JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Carlo Brix Tewu, perwira tinggi polri yang pernah menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tomy Soeharto, diangkat menjadi Komisaris PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merombak jajaran direksi dan komisaris PTBA.
Carlo merupakan lulusan Akpol 1985. Ia memiliki pengalaman di bidang reserse. Selama di polisi, ia mempunyai beberapa prestasi gemilang. Salah satu prestasi, ia torehkan pada 2001 lalu, ketika mengungkap kasus pembunuhan Hakim Agung Saifudin Syafiuddin Kartasasmita.
Bersama dengan Tim Kobra, Carlo bersama perwira lainnya berhasil menangkap Tommy Soeharto yang terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Selain Carlo, Menteri Erick juga mengangkat E Piterdono HZ, dan Irwandy Arif sebagai Komisaris perusahaan. Mereka menggantikan posisi Robert Heri, Taufik Madjid, dan Soenggoel Pardamean Sitorus. Lalu, posisi Heru Setyobudi Suprayoga sebagai Komisaris Independen digantikan oleh Andi Pahril Pawi.
Selain itu, posisi Suryo Eko Hadianto sebagai Direktur Operasi dan Produksi digantikan oleh Hadis Surya Palapa.
Keputusan ini disetujui oleh seluruh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu (10/6/2020).
Tak hanya soal perombakan direksi dan komisaris, pemegang saham juga menyetujui pembagian dividen sebesar Rp3,65 triliun. Angka itu setara dengan 90 persen dari total laba bersih perusahaan pada 2019 lalu yang sebesar Rp4,1 triliun.
Sekretaris Perusahaan/Direktur Operasi dan Produksi Bukit Asam, Hadis Surya Palapa, menjelaskan, perusahaan dapat mempertahankan kinerja sepanjang tahun lalu. Pendapatan perusahaan naik 3 persen dari Rp21,2 triliun menjadi Rp21,8 triliun.
Hadis menjabarkan, pendapatan itu terdiri dari penjualan batu bara domestik sebesar 57 persen dan batu bara ekspor sebesar 41 persen. Sementara, penjualan sebesar 2 persen berasal dari aktivitas lainnya, seperti penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah dan inti sawit, jasa kesehatan rumah sakit, dan jasa sewa.
"Pencapaian laba dan pendapatan ini tentu didukung oleh kinerja operasional perusahaan yang mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ucap Hadis.
Ia menyatakan produksi batu bara tahun lalu meningkat 10,2 persen dan kapasitas angkutan batu bara naik 7 persen. Peningkatan angkutan batu bara otomatis mengerek penjualan batu bara sebesar 13 persen pada 2019.
"Kenaikan volume penjualan ini karena adanya ekspansi ke pasar-pasar potensial seperti Jepang, Hong Kong, Vietnam, Taiwan, dan Filipina," terang Hadis.
Untuk tahun ini, perusahaan menargetkan produksi batu bara sebesar 30,3 juta ton atau naik 4 persen dari realisasi 2019 lalu yang sebanyak 29,1 juta ton. Lalu, angkutan batu bara ditargetkan meningkat 13 persen dan penjualan batu bara naik 8 persen.
Sumber: CNN/JPNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun