Perkuat Modal, Sembilan Bank Lakukan Rights Issue 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bank-bank berupaya mempertebal modal. Hal itu untuk memenuhi aturan modal inti minimum Rp2 triliun di akhir 2021 dan Rp3 triliun di akhir 2022 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mereka pun mencari dana melalui pasar modal dengan melakukan rights issue.

Mereka adalah Bank Banten (BEKS), Bank Ina (BINA), Amar Bank (AMAR), Bank Argo (AGRO), Bank Capital (BACA), Bank Allo (BBHU), Bank Jtrust (BCIC), Bank Bisnis Internasional (BBSI), dan Bank Oke Indonesia (DNAR).

- Advertisement -

Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan, para investor untuk mencermati tujuan penggunaan dana rights issue tersebut sebelum membeli saham emiten perbankan tersebut. "Kalau untuk ekspansi bisnis, kira-kira peluang keberhasilannya seperti apa? Itu diperhatikan," ucapnya.

Investor juga harus jeli melihat kinerja lembaga keuangan tersebut. Mulai dari rasio kecukupan modal (CAR), rasio nilai harga terhadap nilai buku (PBV), kredit macet (NPL), dan margin laba (NPM). Jika dana rights issue untuk memenuhi utang, maka investor harus mengukur komposisi debt to equity ratio (DER). Juga, mempertimbangkan gearing ratio atau jumlah utang terhadap modal ekuitas perusahaan.

- Advertisement -

Sementara itu, saham baru PT Bank Central Asia Tbk (BCA) hasil stock split akan segera diperdagangkan. Rencananya, peluncuran saham nominal baru akan dilakukan Jumat (15/10). Sedangan, perdagangan nominal lama sampai Selasa (12/10).

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, perkembangan pasar modal Indonesia sangat signifikan. Khususnya, investor yang bergabung di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dia berharap, saham BCA dapat diserap oleh para investor. Terutama, investor ritel.

"Kami telah melakukan koordinasi dan mendapat persetujuan dari regulator untuk segera mewujudkan rencana stock split yang menawarkan saham BBCA sesuai harga baru dengan rasio 1:5," ucap Jahja, akhir pekan lalu.

Hans Kwee menambahkan, langkah stock split BCA positif. Sehingga, kepemilikan saham emiten berkode BBCA lebih beragam. Mengingat, harga saham juga merupakan salah satu strategi perusahaan memilih investornya. "Kalau harga sahamnya mahal, ya biasannya yang punya kalangan menengah ke atas. Kalau  murah ya pemain ritel," ujarnya.

Setelah stock split, lanjut dia, harga saham BCA berada di kisaran Rp 6 ribuan per lembar. Artinya, setelah stock split, investor dapat membeli 1 lot saham BCA dengan banderol sekitar Rp600 ribuan. Nilai tersebut lebih rendah dari harga 1 saat ini di kisaran Rp3,58 juta. Menurut dia, saham BCA hasil stock split bakal laku karena, semua orang tahu kinerja salah satu bank nasional terbesar di Tanah Air itu.(han/dio/jpg)
 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Bank-bank berupaya mempertebal modal. Hal itu untuk memenuhi aturan modal inti minimum Rp2 triliun di akhir 2021 dan Rp3 triliun di akhir 2022 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mereka pun mencari dana melalui pasar modal dengan melakukan rights issue.

Mereka adalah Bank Banten (BEKS), Bank Ina (BINA), Amar Bank (AMAR), Bank Argo (AGRO), Bank Capital (BACA), Bank Allo (BBHU), Bank Jtrust (BCIC), Bank Bisnis Internasional (BBSI), dan Bank Oke Indonesia (DNAR).

Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan, para investor untuk mencermati tujuan penggunaan dana rights issue tersebut sebelum membeli saham emiten perbankan tersebut. "Kalau untuk ekspansi bisnis, kira-kira peluang keberhasilannya seperti apa? Itu diperhatikan," ucapnya.

Investor juga harus jeli melihat kinerja lembaga keuangan tersebut. Mulai dari rasio kecukupan modal (CAR), rasio nilai harga terhadap nilai buku (PBV), kredit macet (NPL), dan margin laba (NPM). Jika dana rights issue untuk memenuhi utang, maka investor harus mengukur komposisi debt to equity ratio (DER). Juga, mempertimbangkan gearing ratio atau jumlah utang terhadap modal ekuitas perusahaan.

Sementara itu, saham baru PT Bank Central Asia Tbk (BCA) hasil stock split akan segera diperdagangkan. Rencananya, peluncuran saham nominal baru akan dilakukan Jumat (15/10). Sedangan, perdagangan nominal lama sampai Selasa (12/10).

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, perkembangan pasar modal Indonesia sangat signifikan. Khususnya, investor yang bergabung di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dia berharap, saham BCA dapat diserap oleh para investor. Terutama, investor ritel.

"Kami telah melakukan koordinasi dan mendapat persetujuan dari regulator untuk segera mewujudkan rencana stock split yang menawarkan saham BBCA sesuai harga baru dengan rasio 1:5," ucap Jahja, akhir pekan lalu.

Hans Kwee menambahkan, langkah stock split BCA positif. Sehingga, kepemilikan saham emiten berkode BBCA lebih beragam. Mengingat, harga saham juga merupakan salah satu strategi perusahaan memilih investornya. "Kalau harga sahamnya mahal, ya biasannya yang punya kalangan menengah ke atas. Kalau  murah ya pemain ritel," ujarnya.

Setelah stock split, lanjut dia, harga saham BCA berada di kisaran Rp 6 ribuan per lembar. Artinya, setelah stock split, investor dapat membeli 1 lot saham BCA dengan banderol sekitar Rp600 ribuan. Nilai tersebut lebih rendah dari harga 1 saat ini di kisaran Rp3,58 juta. Menurut dia, saham BCA hasil stock split bakal laku karena, semua orang tahu kinerja salah satu bank nasional terbesar di Tanah Air itu.(han/dio/jpg)
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya