Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Gambarkan Karakter Sifat ke Bentuk Fisik

Menjadi pelukis ilustrasi sketsa wajah pendiri Kota Pekanbaru yakni Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah atau juga dikenal Marhum Pekan merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi Syamsuan Bahrunzi.

Laporan BAYU SAPUTRA, Pekanbaru

SKETSA wajah yang dilukis Syam telah diperlihatkan pertama kalinya kepada publik pada Selasa (15/3) lalu dalam seminar nasional bertajuk "Panglima Besar Pendiri Pekanbaru".

Saat ini, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sendiri sedang diajukan agar bisa menjadi pahlawan nasional. Belakangan sketsa wajah Marhum Pekan viral. Banyak yang mengagumi hasil lukisan sketsa tersebut.

Syam menceritakan proses yang ia lewati saat melukis sketsa wajah Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah. "Proses ini tidak terlepas dari peristiwa bincang-bincang petang antara Dunia Melayu Dunia Islam Kota Pekanbaru yang diketuai oleh Bapak Ayat Cahyadi bersama komunitas yang bergerak di bidang budaya Melayu," kata Syam kepada Riau Pos, Sabtu (26/3) lalu.

Dari bincang-bincang petang tersebut, tercetuslah ingin menjadikan Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah menjadi pahlawan nasional dan Syam mengakui bahwa dirinya tidak mengetahui akan dimasukkan ke dalam Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD).

Tim terbentuk. Terdiri dari empat orang dari Pemerintah Kota Pekanbaru dan sembilan dari orang yang bergerak di bidang budaya.

"Ada yang kemampuannya di bidang menulis, ada kemampuannya di bidang sejarah, ada yang keturuan dari Kerajaan Siak (zuriat), ada yang ahli filsafat, kemampuan membaca tulisan Arab Melayu, dan diperlukan kemampuan untuk bisa membuat sketsa wajah, dan saya pun terpilih dari tim tersebut untuk membuat sketsa wajah, yang mewakili Komunitas Jejak Sejarah dan Pariwisata Kota Pekanbaru atau JSP," cerita pria yang lahir di Pekanbaru pada 6 Januari 1974 itu.

Diakui anak dari pasangan Fauzi Hasan dan Suharnis ini, dari kecil dirinya memang senang melukis. Bahkan sejak bangku sekolah dasar, ia sudah sering ikut lomba menggambar. Saat kecil Syam juga pernah menggambar sketsa Pangeran Diponegoro. Sejak saat itu ia mulai menorehkan berbagai prestasi di bidang seni lukis.

Baca Juga:  Begitu Bahagia, Aksi Taylor Swift dalam Klip Video Lover

Syam mengakui sempat kesulitan saat hendak membuat sketsa wajah Sultan Muhammad Ali, yang hidup di sekitar tahun 1700-an. Di mana di saat itu tidak ada foto, gambar, dan pelukis.

"Saya berjalan di dalam gelap. Yang hendak dilukis ini apa? Lalu, kami bersama tim melakukan diskusi dan mencari bahan bersama. Setidaknya bisa mendapatkan karakter fisiknya seperti apa," tambah suami dari Ilfiany ini.

Sebulan lamanya melakukan riset, Syam bersama tim belum mendapatkan gambaran Sultan Muhammad Ali ini seperti apa. Lalu, Syam berdoa kepada Allah karena yang hendak dilukis ini merupakan sosok yang sangat dekat kepada Allah.

"Selesai saya salat, saya tertidur dan beberapa saat saya terbangun. Kemudian sontak mengambil kertas dan alat lukis. Saya pun langsung melukis sosok yang ada di bayangan saya hingga menjadi sebuah wajah yang memakai tanjak dan saya tidak tahu ini sosok siapa," tutur ayah tiga anak ini.

Kemudian Syam membawa lukisan tersebut kepada Tim TP2GD dan diminta untuk membuat empat karakter wajah yang sesuai dengan masukan yang diberikan oleh rekan-rekan penulis. Syam dituntut harus bisa melukis berdasarkan karakter sifat, bukan karakter fisik.

"Di sinilah hal yang terberat bagi saya untuk menerjemahkan informasi yang didapat yakni karakter sifat Sultan Muhammad Ali menjadi sebuah karakter fisik yang dibuat dalam lukisan," tegas Syam yang pernah kuliah di Universirtas Riau Fakultas Perikanan Program Studi Ilmu Kelautan.

Menurut informasi yang diberikan kepada pelukis, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah merupakan sosok yang pemberani, bertanggung jawab, visioner, dan tegas.

Alumni SMP Negeri 2 Pekanbaru ini pun membuat empat ilustrasi berdasarkan sifat-sifat tersebut, dan kemudian diberikan kepada zuriat atau keturunan Kerajaan Siak yakni Tengku Muhammad Toha. Dari empat ilustrasi tersebut terpilih lah satu gambar yang kira-kira mendekati karakter fisik.

"Untuk membuat satu karakter saja, saya memerlukan waktu hingga dua pekan. Empat karakter berarti delapan pekan saya menyelesaikan ilustrasi-ilustrasi tersebut, dan satu yang terpilih tadi harus diselesaikan jelang seminar nasional," ujar Syam.

Baca Juga:  Saat Perkara Berjalan, Dewi Arsanty Bukanlah Ketua Komnas PA Riau

Lebih rinci Syam memaparkan hasil lukisannya dari sifat sifat yang diberikan.

"Ketika saya membuat gambar pemberani digambar harus terlihat sosok tersebut garang. Namun di balik pemberaninya Sultan Muhammad Ali, ia juga sosok yang penyabar. Lalu untuk ketegasan, saya membuat wajahnya tidak terlalu oval dan sedikit berahang. Untuk visioner saya membuat ilustasinya, matanya yang melihat tajam ke depan. Untuk pemberani saya membuat mata yang tebal. Sifat Sultan Muhammad Ali yang merupakan sosok pemikir saya ilustrasikan dalam bentuk kerutan di wajah. Seorang pendidik saya ilustrasikan dari bentuk tanjak, dan menggambarkan orang yang dahulu itu kebanyakan laki-laki berambut panjang sebahu, dan dia orang Melayu, maka hidungnya tidak terlalu mancung dan besar, dan bibir yang tidak terlalu tebal dan tipis, serta kumis dan janggutnya dibuat agak tidak rapi, serta pakaian yang menggunakan cekak musang," papar Syam yang merupakan alumni SMA Negeri 6 Pekanbaru itu.

Menurut Syam, Senapelan merupakan sebuah tempat bersejarah yang pernah menjadi ibukota dari Kerajaan Siak setelah berpindah dari Mempura Siak oleh Sultan Alamuddin yang diteruskan oleh anaknya Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah yang wajahnya diilustrsikan oleh Syam menjadi sebuah lukisan wajah.

"Saya yang kecil dari Senapelan. Jadi sejarah Senapelan itu melekat pada diri saya sejak kecil termasuk adat istiadat dan budaya masyarakat Senapelan asli," tuturnya yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah Dasar Teladan 010 Senapelan pada 1981-1989.

Setelah diperlihatkannya lukisan Sultan Muhammad Ali Muazzam Syah, Syam merasakan bahagia, bangga dan haru.

"Satu hal yang penting, saya menjadi orang pertama yang membuat sketsa wajah dari Sultan Muhammad Ali pendiri Kota Pekanbaru dan itu disahkan oleh zuriatnya, Ke depan gambar saya akan terpajang di buku-buku atau di museum nanti ataupun nanti lukisan saya akan menjadi benda cagar budaya dan itu bentuk sumbangsih saya untuk sejarah Kota Pekanbaru," pungkas Syam.***

 

Menjadi pelukis ilustrasi sketsa wajah pendiri Kota Pekanbaru yakni Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah atau juga dikenal Marhum Pekan merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi Syamsuan Bahrunzi.

Laporan BAYU SAPUTRA, Pekanbaru

- Advertisement -

SKETSA wajah yang dilukis Syam telah diperlihatkan pertama kalinya kepada publik pada Selasa (15/3) lalu dalam seminar nasional bertajuk "Panglima Besar Pendiri Pekanbaru".

Saat ini, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sendiri sedang diajukan agar bisa menjadi pahlawan nasional. Belakangan sketsa wajah Marhum Pekan viral. Banyak yang mengagumi hasil lukisan sketsa tersebut.

- Advertisement -

Syam menceritakan proses yang ia lewati saat melukis sketsa wajah Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah. "Proses ini tidak terlepas dari peristiwa bincang-bincang petang antara Dunia Melayu Dunia Islam Kota Pekanbaru yang diketuai oleh Bapak Ayat Cahyadi bersama komunitas yang bergerak di bidang budaya Melayu," kata Syam kepada Riau Pos, Sabtu (26/3) lalu.

Dari bincang-bincang petang tersebut, tercetuslah ingin menjadikan Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah menjadi pahlawan nasional dan Syam mengakui bahwa dirinya tidak mengetahui akan dimasukkan ke dalam Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD).

Tim terbentuk. Terdiri dari empat orang dari Pemerintah Kota Pekanbaru dan sembilan dari orang yang bergerak di bidang budaya.

"Ada yang kemampuannya di bidang menulis, ada kemampuannya di bidang sejarah, ada yang keturuan dari Kerajaan Siak (zuriat), ada yang ahli filsafat, kemampuan membaca tulisan Arab Melayu, dan diperlukan kemampuan untuk bisa membuat sketsa wajah, dan saya pun terpilih dari tim tersebut untuk membuat sketsa wajah, yang mewakili Komunitas Jejak Sejarah dan Pariwisata Kota Pekanbaru atau JSP," cerita pria yang lahir di Pekanbaru pada 6 Januari 1974 itu.

Diakui anak dari pasangan Fauzi Hasan dan Suharnis ini, dari kecil dirinya memang senang melukis. Bahkan sejak bangku sekolah dasar, ia sudah sering ikut lomba menggambar. Saat kecil Syam juga pernah menggambar sketsa Pangeran Diponegoro. Sejak saat itu ia mulai menorehkan berbagai prestasi di bidang seni lukis.

Baca Juga:  Kemenag Naikkan Harga Minimal Umrah Jadi Rp26 Juta

Syam mengakui sempat kesulitan saat hendak membuat sketsa wajah Sultan Muhammad Ali, yang hidup di sekitar tahun 1700-an. Di mana di saat itu tidak ada foto, gambar, dan pelukis.

"Saya berjalan di dalam gelap. Yang hendak dilukis ini apa? Lalu, kami bersama tim melakukan diskusi dan mencari bahan bersama. Setidaknya bisa mendapatkan karakter fisiknya seperti apa," tambah suami dari Ilfiany ini.

Sebulan lamanya melakukan riset, Syam bersama tim belum mendapatkan gambaran Sultan Muhammad Ali ini seperti apa. Lalu, Syam berdoa kepada Allah karena yang hendak dilukis ini merupakan sosok yang sangat dekat kepada Allah.

"Selesai saya salat, saya tertidur dan beberapa saat saya terbangun. Kemudian sontak mengambil kertas dan alat lukis. Saya pun langsung melukis sosok yang ada di bayangan saya hingga menjadi sebuah wajah yang memakai tanjak dan saya tidak tahu ini sosok siapa," tutur ayah tiga anak ini.

Kemudian Syam membawa lukisan tersebut kepada Tim TP2GD dan diminta untuk membuat empat karakter wajah yang sesuai dengan masukan yang diberikan oleh rekan-rekan penulis. Syam dituntut harus bisa melukis berdasarkan karakter sifat, bukan karakter fisik.

"Di sinilah hal yang terberat bagi saya untuk menerjemahkan informasi yang didapat yakni karakter sifat Sultan Muhammad Ali menjadi sebuah karakter fisik yang dibuat dalam lukisan," tegas Syam yang pernah kuliah di Universirtas Riau Fakultas Perikanan Program Studi Ilmu Kelautan.

Menurut informasi yang diberikan kepada pelukis, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah merupakan sosok yang pemberani, bertanggung jawab, visioner, dan tegas.

Alumni SMP Negeri 2 Pekanbaru ini pun membuat empat ilustrasi berdasarkan sifat-sifat tersebut, dan kemudian diberikan kepada zuriat atau keturunan Kerajaan Siak yakni Tengku Muhammad Toha. Dari empat ilustrasi tersebut terpilih lah satu gambar yang kira-kira mendekati karakter fisik.

"Untuk membuat satu karakter saja, saya memerlukan waktu hingga dua pekan. Empat karakter berarti delapan pekan saya menyelesaikan ilustrasi-ilustrasi tersebut, dan satu yang terpilih tadi harus diselesaikan jelang seminar nasional," ujar Syam.

Baca Juga:  Selesaikan Lahan di Kawasan Hutan

Lebih rinci Syam memaparkan hasil lukisannya dari sifat sifat yang diberikan.

"Ketika saya membuat gambar pemberani digambar harus terlihat sosok tersebut garang. Namun di balik pemberaninya Sultan Muhammad Ali, ia juga sosok yang penyabar. Lalu untuk ketegasan, saya membuat wajahnya tidak terlalu oval dan sedikit berahang. Untuk visioner saya membuat ilustasinya, matanya yang melihat tajam ke depan. Untuk pemberani saya membuat mata yang tebal. Sifat Sultan Muhammad Ali yang merupakan sosok pemikir saya ilustrasikan dalam bentuk kerutan di wajah. Seorang pendidik saya ilustrasikan dari bentuk tanjak, dan menggambarkan orang yang dahulu itu kebanyakan laki-laki berambut panjang sebahu, dan dia orang Melayu, maka hidungnya tidak terlalu mancung dan besar, dan bibir yang tidak terlalu tebal dan tipis, serta kumis dan janggutnya dibuat agak tidak rapi, serta pakaian yang menggunakan cekak musang," papar Syam yang merupakan alumni SMA Negeri 6 Pekanbaru itu.

Menurut Syam, Senapelan merupakan sebuah tempat bersejarah yang pernah menjadi ibukota dari Kerajaan Siak setelah berpindah dari Mempura Siak oleh Sultan Alamuddin yang diteruskan oleh anaknya Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah yang wajahnya diilustrsikan oleh Syam menjadi sebuah lukisan wajah.

"Saya yang kecil dari Senapelan. Jadi sejarah Senapelan itu melekat pada diri saya sejak kecil termasuk adat istiadat dan budaya masyarakat Senapelan asli," tuturnya yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah Dasar Teladan 010 Senapelan pada 1981-1989.

Setelah diperlihatkannya lukisan Sultan Muhammad Ali Muazzam Syah, Syam merasakan bahagia, bangga dan haru.

"Satu hal yang penting, saya menjadi orang pertama yang membuat sketsa wajah dari Sultan Muhammad Ali pendiri Kota Pekanbaru dan itu disahkan oleh zuriatnya, Ke depan gambar saya akan terpajang di buku-buku atau di museum nanti ataupun nanti lukisan saya akan menjadi benda cagar budaya dan itu bentuk sumbangsih saya untuk sejarah Kota Pekanbaru," pungkas Syam.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari