Pandemi Covid-19 baru melandai, namun dampaknya masih dirasakan semua kalangan, terlebih kepada petani, walau mereka (petani, red) masih bisa bertahan hidup, namun hasil kebun yang selama ini menjadi penopang utama hidup mereka banyak yang tak laku di pasaran. Menyiasati kondisi ini petani yang terhimpun dalam kebun edukasi petani 360 mencari jalan, mereka menemukan pola dan solusi dengan membentuk segmen pasar baru.
Laporan GEMA SETARA, Pekanbaru
Hamparan kebun golden melon tampak menghijau rimbun dan subur. Dari celah-celah daun yang hijau itu tersembul buah-buah melon yang berwarna kuning gading yang memesona. Buah-buah melon itu sudah bisa dipetik dan dinikmati siapa saja, namun pemilik kebun yang juga pendiri komunitas Petani 360 Dr H Hasballah Ahba MT MCs belum memetik dan menjualnya ke pasaran.
"Di Riau khususnya di Pekanbaru buah golden melon ini masih langka, kalaupun ada harga jualnya masih sangat tinggi. Ini sengaja belum kami petik dan dijua ke pasaran, karena melon-melon yang ada di kebun ini kami rancang sebagai kebun agrowisata untuk masyarakat. Artinya masyarakat dari mana saja bisa datang dan berkunjung ke kebun kami sekaligus melakukan panen golden melon ini. Rencananya tanggal 18 Desember ini kami buka untuk umumnya," ujarnya kepada Riau Pos saat berkunjung ke kebun tersebut.
Kebun yang berada di Jalan PTP V Km 6 Pematang Kulim, Desa Pulau Birandang, Kampar ini, terhampar di atas lahan seluas 1,5 hektare yang di kelola oleh tiga orang petani. Selain golden melon di lahan yang sama juga di tanami dengan melon jumbo.
Tanaman melon di lahan ini, menurut Hasballah tidak menggunakan pupuk kimia sama sekali. Tanaman-tanaman melon itu hanya mengandalkan pupuk organik yang mereka racik sendiri. Begitu juga untuk pengendalian hama penyakit, mereka meracik sendiri pestisida yang berasal dari alam, sehingga masyarakat yang mengonsumsi buah melon itu bisa terhindar dari residu bahan kimia.
Insya Allah, pihaknya akan terus berkonstribusi dengan mengedukasi para petani untuk bertani secara total organik untuk memelihara ekosistem bersahabat dengan lingkungan dan alam seperti cara cara bertani orang-orang tua dahulu di Bumi Melayu Bumi Lancang Kuning ini.
"Merupakan tugas kita bersama untuk terus mengedukasi petani dengan polla tanam total organik untuk menekan biaya produksi salah satunya dengan menerapkan ultra Low cost farming technology," ujarnya.
Teknologi dengan cara ini biayanya sangat rendah,sekarang teknologi ini sedang di terapkan di Korea Selatan untuk keamanan dan ketahanan pangan mereka. Teknologi yang di maksud itu tadi menerapkan pola dan cara tanam total organik.
Ditambahkannya, mereka membuat pupuk organik dari tanah dari hutan terdekat tempat mereka akan menanam. Artinya, tanah yang diambil berasal dari hutan terdekat. Jadi, dengan pola seperti ini akan sangat membantu masyarakat dan tentunya biaya yang dikeluarkan lebih murah, selain itu dia bisa menekan biaya pupuk secara drastis
Untuk 1 hektare lahan, tambahnya cukup modal Rp100 ribu ebih kurang untuk membuat pupuk cair organik yang di semprotkan pada lahan yang hendak ditanami. "Selama ini, saya hanya habis Rp9 juta per 3 bulan sekali untuk biaya pupuk organik," ujarnya.
Kalau menggunakan pupuk kimia bisa habis Rp3,9 juta per hektare per tiga bulan sekali. "Kalau kita kali biaya bisa mencapai Rp35 juta per 9 hektare seperti kebun eduksi kita kalau pakai pupuk kimia.Tapi karena kita pakai pupuk organik maka kita hanya mengeluarkan biaya Rp9 juta per 9 hektare atau hanya Rp1 juta per hektare" ujarnya.
Hasballah yakin, pihaknya akan bisa membentuk segmen pasar baru bagi petani dan semoga semakin banyak petani yang mampu bertahan di tengah pandemi serta lebih mandiri.
Program ini juga di kombinasikan dengan program pemberdayaan perempuan dengan mengikut sertakan kaum wanita dalam proses perawatan melon sehari hari.
Rencananya panen perdana melon akan di kombinasikan dengan bazar produk tani dan rumahan masyarakat Desa Pulau Birandang dan lomba wewarnai bagi anak usia dini, tentunya, dengan tetap menerapkan prokes, jika cuaca memungkinkan karena lokasi pelaksanaannya di lapangan terbuka.
Pihaknya, akan berupaya keras untuk mewujudkan lokasi ini sebagai cikal bakal bazar pertanian sebagai segmen pasar baru yang akan menjual semua produk usaha tani dan rumahan yang akan di buka setiap hari Sabtu dan Ahad imbuhnya.
Bisnis Milenial
Muhammad Hanif Kumita selaku koordinator lapangan yang juga mahasiswa Politeknik Caltex Riau (PCR) mengungkapkan, pertanian adalah bisnisnya kaum milenial. Setiap generasi muda dan mahasiswa harus mampu berkonstribusi dengan Ilmu yang mereka miliki untuk turut membantu pemberdayaan petani dengan menggunakan teknologi serta segenap kemampuan yang ada untuk kemakmuran Bumi Lancang Kuning.
Hanif menambahkan, melon golden dan melon jumbo sudah mencapai kematangan penuh dengan angka kemanisan 16 brik pada tanggal 18 dan 19 Desember 2021, ini merupakan kesempatan berharga bagi nasyarakat Kota Pekanbaru, Kampar dan sekitarnya yang ingin memetik dan menikmati buah melon langsung dari batangnya sambil berwisata bersama keluarga di salah satu kebun edukasi petani 360.
Sisi lain, Ihsan Kurniawan sebagai koordinator logistik menyampaikan, Petani 360 akan selalu memastikan untuk memaksimalkan pemanfaatan resource dan kearifan lokal dalam setiap program yang dilaksanakan di kebun kebun edukasi Petani 360 yang tersebar di beberapa tempat di Desa Pulau Birandang, Kampar.(***)