Jumat, 17 Mei 2024

Kenaikan Saham Himbara Topang Kinerja Bursa Saham Indonesia

IHSG Diprediksi Banyak Aksi Ambil Untung

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Risalah Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2023, The Federal Reserve (The Fed) tidak dengan pasti menyebutkan mulai memotong suku bunga acuan. Pelaku pasar keuangan mengurangi ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) itu. Dampaknya mendorong penguatan indeks dolar AS dan yield US Treasury.

Analis pasar modal Hans Kwee menilai, The Fed tidak akan buru-buru menurunkan suku bunga acuan. Karena itu, ekspektasi Fed funds rate turun hanya 75 basis poin (bps) pada 2024. Sentimen itu juga mengurangi harapan European Central Bank (ECB) segera memangkas suku bunga acuannya setelah kuartal I tahun ini. ‘’Bullish yang ekstrem terhadap aset berisiko di bursa-bursa Asia saat ini dapat mendorong aksi ambil untung jangka pendek setelah ekspektasi pemotongan bunga The Fed berkurang,’’ kata Hans kepada JPG, Ahad (7/1).

Yamaha
Baca Juga:  IHSG Bakal Menuju Level 8.000

Harga minyak dunia juga kembali menguat. Hal itu seiring dengan meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah. Dikhawatirkan, harga minyak yang tinggi memberikan tekanan inflasi yang bersentimen negatif terhadap kenaikan pasar ekuitas.

Hans menyatakan, pelaku pasar keuangan juga tengah menantikan data indeks harga konsumen (IHK) AS, Jepang, dan Cina pekan ini. ’’IHK AS cukup penting bagi pelaku pasar untuk melihat berlanjutnya penurunan inflasi. IHSG (indeks harga saham gabungan) berpeluang melemah dengan support di level 7.300 sampai 7.245 dan resistance di 7.403 hingga 7.450,” jelas dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Trisakti itu.

Pada penutupan perdagangan Jumat (5/1) lalu, harga saham Bank Mandiri melonjak 1,18 persen dari harga pembukaan ke Rp6.425 per saham. Bahkan saat perdagangan berlangsung, saham berkode emiten BMRI itu sempat menyentuh level tertinggi di Rp6.475 per saham. Sebelumnya, harga saham BMRI sempat all time high pada perdagangan Kamis (4/1) setelah ditutup di posisi Rp6.350 per saham.

- Advertisement -
Baca Juga:  Ariston Luncurkan Smart Water Heater

Dengan demikian, saham bank spesialis wholesale itu telah mengantongi kenaikan 23,6 persen sejak stock split tahun lalu. Kapitalisasi pasar BMRI juga ikut terdongkrak ke level Rp599,67 triliun.(han/dio/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Risalah Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2023, The Federal Reserve (The Fed) tidak dengan pasti menyebutkan mulai memotong suku bunga acuan. Pelaku pasar keuangan mengurangi ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) itu. Dampaknya mendorong penguatan indeks dolar AS dan yield US Treasury.

Analis pasar modal Hans Kwee menilai, The Fed tidak akan buru-buru menurunkan suku bunga acuan. Karena itu, ekspektasi Fed funds rate turun hanya 75 basis poin (bps) pada 2024. Sentimen itu juga mengurangi harapan European Central Bank (ECB) segera memangkas suku bunga acuannya setelah kuartal I tahun ini. ‘’Bullish yang ekstrem terhadap aset berisiko di bursa-bursa Asia saat ini dapat mendorong aksi ambil untung jangka pendek setelah ekspektasi pemotongan bunga The Fed berkurang,’’ kata Hans kepada JPG, Ahad (7/1).

Baca Juga:  IHSG Berpotensi Terkoreksi Pekan Ini

Harga minyak dunia juga kembali menguat. Hal itu seiring dengan meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah. Dikhawatirkan, harga minyak yang tinggi memberikan tekanan inflasi yang bersentimen negatif terhadap kenaikan pasar ekuitas.

Hans menyatakan, pelaku pasar keuangan juga tengah menantikan data indeks harga konsumen (IHK) AS, Jepang, dan Cina pekan ini. ’’IHK AS cukup penting bagi pelaku pasar untuk melihat berlanjutnya penurunan inflasi. IHSG (indeks harga saham gabungan) berpeluang melemah dengan support di level 7.300 sampai 7.245 dan resistance di 7.403 hingga 7.450,” jelas dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Trisakti itu.

Pada penutupan perdagangan Jumat (5/1) lalu, harga saham Bank Mandiri melonjak 1,18 persen dari harga pembukaan ke Rp6.425 per saham. Bahkan saat perdagangan berlangsung, saham berkode emiten BMRI itu sempat menyentuh level tertinggi di Rp6.475 per saham. Sebelumnya, harga saham BMRI sempat all time high pada perdagangan Kamis (4/1) setelah ditutup di posisi Rp6.350 per saham.

Baca Juga:  PRIME PARK Hotel Pekanbaru Muliakan Ratusan Anak Yatim

Dengan demikian, saham bank spesialis wholesale itu telah mengantongi kenaikan 23,6 persen sejak stock split tahun lalu. Kapitalisasi pasar BMRI juga ikut terdongkrak ke level Rp599,67 triliun.(han/dio/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari