Jumat, 13 September 2024

Rupiah Anjlok, Pagi ini Sentuh Rp16.273 per Dolar AS

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Nila tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus menerus mengalami pelemahan menembus level 16.000. Berdasarkan kurs tengah JISDOR Bank Indonesia (BI), Jumat (20/3) pagi pukul 10.15 WIB, Rupiah berada di level Rp16.273.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, kondisi mata uang Garuda saat ini tidak bisa disamakan dengan era keruntuhan rezim Soeharto tersebut.

“Ini nggak bisa dibandingkan dengan tahun 98. Persentase penurunannya pun berbeda jauh. Kalau ini kan dari 13.000 ke 16.000. Kalau tahun 98 dari posisi 2.000 ke 16.000 jelas berbeda. Persentase pelemahannya pun berbeda,” ujarnya kepada JawaPos.com.

Seperti diketahui, pada saat krisis 1998 lalu rupiah menyentuh level 16.650, bahkan menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di Asia. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, kurs rata-rata Rupiah terhadap USD di kisaran 2.000 dengan titik terkuatnya pada 1.977 per USD pada 1991.

- Advertisement -
Baca Juga:  Jalin Silaturahmi, ACT Riau Kunjungi Riau Pos

Pergerakan kurs saat itu seperti roller coaster. Pada 1997, kurs mulai merangkak naik dari 4.000 per USD menjadi 6.000 per USD. Sempat menyentuh 13.000, dolar Abang Sam sedikit menjinak, hingga membuat kurs Rupiah di level 8.000 pada April 1998.

Namun setelah pada Mei 1998 terjadi penembakan mahasiswa, kerusuhan, dan kejatuhan Orde Baru, kurs Rupiah Juni 1998 menyentuh titik terendah 16.650 per USD. “Kalau dari sisi makronya jauh lebih buruk 98, fundamental lebih kuat sekarang. Meski pertumbuhan ekonomi mulai lambat seperti sekarang tapi enggak ada indikator meskipun CAD dan neraca perdagangan mengkhawatirkan,” jelasnya.

- Advertisement -

Sementara, pengamat Indef Bhima Yidhistira menambahkan, setelah mengalami masa kelam menembus 16.650, kurs Rupiah pasca 1998 menemukan keseimbangan baru di level 9.000 per USD. Berkaca dari itu, Bhima menuturkan, yang perlu diperhatikan tahun ini adalah fluktuasinya.

Baca Juga:  Harga TBS Kelapa Sawit Naik Lagi Pekan Ini

“Jika depresiasinya konsisten justru bahaya. Artinya dalam jangka panjang rupiah terus melemah, sulit kembali ke 13.000,” pungkasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor : E Sulaiman

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Nila tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus menerus mengalami pelemahan menembus level 16.000. Berdasarkan kurs tengah JISDOR Bank Indonesia (BI), Jumat (20/3) pagi pukul 10.15 WIB, Rupiah berada di level Rp16.273.

Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, kondisi mata uang Garuda saat ini tidak bisa disamakan dengan era keruntuhan rezim Soeharto tersebut.

“Ini nggak bisa dibandingkan dengan tahun 98. Persentase penurunannya pun berbeda jauh. Kalau ini kan dari 13.000 ke 16.000. Kalau tahun 98 dari posisi 2.000 ke 16.000 jelas berbeda. Persentase pelemahannya pun berbeda,” ujarnya kepada JawaPos.com.

Seperti diketahui, pada saat krisis 1998 lalu rupiah menyentuh level 16.650, bahkan menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di Asia. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, kurs rata-rata Rupiah terhadap USD di kisaran 2.000 dengan titik terkuatnya pada 1.977 per USD pada 1991.

Baca Juga:  Tiga Program Disiapkan untuk Kendali Inflasi

Pergerakan kurs saat itu seperti roller coaster. Pada 1997, kurs mulai merangkak naik dari 4.000 per USD menjadi 6.000 per USD. Sempat menyentuh 13.000, dolar Abang Sam sedikit menjinak, hingga membuat kurs Rupiah di level 8.000 pada April 1998.

Namun setelah pada Mei 1998 terjadi penembakan mahasiswa, kerusuhan, dan kejatuhan Orde Baru, kurs Rupiah Juni 1998 menyentuh titik terendah 16.650 per USD. “Kalau dari sisi makronya jauh lebih buruk 98, fundamental lebih kuat sekarang. Meski pertumbuhan ekonomi mulai lambat seperti sekarang tapi enggak ada indikator meskipun CAD dan neraca perdagangan mengkhawatirkan,” jelasnya.

Sementara, pengamat Indef Bhima Yidhistira menambahkan, setelah mengalami masa kelam menembus 16.650, kurs Rupiah pasca 1998 menemukan keseimbangan baru di level 9.000 per USD. Berkaca dari itu, Bhima menuturkan, yang perlu diperhatikan tahun ini adalah fluktuasinya.

Baca Juga:  Targetkan Rp50 Miliar Selama Iven

“Jika depresiasinya konsisten justru bahaya. Artinya dalam jangka panjang rupiah terus melemah, sulit kembali ke 13.000,” pungkasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor : E Sulaiman

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari