PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Bahaya kehamilan dapat dijadikan indikator adanya masalah pada kehamilan yang dapat membahayakan ibu maupun janin. Deteksi dini adanya tanda bahaya kehamilan dapat meminimalisir komplikasi pada kehamilan. Penelitian dilakukan tim peneliti Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru, terdiri dari Siti Mawaddati Mazirah, Dian Roza Adila, Vella Yovinna Tobing, Raja Fitrina Lestari dan Rani Lisa Indra.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan ibu hamil untuk lebih proaktif dalam mencari informasi terkait kehamilannya, salah satunya tentang tanda bahaya kehamilan. Membaca Buku KIA (buku pink) yang diberikan saat kunjungan kehamilan adalah salah satu cara mudah untuk bisa mendapatkan informasi kesehatan yang akurat selama masa kehamilan. Selain itu, tenaga kesehatan yang terlibat juga bisa menjadi sumber informasi akurat bagi ibu hamil untuk menanyakan segala sesuatu perihal kesehatan selama masa kehamilan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2020) tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil diantaranya mual muntah terus menerus dan tidak mau makan, demam tinggi, bengkak pada kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai kejang, air ketuban keluar sebelum waktunya, perdarahan pada hamil muda atau hamil tua dan gerakan janin yang berkurang dibandingkan sebelumnya. Informasi terkait tanda bahaya kehamilan bisa didapatkan ibu pada BUKU KIA atau buku pink yang diberikan pada saat kunjungan kehamilan ke pelayanan kesehatan. Akan tetapi, masih ada beberapa ibu hamil yang belum membaca informasi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di tahun 2021 di Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru pada 80 ibu hamil, didapatkan hasil bahwa 45 persen diantara 80 ibu hamil memiliki kesadaran yang buruk tentang tanda bahaya kehamilan. Hanya 21 persen ibu yang memiliki kesadaran baik terkait tanda bahaya kehamilan, sisanya 34 persen memiliki kesadaran pada tingkat sedang. Tingkat kesadaran baik yang dimaksud adalah jika ibu mampu menjawab lebih dari 70 persen pertanyaan dengan jawaban yang benar. Tapi jika ibu hanya mampu menjawab kurang dari 28 persen pertanyaan dengan jawaban yang benar, maka ibu dianggap memiliki tingkat kesadaran yang buruk.
Kesadaran yang buruk tidak hanya terjadi pada ibu yang baru pertama kali hamil, tapi juga terjadi pada ibu yang sudah memiliki pengalaman hamil sebelumnya. Menurut Woldeamanuel, Lemma, & Zegeye (2019) ibu yang sudah memiliki pengalaman hamil sudah pernah mendapatkan informasi kesehatan kehamilan dan juga memiliki pengalaman terkait kehamilan, sehingga hal tersebut akan berpengaruh pada pengetahuan yang dimilikinya.
Pengetahuan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kesadaran. Akan tetapi, menurut Napitupulu, Rahmiati, Saraswati, Susanti, dan Setiawati (2018) ibu yang baru pertama kali hamil akan cenderung mencari tahu lebih banyak informasi dan pengetahuan tentang kehamilan. Sehingga ibu menjadi lebih aktif dalam menggali informasi dari berbagai sumber yang bisa diakses. Harapannya adalah ibu menggunakan sumber yang akurat dalam mencari informasi.
Hasil analisis yang dilakukan terhadap jawaban 80 ibu hamil yang mengisi kuesioner (lembar pertanyaan penelitian) tentang tanda bahaya kehamilan didapatkan bahwa mayoritas ibu menganggap demam tinggi dan bengkak pada kaki, tangan dan wajah bukanlah tanda bahaya kehamilan, yaitu 60 persen dan 70 persen jawaban peserta penelitian. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan. Demam tinggi mengindikasikan adanya proses infeksi yang sedang terjadi yang jika tidak diatasi dengan segera dapat membahayakan ibu dan juga menyebabkan kelahiran prematur bahkan keguguran. Demam tinggi yang dimaksud adalah jika suhu tubuh melebihi 38 derjat Celcius.
Sedangkan kondisi bengkak pada kaki, tangan dan wajah merupakan gejala terjadinya preeklampsia. Preeklampsia adalah suatu kondisi dimana ibu mengalami tekanan darah tinggi yang disertai adanya kebocoran protein dari sistem penyaringan di ginjal. Preeklampsia adalah kondisi yang membutuhkan penanganan serius, karena dapat menimbulkan komplikasi salah satunya kematian pada ibu dan janin. Anggapan yang salah tentang tanda bahaya kehamilan akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi selama masa kehamilan.(rls/ifr)
Editor: Eka G Putra