JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Amerika Serikat( AS) telah menyatakan diri untuk mengembargo Rusia akibat menginvansi Ukraina. Adapun, AS sendiri ini juga dikenal kental hubungannya dengan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Dalam hal ini, negara-negara ASEAN sedang dalam posisi tertekan untuk mentukan sikapnya atas tindakan Rusia. Apakah akan ikut melakukan embargo ekonomi atau tidak.
Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman pun memberikan pandangannya terkait hal itu. Menurutnya, hal ini akan berisiko dan dapat berpengaruh pada hubungan bilateral antarnegara.
“Tentu ini kan berisiko, mesti menghitung untung dan rugi dalam konteks ekonomi, termasuk dalam aspek politik. Ini menjadi pertimbangan bahwa ini akan memberikan dampak terhadap perdagangan dan keeratan politik kita dengan Amerika,†jelas dia dalam diskusi publik secara daring, Rabu (2/3).
Apabila, Indonesia mengikuti jejak AS untuk mengembargo ekonomi, pemerintah harus bersiap-siap menjadi lawan dari negara yang pro Rusia, seperti Cina. Mengingat bahwa Indonesia dengan Tiongkok juga memiliki hubungan erat dalam urusan perdagangan, khususnya impor.
“Kalau kemudian kita mendukung AS untuk mengembargo Rusia, kita tentu juga akan berhadapan dengan negara yang mendukung Rusia seperti Cina,†ujarnya. “Ini kan dilematis, makanya kita harus pertimbangkan risiko apa yang dirasakan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Kalau dilakukan embargo tentu aktivitas perdagangan kita akan terganggu,†sambung Rizal.
Ia berpandangan, jika melihat aspek budaya Indonesia yang menginginkan agar penjajahan di dunia harus dihapuskan sesuai UUD 1945, maka sebaiknya pemerintah mengambil sikap netral.
“Apakah Indonesia akan mengarah pro mana, Indonesia mesti mempertimbangkan aspek ekonomi dan politik, itu yang paling penting. Tentu saja kondisi ini mestinya menjadi peluang dalam konteks ekonomi,†tuturnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor : Dinarsa Kurniawan