat NPI triwulan III 2021 surplus 10,7 miliar dolar AS. Pada triwulan sebelumnya, NPI defisit sebesar 400 juta dolar AS. Surplus ditopang transaksi berjalan dan meningkatnya transaksi modal serta finansial.
Transaksi berjalan pada triwulan III 2021 mencatatkan surplus 4,5 miliar dolar AS. Itu setara dengan 1,5 persen dari PDB. Kinerja positif tersebut disumbang oleh surplus neraca barang yang makin meningkat. Juga, kenaikan ekspor nonmigas. Kondisi itu sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama.
Sementara itu, transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2021 surplus sebesar 6,1 miliar dolar AS atau 2 persen dari PDB. Peningkatan itu bersumber dari aliran masuk neto (net inflows) investasi langsung yang tetap terjaga sebesar 3,3 miliar dolar AS. Selain itu, investasi portofolio selama triwulan III 2021 juga mencatatkan net inflows. Yakni, sebesar 1,1 miliar dolar AS.
"Dari latar belakang itu, IHSG berpeluang melemah dan di perdagangkan dengan support di level 6.651 sampai 6.592 dan resistance di level 6.750 hingga 6.799," papar Hans.
Terpisah, Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Valentina Simon menyatakan bahwa IHSG pekan lalu naik 1,04 persen dari pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) bursa selama sepekan lalu naik signifikan. Atau, sebesar 12,67 persen. Dari Rp11,766 triliun menjadi Rp13,257 triliun.
Rata-rata frekuensi harian bursa juga naik sebesar 9,96 persen. Atau, menjadi 1.367.702 kali transaksi. "Untuk nilai kapitalisasi pasar naik menjadi Rp8.245,536 triliun dari Rp8.166,564 triliun," terang Valentina.
Investor asing pada perdagangan akhir pekan lalu mencatatkan nilai jual bersih (net sell) sebesar Rp141,22 miliar. Di sisi lain, sepanjang 2021 investor asing menorehkan beli bersih (net buy) sekitar Rp38,352 triliun.(han/hep/das)
Laporan JPG, Jakarta