Minggu, 7 September 2025
spot_img

BCA Alokasikan Rp500 Miliar untuk Keamanan Siber

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penipuan mengatasnamakan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) semakin marak. Baik melalui telepon, pesan WhatsApp, maupun akun palsu media sosial. Modusnya, menawarkan apply kartu kredit, ganti ke kartu chip, hingga naik kelas menjadi nasabah prioritas.

Direktur BCA Haryanto T Budiman menuturkan, cybercrime semakin santer terjadi seiring semakin pesatnya perkembangan digital. Oknum pelaku biasanya akan meminta data pribadi. Misalnya, nomor kartu kredit, kode personal identification number (PIN), kode one time password (OTP), KTP, bahkan nama ibu kandung.  

"Hal itu patut diwaspadai oleh nasabah karena bank tidak pernah meminta data pribadi. Jangan pernah memberikan data pribadi kepada siapa pun," ujarnya di kawasan Hotel Indonesia Kempinski,  kemarin (13/6).

Baca Juga:  Sudah Banyak Negara Longgarkan Syarat Perjalanan

Dalam kesempatan yang sama, EVP Center of Digital BCA Wani Sabu menyebutkan bahwa 99 persen kejahatan di perbankan berasal dari social engineering atau rekayasa sosial. Yakni, memengaruhi perasaan nasabah menjadi senang, takut, atau panik agar memberikan data dan akses. Akibatnya, rekening bisa dibobol.

Misalnya, mengatasnamakan pihak provider yang digunakan nasabah. Pelaku mengiming-imingi voucher. Lalu, nasabah diarahkan untuk mencairkan voucher sebagai uang tunai melalui rekeningnya. "Ketika menyetujui hal itu, para penipu akan meminta data-data pribadi terkait dengan rekening," kata Wani.

EVP Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F Haryn menyatakan, sistem keamanan digital menjadi salah satu prioritas perusahaan. BCA telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) khusus untuk keamanan siber sebesar Rp500 miliar. Sementara itu, total capex untuk teknologi informasi (TI) mencapai Rp 5 triliun.

Baca Juga:  Firli: Saya Pernah Bertemu Megawati

"Anggaran tersebut merupakan respons yang kita lakukan, termasuk untuk pengembangan ekosistem digital BCA," terangnya. (han/c6/dio/jrr)

Laporan JPG, Jakarta

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penipuan mengatasnamakan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) semakin marak. Baik melalui telepon, pesan WhatsApp, maupun akun palsu media sosial. Modusnya, menawarkan apply kartu kredit, ganti ke kartu chip, hingga naik kelas menjadi nasabah prioritas.

Direktur BCA Haryanto T Budiman menuturkan, cybercrime semakin santer terjadi seiring semakin pesatnya perkembangan digital. Oknum pelaku biasanya akan meminta data pribadi. Misalnya, nomor kartu kredit, kode personal identification number (PIN), kode one time password (OTP), KTP, bahkan nama ibu kandung.  

"Hal itu patut diwaspadai oleh nasabah karena bank tidak pernah meminta data pribadi. Jangan pernah memberikan data pribadi kepada siapa pun," ujarnya di kawasan Hotel Indonesia Kempinski,  kemarin (13/6).

Baca Juga:  Airlangga Pertegas Inovasi Digital untuk Ketangguhan Pertumbuhan Ekonomi

Dalam kesempatan yang sama, EVP Center of Digital BCA Wani Sabu menyebutkan bahwa 99 persen kejahatan di perbankan berasal dari social engineering atau rekayasa sosial. Yakni, memengaruhi perasaan nasabah menjadi senang, takut, atau panik agar memberikan data dan akses. Akibatnya, rekening bisa dibobol.

Misalnya, mengatasnamakan pihak provider yang digunakan nasabah. Pelaku mengiming-imingi voucher. Lalu, nasabah diarahkan untuk mencairkan voucher sebagai uang tunai melalui rekeningnya. "Ketika menyetujui hal itu, para penipu akan meminta data-data pribadi terkait dengan rekening," kata Wani.

- Advertisement -

EVP Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F Haryn menyatakan, sistem keamanan digital menjadi salah satu prioritas perusahaan. BCA telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) khusus untuk keamanan siber sebesar Rp500 miliar. Sementara itu, total capex untuk teknologi informasi (TI) mencapai Rp 5 triliun.

Baca Juga:  Di Balik Jeruji, HRS Nyatakan 1 Hari pun Munarman Tak Pantas Ditahan

"Anggaran tersebut merupakan respons yang kita lakukan, termasuk untuk pengembangan ekosistem digital BCA," terangnya. (han/c6/dio/jrr)

- Advertisement -

Laporan JPG, Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penipuan mengatasnamakan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) semakin marak. Baik melalui telepon, pesan WhatsApp, maupun akun palsu media sosial. Modusnya, menawarkan apply kartu kredit, ganti ke kartu chip, hingga naik kelas menjadi nasabah prioritas.

Direktur BCA Haryanto T Budiman menuturkan, cybercrime semakin santer terjadi seiring semakin pesatnya perkembangan digital. Oknum pelaku biasanya akan meminta data pribadi. Misalnya, nomor kartu kredit, kode personal identification number (PIN), kode one time password (OTP), KTP, bahkan nama ibu kandung.  

"Hal itu patut diwaspadai oleh nasabah karena bank tidak pernah meminta data pribadi. Jangan pernah memberikan data pribadi kepada siapa pun," ujarnya di kawasan Hotel Indonesia Kempinski,  kemarin (13/6).

Baca Juga:  Gubri Resmikan Kilang Padi Bumdes Mekar Sari Jaya, Penghulu Rokan Baru Pesisir Ucapkan Terimakasih

Dalam kesempatan yang sama, EVP Center of Digital BCA Wani Sabu menyebutkan bahwa 99 persen kejahatan di perbankan berasal dari social engineering atau rekayasa sosial. Yakni, memengaruhi perasaan nasabah menjadi senang, takut, atau panik agar memberikan data dan akses. Akibatnya, rekening bisa dibobol.

Misalnya, mengatasnamakan pihak provider yang digunakan nasabah. Pelaku mengiming-imingi voucher. Lalu, nasabah diarahkan untuk mencairkan voucher sebagai uang tunai melalui rekeningnya. "Ketika menyetujui hal itu, para penipu akan meminta data-data pribadi terkait dengan rekening," kata Wani.

EVP Secretariat and Corporate Communication BCA Hera F Haryn menyatakan, sistem keamanan digital menjadi salah satu prioritas perusahaan. BCA telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) khusus untuk keamanan siber sebesar Rp500 miliar. Sementara itu, total capex untuk teknologi informasi (TI) mencapai Rp 5 triliun.

Baca Juga:  Syekh Ali Jaber Ditusuk, Dude Harlino: Kita Berharap Ini yang Terakhir

"Anggaran tersebut merupakan respons yang kita lakukan, termasuk untuk pengembangan ekosistem digital BCA," terangnya. (han/c6/dio/jrr)

Laporan JPG, Jakarta

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari