PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Penambahan pasien positif Covid-19 di Riau makin melandai. Ini terlihat pada Ahad (10/10), penambahan kasus positif harian hanya 15 orang yang merupakan kasus terendah sepanjang 2021. Pada Sabtu (9/10), kasus positif harian di Bumi Lancang Kuning adalah 32 orang. Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan dengan penambahan 15 pasien positif itu, maka penderita Covid-19 di Riau sebanyak 127.693 orang.
"Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah 38 pasien, sehingga total 123.247 orang yang sudah sembuh," katanya.
Untuk kabar dukanya, terdapat penambahan 1 pasien positif yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau sebanyak 4.087 orang. Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 72 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 287 orang.
"Sehingga saat ini jumlah pasien yang masih menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri 359 orang," ujarnya.
Sementara itu, untuk suspect yang menjalani isolasi mandiri 3.342 orang dan yang isolasi di rumah sakit 73 orang. Total suspect yang selesai menjalani isolasi 113.854 dan yang meninggal dunia 476 orang. Mimi juga berpesan, dengan masih adanya pasien positif Covid-19 di Riau, agar masyarakat terus menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat beraktivitas di luar rumah.
"Mari kita sama-sama menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan. Mencuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker," ajaknya.
Indonesia Terbaik Se-ASEAN
Indonesia menempati ranking terbaik penanganan pandemi di antara negara-negara ASEAN. Dari hasil laporan Nikkei’s Covid-19 Recovery Index sampai September 2021, Indonesia menempati peringkat 54 dari 121 negara yang diteliti.
Peringkat Indonesia tersebut meningkat setelah pada laporan Juli 2021 berada di peringkat ke-92. Peringkat tersebut sekaligus menjadikan Indonesia menempati ranking tertinggi di antara negara-negara ASEAN.
Indonesia mendapat skor 54,5, sejajar dengan skor Korea Selatan, Meksiko, dan Yordania. Negara lain di ASEAN yang mengalami peningkatan adalah Malaysia, dari peringkat ke-115 naik ke peringkat ke-102. Sementara tiga negara ASEAN lain yakni Filipina, Laos, dan Vietnam menempati empat terbawah dalam daftar tersebut.
"Beberapa negara ASEAN naik peringkat karena jumlah kasus yang menurun dan progres vaksinasi yang pesat. Indonesia naik dari peringkat ke-54 dari 92, dan Malaysia naik ke 102 dari 115," tulis laporan Nikkei’s Covid-19 Recovery Index, dilansir Nikkei Asia, kemarin (10/10).
Indeks yang dibuat oleh Nikkei Asia menilai negara dan wilayah dalam manajemen infeksi, peluncuran vaksin, dan mobilitas sosial. Cina sendiri peringkatnya merosot dari posisi pertama menjadi kesembilan dalam edisi terbaru Nikkei’s Covid-19 Recovery Index. Cina berada di posisi teratas sejak indeks pertama kali diterbitkan pada Juli, berkat jumlah kasus rendah dan tingkat vaksinasi tinggi.
Namun demikian, skor mobilitas Cina relatif rendah karena negara tersebut mempertahankan kontrol perbatasan yang ketat dan pembatasan mobilitas. Aturan tersebut mengunci kota dan daerah pedesaan setiap kali ada kasus yang dikonfirmasi, membatasi jumlah penerbangan dari luar negeri, dan memberlakukan periode karantina yang panjang hingga tiga atau empat minggu, pada pendatang.
Bicara mengenai peningkatan mobilitas di Indonesia, pelaku usaha pusat perbelanjaan mengkonfirmasi bahwa pelonggaran mobilitas yang diterapkan pemerintah memang secara perlahan terlihat dampaknya.
"Sejak diberikan pelonggaran, peningkatan kunjungan di pusat belanja terus naik secara bertahap meskipun cenderung lambat," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Alphonsuz Wijaya.
Menurut Aplhonsuz, saat pembatasan ketat, tingkat kunjungan maksimal hanya ada di level 10 persen. Namun saat ini, tingkat kunjungan rata-rata nasional sudah ada di angka 30 persen. "Peningkatannya memang sangat lambat karena kami di sini melihat pemerintah cukup berhat-hati dalam memberlakukan pelonggaran," bebernya.
Meski demikian, masih ada kekhawatiran bahwa akan terjadi lonjakan kasus bahkan tidak menutup kemungkinan gelombang ketiga Covid-19 pada akhir tahun 2021. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Letjen TNI Ganip Warsito.
Ia mengingatkan agar seluruh komponen Satgas di daerah agar mewaspadai adanya potensi gelombang ketiga. "Ancaman gelombang ketiga yang diprediksi oleh para ahli akan terjadi di bulan Desember," kata Ganip.
Akhir tahun atau bulan Desember bertepatan dengan dua momentum besar yakni Hari Raya Natal dan pergantian tahun, yang mana menurut Ganip pada periode tersebut berpotensi memicu keinginan masyarakat untuk beraktivitas di luar ruangan. Di samping itu, akhir tahun juga masih masuk dalam periode pergantian cuaca, yang mana hal itu juga mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.(agf/tau/jpg/ted)
Laporan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru