ANGKARA (RIAUPOS.CO) – Pemerintah Turki resmi melarang warga Suriah, Yaman, dan Irak melakukan penerbangan ke Belarusia, sebagai upaya meredakan krisis imigran.
Saat ini ribuan imigran dari Timur Tengah tengah berlindung dalam di hutan di perbatasan antara Belarusia dan negara-negara Uni Eropa, Polandia, dan Lithuania, lantaran kawasan itu menolak mereka menyeberang.
Beberapa di antara imigran meninggal dunia dan keselamatan mereka terancam mengingat saat ini tengah musim dingin.
Sementara itu Uni Eropa menuduh pemerintah Belarusia menciptakan krisis sehingga mendorong para imigran untuk melintasi perbatasan secara ilegal.
Dewan Uni Eropa diperkirakan pada Senin dini hari akan menjatuhkan sanksi untuk Belarusia dan maskapai penerbangan yang mengizinkan warga terbang.
Para pejabat Uni Eropa menyambut baik keputusan Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil Turki bahwa warga Suriah, Yaman, dan Irak tidak akan diizinkan membeli tiket ke Belarusia atau naik penerbangan ke sana dari wilayah Turki.
Turki juga telah membantah memainkan peran langsung dengan mengizinkan wilayahnya digunakan untuk mengangkut imigran.
Tetapi, situs bandara Minsk mencantumkan enam penerbangan komersial tiba dari Istanbul pada hari Jumat, terbanyak dari kota mana pun di luar bekas Uni Soviet.
Pejabat Uni Eropa telah berulang kali mengatakan bahwa salah satu solusi penyelesaian krisis adalah menghentikan calon migran di Timur Tengah menaiki penerbangan ke Belarusia.
"Ini sudah menunjukkan hasil," kata juru bicara Komisi Eropa mengutip Reuters, Sabtu (13/11/2021).
Juru bicara tersebut juga bilang Iraq Airways setuju untuk menghentikan penerbangan ke Belarus.
Namun, kepala badan perbatasan Uni Eropa Frontex, Fabrice Leggeri, mengatakan dia melihat tidak ada penyelesaian yang cepat dari krisis migran di perbatasan Polandia.
"Kami harus siap menghadapi situasi ini untuk waktu yang lama," kata Fabrice.
Di sisi lain, Belarusia membantah mengobarkan krisis, tetapi juga mengatakan tidak dapat membantu menyelesaikannya kecuali Eropa mencabut sanksi.
Diketahui, UE memang memberlakukan tindakan untuk merespons atas tindakan keras Presiden Alexander Lukashenko pada demonstran yang memprotes pemerintahannya pada 2020.
Lukashenko, sekutu dekat Rusia, pada pekan ini mengancam untuk memutus pasokan gas Rusia yang dikirim ke Eropa melalui wilayah Belarusia.
Lalu Kremlin tampak tak ingin terkait dengan ancaman itu dengan mengatakan Belarusia tidak berkonsultasi terlebih dahulu sebelum mengeluarkan pernyataan Lukashenko dan Rusia akan tetap memenuhi kontrak pengiriman gas.
Tetapi Moskow sendiri terlihat tidak menunjukkan tanda-tanda berupaya menyelesaikan krisis perbatasan. Pasukan terjun payung Rusia dan Belarusia bahkan mengadakan latihan bersama di dekat perbatasan pada hari Jumat, dan Angkatan Udara Rusia telah mengirim pesawat minggu ini untuk berpatroli di perbatasan.
"Dari sudut pandang kami, Presiden Rusia memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi situasi dan kami berharap dia mengambil langkah yang tepat," kata juru bicara pemerintah Jerman.
Secara terpisah, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dua prajuritnya tewas pada hari Jumat karena masalah parasut saat latihan bersama di dekat perbatasan Polandia.
Pihak berwenang Polandia mengatakan mereka telah menggagalkan 223 upaya untuk melintasi perbatasan secara ilegal dari Belarusia semalam, termasuk dua kelompok besar. Mereka memperkirakan 3-4 ribu migran terjebak di sepanjang perbatasan.
Sumber: Reuters/AFP/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun