Tinggal Sendiri dengan Kondisi Sakit-sakitan

Kendati Kabupaten Bengkalis memiliki ABPD yang cukup besar, namun tidak menjamin kehidupan masyarakatnya sejahtera. Bahkan ada warga yang tinggal di rumah gubuk yang sudah hampir roboh di RT03/RW04, gang TPU Riadhul Abdin, Jalan Simpang Baru, Desa Teluk Latak Kecamatan Bengkalis bernama Syahrudin (65).

Laporan Abu Kasim, Bengkalis

- Advertisement -

PAGI itu (Ahad, 19/12/2021) langit diselubungi awan agak mendung. Syahruddin dengan menggunakan tongkat berjalan tertatih-tatih dibimbing Muhammad Ali (41) tetangganya saat dijumpai Riau Pos. Ia melangkah dengan susah payah untuk sampai ke depan rumahnya yang terlihat tua dan kayunya sudah lapuk dimakan masa.
Tangannya menggigil saat mengambil kunci untuk membuka gembok rumahnya yang sudah miring dan dengan perlahan membuka pintu dan memperlihatkan isi rumahnya yang terlihat berantakan. Di dalam rumah gubuk berukuran 2,5 x 3 meter, hanya bagian depannya saja yang bisa ditempati.

Sedangkan bagian belakang sudah miring kea rah belakang dapur dan hamper roboh. Ia mengaku sudah hamper 6 tahun tinggal di rumah seperti itu, tanpa ada bantuan dari siapapun. Ia hanya mengakui betah tinggal di gubuk bekas pemilik  tanah, karena tentangganya yang selalu perhatian ketika dirinya membutuhkan.

- Advertisement -

‘’Sudah lama saya tinggal di rumah seperti ini. Kalau masalah makan ada saja yang mengantar. Tapi yang menjadi masalah adalah tempat tinggal,’’ ucapnya lirih, yang mengaku hidup sendiri dan belum pernah menikah.

‘’Ya dulu pernah melamar orang, tapi tak jadi. Makanya setelah itu tak nikah-nikah,’’ tuturnya dengan tersenyum ringan.

Bujang lapuk yang dibesarkan oleh orang tuanya di Desa Teluk Latak itu mengaku memang saudaranya banyak di desanya, namun karena dia sudah tua dan tidak mau menyusahkan keluarga, akhirnya harus hidup sebatang kara di sebuah gubuk tua milik warga setempat.

‘’Dulu ada rumah besarnya. Tapi sudah tumbang dan kayunya sudah dibeli orang, tinggallah rumbah bagian dapur ini. Saya tinggal di rumah bagian belakang yang sudah tua ini sejak 2013 lalu sampai sekarang,’’ ujarnya sambil memegang kakinya yang agak membengkak karena mengidap penyakit asam urat.

‘’Ya, kedua kaki saya bengkak. Susah berjalan,’’ ucapnya.

Syahrudin berharap, agar dirinya mendapatkan rumah yang layak untuk berteduh menjelang hanyatnya sampai. Karena ketika dirinya sakit, tidak ada tempat yang layak untuk beristirahat di rumah karena kondisi rumah yang sudah reot dan hamper roboh serta bocor.

‘’Tadi malam saya tidur di sini (rumah gubuknya). Hujan deras. Harus bagaimana lagi. Untunglah ada tetangga yang perhatian ke saya,’’ ucapnya.

Saat Riau Pos berbindang dengan Syahrudin, ada tiga warga yang ikut menjenguknya, yakni Herman (37) yang tinggal di RT yang berbeda. Juga dua tetangganya Muhammad Ali dan Nur Saadah (33). Mereka mengaku prihatin melihat kondisi Syahrudin yang tidak punya rumah dan juga hidup susah serta sakit-sakitan.

‘’Kasin dia Pak. Rumahnya hamper tumbang. Lebih kasihan lagi kalau asam uratnya lagi kambuh,’’ ucap Muhammad Ali, yang sering melihat Syahrudin dan sesekali memberinya makanan.

Ia bersama istrinya juga merupakan orang susah di kampong itu, sehingga untuk membantu Syahrudin tidak bisa dilakukan. Namun perhatianya kepada Syahrudin sangat tinggi, karena kalau sakit keduanyalah yang memperhatikan.

Sedangkan Syafri (51) warga RT02/RP05 Dusun Simpang Baru, Desa Teluk Latak juga mengaku, bahwa Syahrudin sudah lama tinggal di tanah milik keluarganya. Dua di tanah itu ada rumah, namun bagian depannya sudah roboh dan tinggal di bagian belakang yang ditempati Syahrudin.

‘’Kami juga kasihan. Kami rela tanah ini dibangunkan rumah untuk dia, kalau pemerintah mau,’’ ucapnya singkat.

Sedangkan Kepala Desa Teluk Latak, Mansur yang didatangi Riau Pos di rumahnya dan beberapa kali di panggir tidak ada yang menyambut. Hingga akhirnya Riau Pos meninggalkan rumah kepala desa dan meminta nomor telepon selularnya melalui rekan wartawan yang lain.

Melalui sambungan telepon selularnya, Kepala Desa Teluk Latak, Mansur mengatakan, apa yang dikisahkan oleh Syahrudin tidak semuanya benar. Namun pihak desa sudah mengusulkan ke pemerintah untuk bantuan rumah layak huni.

‘’Sudah kami usulkan sejak 2019 lalu. Tapi persoalannya, tanah yang ditempati Syahrudin bukan miliknya pribadi, melainkan milik warga yang lain. Makanya pihak desa tidak bisa berbuat banyak,’’ ucapnya.

Mansur yang bercerita dibalik telepong genggamnya dengan panjang lebar juga mengaku sudah mengusulkan kembali ke pemerintah daerah untuk rumah layak huni di 2022. Namun dengan catatan Syahrudin memiliki tanah.

‘’Saya sudah menghubungi keluarganya dan ada yang mau memberikan tanah sebagai tapak rumah. Mudah-mudahan keluarga mau memberikan tanah. Kalau ini ada di Januari 2022 kami langsung membangun rumahnya,’’ ucapnya.

 

Editor: E Sulaiman

Kendati Kabupaten Bengkalis memiliki ABPD yang cukup besar, namun tidak menjamin kehidupan masyarakatnya sejahtera. Bahkan ada warga yang tinggal di rumah gubuk yang sudah hampir roboh di RT03/RW04, gang TPU Riadhul Abdin, Jalan Simpang Baru, Desa Teluk Latak Kecamatan Bengkalis bernama Syahrudin (65).

Laporan Abu Kasim, Bengkalis

PAGI itu (Ahad, 19/12/2021) langit diselubungi awan agak mendung. Syahruddin dengan menggunakan tongkat berjalan tertatih-tatih dibimbing Muhammad Ali (41) tetangganya saat dijumpai Riau Pos. Ia melangkah dengan susah payah untuk sampai ke depan rumahnya yang terlihat tua dan kayunya sudah lapuk dimakan masa.
Tangannya menggigil saat mengambil kunci untuk membuka gembok rumahnya yang sudah miring dan dengan perlahan membuka pintu dan memperlihatkan isi rumahnya yang terlihat berantakan. Di dalam rumah gubuk berukuran 2,5 x 3 meter, hanya bagian depannya saja yang bisa ditempati.

Sedangkan bagian belakang sudah miring kea rah belakang dapur dan hamper roboh. Ia mengaku sudah hamper 6 tahun tinggal di rumah seperti itu, tanpa ada bantuan dari siapapun. Ia hanya mengakui betah tinggal di gubuk bekas pemilik  tanah, karena tentangganya yang selalu perhatian ketika dirinya membutuhkan.

‘’Sudah lama saya tinggal di rumah seperti ini. Kalau masalah makan ada saja yang mengantar. Tapi yang menjadi masalah adalah tempat tinggal,’’ ucapnya lirih, yang mengaku hidup sendiri dan belum pernah menikah.

‘’Ya dulu pernah melamar orang, tapi tak jadi. Makanya setelah itu tak nikah-nikah,’’ tuturnya dengan tersenyum ringan.

Bujang lapuk yang dibesarkan oleh orang tuanya di Desa Teluk Latak itu mengaku memang saudaranya banyak di desanya, namun karena dia sudah tua dan tidak mau menyusahkan keluarga, akhirnya harus hidup sebatang kara di sebuah gubuk tua milik warga setempat.

‘’Dulu ada rumah besarnya. Tapi sudah tumbang dan kayunya sudah dibeli orang, tinggallah rumbah bagian dapur ini. Saya tinggal di rumah bagian belakang yang sudah tua ini sejak 2013 lalu sampai sekarang,’’ ujarnya sambil memegang kakinya yang agak membengkak karena mengidap penyakit asam urat.

‘’Ya, kedua kaki saya bengkak. Susah berjalan,’’ ucapnya.

Syahrudin berharap, agar dirinya mendapatkan rumah yang layak untuk berteduh menjelang hanyatnya sampai. Karena ketika dirinya sakit, tidak ada tempat yang layak untuk beristirahat di rumah karena kondisi rumah yang sudah reot dan hamper roboh serta bocor.

‘’Tadi malam saya tidur di sini (rumah gubuknya). Hujan deras. Harus bagaimana lagi. Untunglah ada tetangga yang perhatian ke saya,’’ ucapnya.

Saat Riau Pos berbindang dengan Syahrudin, ada tiga warga yang ikut menjenguknya, yakni Herman (37) yang tinggal di RT yang berbeda. Juga dua tetangganya Muhammad Ali dan Nur Saadah (33). Mereka mengaku prihatin melihat kondisi Syahrudin yang tidak punya rumah dan juga hidup susah serta sakit-sakitan.

‘’Kasin dia Pak. Rumahnya hamper tumbang. Lebih kasihan lagi kalau asam uratnya lagi kambuh,’’ ucap Muhammad Ali, yang sering melihat Syahrudin dan sesekali memberinya makanan.

Ia bersama istrinya juga merupakan orang susah di kampong itu, sehingga untuk membantu Syahrudin tidak bisa dilakukan. Namun perhatianya kepada Syahrudin sangat tinggi, karena kalau sakit keduanyalah yang memperhatikan.

Sedangkan Syafri (51) warga RT02/RP05 Dusun Simpang Baru, Desa Teluk Latak juga mengaku, bahwa Syahrudin sudah lama tinggal di tanah milik keluarganya. Dua di tanah itu ada rumah, namun bagian depannya sudah roboh dan tinggal di bagian belakang yang ditempati Syahrudin.

‘’Kami juga kasihan. Kami rela tanah ini dibangunkan rumah untuk dia, kalau pemerintah mau,’’ ucapnya singkat.

Sedangkan Kepala Desa Teluk Latak, Mansur yang didatangi Riau Pos di rumahnya dan beberapa kali di panggir tidak ada yang menyambut. Hingga akhirnya Riau Pos meninggalkan rumah kepala desa dan meminta nomor telepon selularnya melalui rekan wartawan yang lain.

Melalui sambungan telepon selularnya, Kepala Desa Teluk Latak, Mansur mengatakan, apa yang dikisahkan oleh Syahrudin tidak semuanya benar. Namun pihak desa sudah mengusulkan ke pemerintah untuk bantuan rumah layak huni.

‘’Sudah kami usulkan sejak 2019 lalu. Tapi persoalannya, tanah yang ditempati Syahrudin bukan miliknya pribadi, melainkan milik warga yang lain. Makanya pihak desa tidak bisa berbuat banyak,’’ ucapnya.

Mansur yang bercerita dibalik telepong genggamnya dengan panjang lebar juga mengaku sudah mengusulkan kembali ke pemerintah daerah untuk rumah layak huni di 2022. Namun dengan catatan Syahrudin memiliki tanah.

‘’Saya sudah menghubungi keluarganya dan ada yang mau memberikan tanah sebagai tapak rumah. Mudah-mudahan keluarga mau memberikan tanah. Kalau ini ada di Januari 2022 kami langsung membangun rumahnya,’’ ucapnya.

 

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya